Saya Malu Disebut Pendaki Gunung (2)

Sebagai pendaki gunung, mari sama-sama menjaga sikap. Ulah negatif kita tak hanya berdampak bagi diri kita sendiri, tapi juga orang lain.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Bawa Turun Sampahmu! #SavePrau

Ketika mendaki Gunung Prau pada 2012 silam, saya belum mendapati papan himbauan untuk membawa turun sampah. Setelah 4 tahun berselang, papan himbauan untuk membawa turun sampah terpajang mentereng di puncak Gunung Prau. Bagaimana perasaan kalian saat melihat papan himbauan itu? Miris.

Foto diambil dari sini.

Bagaimana tidak, bila membuang sampah pun masih harus diingatkan dengan papan-papan himbauan. Bahkan, sudah diingatkan dengan sangat jelaspun, masih banyak dari mereka yang suka “nyampah”. Entah apa yang dipikirkan hingga dengan entengnya membuang sampahnya sembarangan.

Bahkan, ada satu ironi, ketika pendaki gunung yang ingin mengingatkan untuk membawa turun sampah, menuliskannya di batu-batuan gunung. Lalu apa bedanya orang yang menuliskan ini dengan pendaki yang suka nyampah? Ironis.

Dan dari sekian banyak tumpukan sampah, masih ada saja sampah-sampah kertas sapaan salam untuk orang-orang tercinta. Saya yakin, bila si penerima pesan-pesan melihat foto di atas, bukannya bahagia tapi akan merasa malu. Orang tua dan guru-guru mereka pun akan merasa sedih dan gagal telah mendidik anak-anak seperti mereka.

Bukan hal yang salah bila mereka menuliskan salam pada secarik kertas lalu memotret dan memberikannya pada orang tersayang. Coretan kertas itu hanyalah bagian dari kreatifitas mereka. Yang salah adalah perilaku membuang sampah sembarangan.

Jaga sikap sebagai pendaki gunung!

Ulah negatif kita, tak hanya berdampak pada diri kita sendiri, tapi orang-orang yang berusaha keras menjaga lingkungan, ber-attitude baik, menekuni bidang kegiatan alam bebas dengan serius, juga akan terkena dampaknya, ikut mendapat cap buruk. Mari sama-sama menjaga sikap di gunung.

 

 

Baca Juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU