Beberapa waktu lalu dunia pendakian sempat dihebohkan dengan berita 2 pendaki yang tersesat saat pendakian di Gunung Semeru, Supyadi, 26 tahun, warga Blok 4 Tegal Lempuyangan Lor, Tegal Gubug, Cirebon; dan Zirli Gita Ayu Savitri, 16 tahun, pelajar, warga Desa Bojong Kulon, Kecamatan Susukan, Kabupaten Cirebon.
Setelah sempat tak terlacak keberadaannya selama 5 hari, mereka berhasil ditemukan dalam keadaan selamat pada Selasa sore, (24/5), pukul 16.05 WIB. Mereka ditemukan tim pencari gabungan dalam kondisi lemas di atas Puncak Bukit Boto, Tawonsongo, Kecamatan Pasrujambe, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Aktivitas pendakian kini memang menjadi tren di Indonesia. Bermula dari rasa penasaran dan cerita teman yang telah melakukannya, ditambah boomingnya acara-acara bertualang di televisi, maka berlomba-lombalah anak muda ‘menyerang’ gunung.
Masalahnya, tidak semua orang tahu kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi dan bagaimana cara menghadapinya. Akibatnya, kecelakaan di gunung pun kerap terjadi, mulai dari hipotermia hingga tersesat kemudian hilang di gunung. Sayangnya, minimnya kemampuan dasar pendakian menyebabkan banyak pendaki -biasanya pemula- bingung, panik, dan justru memilih jalur asal-asalan ketika tersesat di gunung.
Padahal, ada hal-hal dasar yang harus dilakukan saat kita tersesat di gunung. Jika suatu saat Kamu tersesat di gunung dan tak bertemu pendaki lain, coba lakukan beberapa trik di bawah ini agar mudah ditemukan tim SAR.
***
Tersesat adalah salah satu kemungkinan terburuk saat mendaki gunung. Siapapun dapat mengalaminya jika lengah dan kurang persiapan. Panik sangat wajar, apalagi jika hari telah gelap.
Pertama yang harus dilakukan saat tersesat adalah duduk. Cari tempat yang nyaman dan berpikir dengan jernih. Satu keputusan yang salah bisa berakibat fatal.
Setelah itu lakukan observasi. Periksa persediaan makanan dan air yang ada serta perhitungkan secara matang untuk bisa digunakan bertahan berapa lama. Atur dengan baik pemakaian, cek kondisi tubuh dan rekan setiap beberapa jam (jika Kamu tersesat bersama kelompok). Kunci untuk bertahan jika bersama kelompok adalah perhatian.
Jika Kamu belum tersesat terlalu jauh dan stamina masih memungkinan, lebih baik Kamu menuju ke puncak. Gunung memiliki bagian atas yang lebih sempit dibandingkan di bawah, sehingga bila Kamu tersesat dan terus naik ke atas, daerah akan semakin sempit sehingga mempermudah pencarian jalur yang benar. Semua jalur pendakian (yang benar) akan bertemu di puncak.
Namun, jika stamina dan kondisi fisik Kamu sudah tak memungkinkan menuju puncak, serta Kamu sudah tersesat terlalu jauh, hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat tanda, gunakan benda-benda yang ada di dekatmu; bungkus makanan, kertas, sandal jepit yang ditulisi, apapun. Letakkan tanda pada posisi yang mudah terlihat, dan posisikan agar tak mudah hilang atau terlepas.
Jika Kamu melihat lahan kosong dan terbuka, bersihkan tanah tersebut, kemudian susunlah kode tertentu, -bisa nama Kamu atau tanda SOS- menggunakan batu atau ranting pohon, sebesar dan sejelas mungkin. Hal tersebut akan memudahkan tim SAR yang mencari lewat udara.
Trik terakhir, berkaitan dengan komunikasi kita pada petugas di basecamp saat melakukan registrasi. Biasanya ini kerap dilupakan para pendaki jika petugas tak mengingatkan; menyerahkan catatan benda-benda yang kita bawa. Hal ini sangat penting jika kita tersesat. Kita bisa meninggalkan barang-barang ‘simbolik’ -semisal tas, syal, baju- kita di jalur saat tersesat sebagai tanda, sehingga mudah dikenali tim pencari.