Selama ini Sorong dikenal sebagai gerbang menuju Kepulauan Raja Ampat. Namun percayalah, Sorong lebih daripada itu.
Sebuah tawaran datang dari seorang teman meminta untuk menemaninya menjelajah Teminabuan. Dengan informasi yang sangat minim mengenai Teminabuan saya nekat meng-iyakan ajakan tersebut. Dan kenekatan saya terbayar manis, karena ternyata Teminabuan menyimpan kekayaan wisata air tawar yang tak bisa ditemukan di tempat lain!
Teminabuan adalah ibukota kabupaten Sorong Selatan, Papua Barat yang dapat ditempuh dengan 2 cara melalui jalan darat atau jalur udara menggunakan pesawat. Kedua alternatif tersebut harus melalui Sorong terlebih dahulu yang memiliki pesawat direct dari Jakarta atau Makasar. Perjalanan darat dari Sorong ke Teminabuan dapat ditempuh dalam 3-4 jam perjalanan, pilihannya dapat dengan mengunakan mobil pribadi atau menyewa mobil travel dengan kisaran harga Rp 250.000,- per-orangnya atau Rp 2.000.000,- per mobilnya. Alternatif lain adalah menggunakan pesawat Susi Air, maskapai milik Menteri Kelautan dan Perikanan, yang merupakan satu-satunya maskapai yang melayani penerbangan menuju Teminabuan dengan tipe Cessna Grand Caravan berkapasitas 11 orang penumpang.
Pemandangan selama perjalanan baik lewat darat maupun udara memberikan kesan tersendiri karena kita akan melewati hamparan hutan dan kebun sawit yang hijau tampak dominan di belah oleh sungai panjang berliuk.
Naik pesawat perintis jenis ini uniknya adalah sebelum check-in kita diharuskan untuk menimbang berat badan beserta bawaan kabin kita terlebih dahulu untuk menentukan posisi tempat duduk. Ruang kokpit juga berbeda dari pesawat komersil biasanya yaitu tidak ada ruang tertutup tersendiri sehingga kita bisa melihat sang pilot beraksi selama mengemudi pesawat. Tepat 45 menit pesawat mendarat dengan mulus di Bandara Teminabuan yang sederhana dengan lintas pacu cukup pendek dan terminal ruang keberangkatan maupun kedatangannya hanya berupa satu ruang kecil dengan beberapa kursi tunggu. Begitu saya dan penumpang lainnya turun, kami tidak langsung menuju ruang kedatangan namun diminta menunggu di samping pesawat sampai bagasi kami dikeluarkan oleh petugas bandara. Tampak beberapa penumpang berikutnya di pesawat ini sudah bersiap untuk menaiki pesawat yang rupanya rute selanjutnya adalah kembali menuju Sorong.
Jalan Sorong-Teminabuan sebenarnya sudah cukup baik dengan kondisi jalanan ber-aspal namun di beberapa titik masih ada kondisi jalan yang rusak parah akibat longsor. Disarankan untuk memilih menggunakan mobil yang didesign khusus untuk kondisi jalan seperti ini untuk mengurangi guncangan di dalam kabin mobil.
Diperbatasan Sorong dan Teminabuan ada sebuah pasar sederhana yang cocok sebagai tempat merenggangkan kaki sejenak. Di pasar ini saya menemukan beberapa makanan khas penduduk setempat seperti keladi bakar dan bahkan, daging tikus tanah bakar!
Perjalanan akan menjadi menantang ketika hasrat ingin buang air kecil datang. Jangan harap ada sarana umum seperti pom bensin atau gereja yang akan ditemui sepanjang perjalanan karena sebagian jalur yang kita lalui berbatasan langsung dengan hutan. Meminjam toilet di beberapa kampung yang dilewati juga bukan perkara mudah karena tidak setiap rumah memiliki toilet. Penduduk disana biasanya akan menggunakan sungai-sungai kecil disekitar mereka untuk urusan MCK.
Teminabuan memang merupakan kota yang baru berkembang dengan keterbatasan sarana umum. Namun di balik itu semua, Teminabuan menyimpan pesona wisata air tawar karena memiliki beberapa spot keindahan alam antara lain:
Danau Framu terletak tepatnya di Kampung Ayamaru di Kabupaten Maybrat, sekitar 3 jam perjalanan darat dari Teminabuan dan ditambah 30 menit berjalan kaki melewati hutan untuk sampai di Danau Framu.
Danau Framu ini menjadi kebanggaan masyarakat Ayamaru karena memiliki keindahan yang luar biasa. Jika selama ini kita melihat lautan yang bertepian dengan pasir, ternyata ada juga danau seperti itu juga. Iya, Danau Framu yang luas ini bertepian langsung dengan pasir dengan air danau yang berwarna tosca dan sangat bening sehingga dasar danau yang berpasir bisa dilihat dengan mata telanjang. Bayangkan kombinasi unik ini, hutan-pasir-air danau. Di salah satu sisi danau ada yang berbatasan dengan tebing pendek dan disediakan semacam potongan kayu sebagai ayunan yang digunakan sebagai sarana untuk beratraksi loncat kedalam danau. Loncat masuk ke danau sensasi pertama yang dirasakan adalah dingin karena memang tidak seperti air laut yang hangat, danau ini memiliki air bersuhu dingin dan airnya tidak lengket seperti air asin. Danau ini belum dikenal luas oleh wisawatan sehingga jika beruntung kita bisa merasakan seperti memiliki private infinity lake.
Panta Kapal merupakan suatu sungai berarus lumayan deras karena ada beberapa jeram namun masih aman untuk direnangi. Disebut Panta Kapal (Panta dalam Bahasa lokal Papua maksudnya adalah Pantat atau belakang) karena jeram yang tercipta mirip dengan riak air berbuih ketika kapal bergerak.
Ada hal unik di tempat ini, ia memiliki arus air yang berputar, sehingga tanpa usaha keras dalam berenang kita akan diajak berputar kemudian akan tiba di tepian kembali.
Tempat ini juga bisa dijadikan tempat untuk loncat dari salah satu tebing dengan ketinggian kurang lebih 3-4 meter untuk merasakan sensasi lebih menantang di Panta Kapal.
Kali Zembra terletak tidak jauh dari Panta Kapal namun dengan jenis aliran air yang lebih tenang. Disini lebih ramai dibanding kedua tempat lainnya diatas karena sudah dijadikan tempat rekreasi bagi masyarakat Teminabuan.
Jika bosan berenang, kita bisa menyewa ban renang dari penjaga Kali Zembra -2 orang anak kecil kakak beradik berusia 9 tahun dan 6 tahun- untuk mengarungi aliran Kali Zembra dengan lebih santai. Tidak perlu takut terbawa terlalu jauh oleh aliran air karena 10-15 meter ke depan ada sebuah titik dengan batang pohon besar yang melintang diatas kali, sehingga ban renang otomatis tersangkut.
Jika bisa meluangkan waktu lebih banyak di sini, kita bisa bercengkrama dengan beberapa anak kecil penduduk lokal yang juga bermain di sekitar kali.
***
Perjalanan ke Teminabuan saya sebut sebagai wisata air tawar karena tempat yang saya kunjungi adalah danau hingga sungai yang menjadi objek wisata lokal bagi penduduk Teminabuan dan tidak banyak diketahui orang. Tempat-tempat itu belum terjamah tangan wisatawan sehingga belum dijadikan tempat wisata komersil. Ketiga tempat yang saya datangi tersebut gratis, keindahan alam yang masih alami selayaknya orang lokal yang bebas menikmatinya.
Percayalah, ketiga tempat tersebut akan memberi pengalaman berbeda dan worth it untuk dikunjungi karena keindahan pemandangan serta kehangatan penduduk sekitar.
Jadi, jika berkunjung ke Sorong dan bosan dengan pantai beserta air asinnya, mari ke Teminabuan untuk kembali merasakan bersatu dengan air tawar.
Terbit juga di malesbanget.com