Saat Traveling Terbentur Modal

Traveling butuh modal cukup besar, sudah bukan rahasia lagi. Lalu, apa 'hanya' karena terbentur modal, hasrat menuju destinasi impian harus pupus?

SHARE :

Ditulis Oleh: Umu Umaedah

Foto diambil dari bucketlistly

Ketika orang-orang mulai berlomba keliling Indonesia bahkan keliling dunia, apa daya saya yang hanya bisa melihat dalam diam, memendam keinginan hasrat berkelana saya karena masalah keuangan

Saat saya memiliki waktu lebih untuk bertualang, seringkali saya terpaksa mengalah karena terkendala masalah uang. Saya begitu ingin mengemasi barang-barang dan segera pergi untuk mewujudkan mimpi-mimpi saya.

Tapi, saya belum bisa melakukan hal itu.

Tinggal di suatu tempat dalam jangka waktu lama danrutinitas yang sama, sering membuat saya jenuh. Saya ingin keluar dari kotak ini dan melihat dunia.

Saya tak bisa hanya pergi membawa beberapa lembar uang dalam dompet saya. Bagaimana saya bisa memenuhi kebutuhan di perjalanan: makan, penginapan, dan segala tetek bengeknya.

Mungkin saya terlalu berpikir berlebihan. Banyak inspirasi yang saya dapat. Bagaimana orang-orang dengan modal nekat melakukan traveling. Menumpang satu truk ke truk lain, atau mencuci gelas dari toko satu ke toko lain untuk bertahan hidup selama di perjalanan.

Saya tidak bisa menjadi seperti mereka yang hanya pergi bermodal nekat dan beberapa lembar uang di dompet. Demi keselamatan saya di jalan, tak dipungkiri saya membutuhkan uang. Uang tampak seolah-olah menjadi hal yang bisa membuat orang bahagia. Tapi, konteks sebenarnya adalah uang sebagai peminjam kebahagiaan.  Keebahagiaan sesungguhnya adalah pada diri kita sendiri bagaimana menikmati kehidupan ini.

Inilah yang saya rasakan saat ingin melakukan perjalanan keliling Indonesia juga dunia, tetapi belum bisa karena terkendala biaya. Dan mungkin ini pun yang kamu rasakan ketika hal tersebut menjadi bagian berat :

1. Saya merasa terjebak

Jika saya memiliki nominal angka yang banyak di rekening saya, saya tak akan berada di sini sekarang. Mungkin sedang bersantai berjemur di kursi di bawah payung pinggir pantai, menikmati segelas jus, dan beberapa camilan.

Namun saya tidak terlalu menyesal untuk tetap tinggal di kotak ini. Saya tidak merasa terpenjara. Inilah tempat yang indah untuk saya hidup dan beraktivitas. Saya melewati jalan yang sama, bangunan yang sama, dan suasana yang sama setiap hari. Saya berpikir, terkadang saya kurang merasa bersyukur telah mendapati anugerah. Saya harus lebih bisa menghargai hidup saya dimanapun berada.

2. Saya hanya bisa berimajinasi dari dunia maya

Saya telah banyak mendapati di dunia maya tentang tempat-tempat wisata dari Sabang sampai Merauke bahkan dunia. Ada begitu banyak tempat yang bisa saya kunjungi, tapi saya tak punya pilihan lain selain menikmati cara traveling dengan gaya lain: membaca dan menonton video-video.

Tentu saja, saya hanya mengandalkan imajinasi tanpa bisa merasakan keadaan yang sesungguhnya.

Nafsu berkelana yang saya miliki menjadikan saya menjadi seseorang yang kreatif. Dan hal tersebut yang tidak bisa semua orang lakukan.

3. Hanya bermimpi menaiki mobil dengan bak terbuka

Di beberapa film atau iklan tentang traveling seringkali menayangkan gaya traveling mereka dengan memakai mobil terbuka, menyusuri jalanan panjang dengan mengibas-kibaskan selendang.

Ketika terjebak di suatu tempat, setiap sudut tempat pun bisa menjadi tempat untuk melarikan diri.

Namun, saya sadar saya punya petualangan saya sendiri. Perjalanan dari rumah menuju tempat beraktivitas memungkinkan saya untuk merasakan sedikit petualangan kecil saya. Selama ada jalan di depan, tidak ada yang dapat menghentikan saya berandai-andai menaiki mobil bak terbuka.

4. Merasa cemburu melihat orang-orang membagikan perjalanan mereka

Saya sering cemburu melihat orang-orang memposting foto perjalanan di sosial media, menceritakan tempat-tempat indah di luar sana. Saya masih tak bisa mengerti bagaimana orang-orang terpilih dapat melakukan perjalanan sebanyak yang mereka lakukan.

Tapi akhir-akhir ini saya belajar, realita dibalik  foto perjalanan tak seindah yang nampak. Saya tahu, bahwa untuk melakukan perjalanan membutuhkan persiapan mental, fisik, dan materi. Dibalik keindahan foto-fotonya, pasti mereka memiliki kisah yang kurang menyenangkan. Mungkin mereka tidak bisa tidur dengan nyenyak di luar sana atau apakah mereka sedang dalam keadaan aman atau tidak. Sementara saya masih bisa menjalani aktivitas dengan sangat nyaman di sini.

5. Menjadi motivasi terbesar

Saya masih berdiam di sini. menonton orang-orang yang berlomba-lomba membagikan perjalanan mereka. Namun, ini menjadi motivasi terbesar bagi saya untuk bekerja lebih keras lagi. Mengumpulkan beberapa angka-angka dalam rekening saya. Saya sangat bernafsu untuk membuat daftar perjalanan saya dan merencanakan sebuah petualangan besar,

****

Keinginan traveling besar saya mungkin masih sebatas mimpi. Tapi, suatu hari saya akan mengemasi barang-barang saya dan membawanya dalam ransel, atau mungkin membawa pergi mobil saya sejauh mungkin, menuju destinasi impian saya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU