Meskipun saat ini mendaki gunung menjadi hal yang sudah biasa, namun sulitnya melewati medan pendakian masih menjadi ciri khas yang tidak bisa dipisahkan dari sebuah pendakian. Hal ini tentu dirasakan oleh para pendaki-pendaki baik dari generasi pendaki masa kini maupun generasi 90-an.
Indonesia lahir sebagai negara dengan wanita yang kuat. Bahkan, salah satu wanita asal Indonesia bernama Clara Sumarwati menjadi pendaki Gunung wanita se-Asia Tenggara pertama yang berhasil mencapai puncak Everest.
Di tahun 1996, wanita asal Jogja ini berhasil mencapai puncak dan menorehkan nama sebagai pendaki ke-836 yang berhasil mencapai puncak Everest. Prestasi ini cukup membanggakan para wanita Indonesia, apalagi di masa itu wanita Indonesia memiliki banyak keterbatasan dengan sistem pemerintahan yang cukup ketat.
Melansir dari Langit Perempuan, perjuangan Clara sangatlah panjang dalam mewujudkan impiannya. Ia bahkan bolak-balik untuk bisa mendapatkan sponsor yang mau membiayainya mendaki Everest.
Cerita perjalanan Clara Sumarwati memberi gambaran bahwa mendaki di tahun 90-an ternyata sudah ada sistem pengajuan sponsor seperti sekarang ini. Sistem ini sedikit banyak memiliki kesamaan dengan sistem pendakian di masa sekarang ini.
Lalu, apa perbedaan pendaki wanita di tahun 90-an dan di masa sekarang? Bicara tentang perbedaan, rasanya semua orang pasti tahu bahwa mendaki di masa kini identik dengan baju yang modis dan persiapan yang minimalis. Bukannya saya men-judge para pendaki wanita masa kini, namun saja juga melakukannya. Coba saja ingat-ingat sendiri persiapan pendakianmu yang sudah-sudah.
Jika ditelisik lagi, foto di atas menunjukkan bahwa pendaki tahun 90-an bangga berfoto dengan bendera Indonesia. Sedangkan pendaki masa kini bangga foto dengan tulisan di kertas yang isinya “aku udah ke sini, kapan kamu ke sini?“.
Ini adalah pengakuan dosa yang jarang saya akui di media manapun, bahwa saya adalah pendaki rempong dan alay. Why? Karena setelah membandingkan sosok Clara, saya tahu bahwa semua hal yang saya lakukan sebelum, saat dan sesudah mendaki merupakan hal alay dan rempong.
Pertama, saya lebih sering bawa peralatan foto-foto ketimbang peralatan mendaki yang lengkap. Kedua, saya suka bawa peralatan make-up daripada membawa peralatan P3K dan survival kits, terakhir saya cuma modal kertas bukan modal bendera Indonesia.
Kalau kamu sendiri, termasuk pendaki rempong atau bukan? Mirip Clara atau mirip saya? Jangan lupa ikuti polling di bawah ini !
Kamu Termasuk Pendaki Rempong Atau Bukan?
Total Voters: 0