Kecolongan, Bandara Soekarno-Hatta Akhirnya Hapus Sistem Porter

Bandara Soekarno-Hatta akhirnya menghapus sistem jasa pengangkut barang setelah kasus pembobolan tas penumpang oleh porter beberapa waktu lalu.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

PT Angkasa Pura (Persero) II selaku pengelola Bandara Soekarno-Hatta akan menerapkan sistem bagasi otomatis (baggage handling system) di semua terminal. Penerapan baggage handling system automatic ini secara otomatis membuat sistem jasa pengangkut barang (porter) di Bandara Soekarno-Hatta dihilangkan.

Sekretaris Perusahaan PT Angkasa Pura II, Agus Haryadi, menjelaskan bahwa hal tersebut merupakan upaya jangka panjang untuk mencegah terjadinya pencurian barang di tas penumpang oleh porter yang menghangat akhir-akhir ini.

Efisiennya teknologi BHS

BHS merupakan teknologi penanganan bagasi otomatis yang memiliki tingkat pendeteksi keamanan tertinggi (Level 5). Teknologi ini memungkinkan penumpang melakukan pendaftaran bagasi di konter mana pun tanpa takut barangnya tertukar jadwal penerbangan.

Baggage handling system outomatic akan menghindari interaksi dengan petugas porter. Ini akan mengurangi kemungkinan terjadinya aksi pembobolan.

BHS yang akan diterapkan di Soekarno-Hatta, sama seperti yang telah diterapkan di Bandara Kualanamu, Sumatera Utara. BHS diklaim mampu mencegah aksi pencoleng.

“Aksi percobaan pencurian pernah terjadi beberapa kali, itu di awal pengoperasian bandara ini. Langsung ketahuan. Mungkin saat itu pelakunya menduga sistemnya sama seperti di Polonia dulu,” kata Junior Manager BHS AP II Bandara Kualanamu, Tri Fajar Parwoto.

Sistem BHS di Bandara Kualanamu membuat semuanya lebih efisien. Ia mengurangi peran manusia dalam penanganan bawaan penumpang. Setelah pemeriksaan tiket, bagasi penumpang langsung dimasukkan ke jalur conveyor. Ada empat lajur conveyor di Kualanamu dengan total panjang conveyor mencapai dua kilometer.

Pemeriksaan dengan mesin pindai X-Ray akan berlangsung di jalur conveyor. Jika diduga ada benda mencurigakan, pemeriksaan dilakukan dengan level bertingkat. Jika tidak lolos pemeriksaan, bagasi akan dibawa ke lokasi pemeriksaan barang, dan calon penumpang dipanggil.

Bagasi lolos pemeriksaan kemudian berpindah ke helixorter. Pada bagian inilah bagasi disortir dan dipindahkan ke pengumpulan bagasi sesuai tujuan dan maskapainya, lalu segera dinaikkan ke pesawat. Campur tangan manusia baru dilibatkan kembali dalam proses terakhir.

“Di bagian ini pernah terjadi percobaan pencurian, tapi tertangkap CCTV kita. System BHS ini diawasi 50 unit CCTV. Ada juga CCTV di area check in dan area yang ditangani maskapai,” jelas Manager Operation and Maintenance BHS Bandara Kualanamu dari vendor PT Jaya Teknik Indonesia, Fauzi Riyandi.

 

Problematika porter bandara

Petugas pengangkut barang di Bandara Soekarno-Hatta selama ini direkrut oleh masing-masing maskapai penerbangan. Model perekrutan atau kualifikasi yang diterapkan bergantung pada masing-masing maskapai.

Pada 2014 lalu, PT Angkasa Pura II selaku operator Bandara Internasional Soekarno-Hatta membuat kebijakan memampang tarif resmi jasa porter di tiap terminal demi menindaklanjuti kasus pemerasan yang dialami turis asing oleh porter.

Selain memampang tarif jasa porter, perseroan juga menaikkan tarif bagi pengguna jasa porter agar tidak ada lagi tawar menawar yang berujung pada dugaan pemerasan pengguna jasa porter. Tarif resmi penggunaan jasa porter sendiri di kisaran Rp 10.000 per koli.

Namun ternyata, semua hal itu tak menyelesaikan permasalahan porter ini. Empat tersangka yang merupakan porter dan security atau petugas keamanan maskapai Lion Air tertangkap CCTV milik PT Angkasa Pura II tengah mengambil barang di koper penumpang, tertanggal 16 November 2015. Mereka adalah S (22) M (29), A (28) dan H (29). S dan M adalah porter Lion Air, sedangkan A dan H petugas keamanan Lion Air. Dari pencurian yang mereka lakukan, didapati barang bukti berupa delapan telepon genggam dan uang tunai Rp 200.000.

Para tersangka mengaku sudah lama melakoni pencurian seperti itu dengan melibatkan porter dan petugas keamanan maskapai yang seharusnya bertugas mengawal dan memeriksa porter saat akan dan setelah memuat barang ke bagasi pesawat.

Salah seorang tersangka berinisial S beralasan terpaksa mencuri, karena sudah menjadi tradisi turun temurun dilakukan oleh pekerja porter Lion Air. S justru mengaku ditekan seniornya jika menolak mencuri.

Ia mengaku, tidak semua barang diambil oleh oknum porter Lion Air di Terminal 1 Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, saat mereka mencuri isi koper di bagasi pesawat. Smartphone menjadi target utama.

Oknum porter memilih-milih koper mana yang akan dibongkar. Jika koper yang akan dicuri digembok, mereka sudah punya alat-alat tertentu seperti kunci cadangan hingga pulpen untuk membuka gembok tersebut. Namun, oknum porter biasanya menghindari koper yang menggunakan gembok dengan kode.

***

BHS diharapkan dapat menjadi solusi tepat untuk mengatasi masalah ini. Apalagi, menurut pihak POLRI, sindikat pembobol tas sangat mungkin ada di hampir semua bandara Indonesia. Pengelola bandara sudah sepatutnya memberi perhatian khusus pada hal ini.

 

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU