Petualangan lintas negara bahkan benua menggunakan sepeda motor memang bukan hal yang biasa lagi. Sebut saja Mario Iroth, seorang bikers Indonesia yang sukses melakoni perjalanan dari Bandung ke Paris dengan sepeda motor. Namun, kisah seorang bule, Gerard Eferink, pulang kampung halaman naik sepeda motor dari Bali ke Belanda ini menjadi viral di sosial media.
Nah, apa sih yang membuat kisah Gerard Eferink ini viral di sosial media? Dikutip dari akun facebook Oki Andrealasson yang telah berkomunikasi langsung dengan Gerard Eferink, inilah alasannya,
Gerard sudah cukup lama tinggal di Bali. Tepatnya di daerah Candidasa, Karangasem, Bali. Selama tinggal di Indonesia, Gerard memiliki bisnis diving. Istrinya pun berasal dari Indonesia.
Lama tidak pulang ke Belanda, Gerard memutuskan untuk kembali ke kampung halaman menggunakan motor. Dia lebih memilih naik motor dari pada pesawat, karena menurutnya “resiko adalah satu-satunya jaminan untuk menjadi benar-benar hidup”.
Seperti yang dia tuliskan dalam caption fotonya, Gerard Efrink pergi seorang diri. Hanya ditemani motor bebek yang dia bawa dari Bali. Bahkan dia tidak membawa patwal, strobo, atau pun sirine. Hanya berbekal box yang dia letakan di belakang motor.
Kalau Gerard memakai moge atau motor sport khusus untuk touring, mungkin beritanya nggak bakalan seviral ini. Seperti yang kamu tahu, motor Supra 125 adalah motor yang biasa digunakan untuk perjalanan sehari-hari, bukan diciptakan untuk touring. Apalagi touring lintas benua.
Bule asal Belanda ini menempuh perjalanan yang cukup panjang. Melintasi pulau-pulau di Indonesia, negara, dan benua. Selama perjalanan, Gerard hanya ganti ban motor dan rantai masing-masing satu kali.
Total perjalanan 3 bulan 4 hari tidak dia tempuh lewat jalur darat saja. Gerard menemui kendala permasalahan visa saat terjadi krisis Suriah. Maka dari itu, dia harus menerbangkan motornya dari Kuala Lumpur ke Istanbul, Turki. Lalu, perjalanan darat dilanjutkan lagi mulai dari Istanbul, Bogaria, Bosnia, Servia, Kroasia, Slovenia, Austria, Jerman, hingga akhirnya tiba di Belanda.
Bukan biaya yang sedikit. Uang sejumlah 12.000 USD dia habiskan untuk membiayai kebutuhan hidupnya selama perjalanan seperti makan, biaya menginap, dan penerbangan dia dari Kuala Lumpur ke Turki beserta sepeda motornya. Kata Gerard, 12.000 USD sudah termasuk laptop apple yang dia beli selama perjalanan.
Seorang temannya mencoba membawa kembali motor Supra miliknya ke Bali. Namun, karena permasalahan dokumentasi dan asuransi, motor Supra legendaris itu terdampar di Rusia.
Kisah epik ini telah berlangsung 3 tahun silam. Gerard pun telah mendokumentasikannya dalam sebuah buku yang diterbitkan dalam bahasa Belanda. Nantinya, buku berjudul ‘The Joy of Living Dangerously’ akan dimuat dalam bahasa Indonesia dan Inggris.
***
“bahwa saat kamu menemukan kesempatan yang beresiko, jangan pernah melewatkannya. Jangan jadi pecundang, karena resiko adalah satu-satunya jaminan untuk menjadi benar-benar hidup”
– Gerard Eferink –