Kalau berbicara tentang gaya traveling, Kamu lebih suka disebut “flashpacker” atau “backpacker”? Eits, sebelum dijawab, jangan-jangan Kamu malah belum paham apa beda backpacker dan flashpacker? Biar Kamu nggak gagal paham, berikut perbedaan antara flashpacker dengan backpacker!
Flashpacker adalah backpacker yang naik kelas ke level yang lebih nyaman.
Sebagian besar dari seorang flashpacker sudah bekerja dengan penghasilan yang lebih untuk traveling. Jadi mereka tidak pernah menghitung berapa biaya yang dia keluarkan untuk traveling. Jadi, berapa pun dia keluar uang untuk traveling nggak ada masalah, yang penting bisa traveling ke tempat yang dia mau!
Ya, kalau bisa sih, kurang dari budget yang sudah di anggarakan. Tapi paling nggak sesuai budget bair selamat gitu di jalan.
Usia memang bukan patokan sih. Tapi, rata-rata seorang flashpacker itu di range usia mateng yang sudah kerja dengan penghasilan lebih. Kamu yang ada di antara usia itu dan sudah mendapatkan penghasilan sendiri tidak akan merasa sia-sia menggunakan uang untuk jalan-jalan.
Masalah utamanya adalah budget. Mereka yang belum berpenghasilan biasanya melakukan perjalanan dengan cara backpacking.
Seorang flashpacker tidak pernah mempedulikan harga hostel yang mereka pilih. Mereka lebih mengutamakan kenyamanan dong! dari pada harus menginap di hostel yang murah tapi jorok dan berisik. Tak jarang mereka pun memilih hotel budget sebagai tempat menginap.
Nggak peduli mau tidur di mana, yang penting murah dan bisa tidur. Kalau bisa gratis itu lebih baik. Soal kenyamanan kadang nggak begitu diperhatikan sih.
Sampai di tempat tujuan pastinya ada dong yang mau dieksplor, misalnya ingin menikmati alam dengan naik paralayang. Para flashpacker gak segan-segan keluarkan uang untuk membeli pengalaman itu.
Lantaran alasan budget, backpacker lebih memilih destinasi yang bisa dinikmati dengan gratis. Kenikmatan itu bisa dirasakan olehnya sediri dengan cara yang berbeda. Misalnya menikmati pantai sambil membakar jagung atau menyeduh secangkir kopi.
Buang-buang waktu nggak sih kalau Kamu harus transit selama delapan jam di salah satu kota untuk menuju kota tujuan terakhir? Bagi flashpacker ini membuang waktu. Harusnya dia bisa mempersingkat perjalanan dan menikmati liburannya lebih lama dan lebih cepat.
Yang penting biaya perjalanan yang dikeluarkan lebih murah. Hebatnya backpacker, mereka nggak mengenal lelah meski harus berpindah-pindah. Bahkan, mereka terlihat sangat menikmati perjalananya. Keren!
Yap. Karena bagi flashpacker, harga tiket promo adalah bonus. Yang paling penting sih, bisa pergi ke destinasi wisata dengan aman dan nyaman.
Jadi, mereka rela banget mantengin info tiket promo demi dapat tiket murah. Nggak perduli deh kalau berangkatnya pun harus tahun depan.
Jadi, kalau kamu nggak sungkan keluarkan banyak uang buat bisa cicipi makanan lokal yang direkomendasikan. Yang penting kan pengalamannya.
Jadi nih, kalau si backpacker lagi makan di tempat makan, hal yang dilihat pertama kali pada menu makanan adalah label harganya, betul?
Kalau memang harus transit lama, flashpacker lebih memilih tidur di hotel bandara yang dia sewa dengan biaya perjam. Ini membuat dia lebih nyaman dan terhindar dari rasa capek. Masa iya, pulang traveling badan jadi lebam karena capek yang menumpuk?
Daripada buang-buang duit buat tidur di hotel, lebih baik menunggu penerbangan selanjutnya dengan tidur di bandara. Banyak temannya juga.
Yang penting cepat sampai dan nyaman deh.
Opsi I : kalau lokasinya deket, ya jalan kaki
Opsi II : kalau jauh, sewa motor aja deh
Opsi III : bisa sih sewa mobil, tapi share cost dibagi rame-rame biar murah.
***
Intinya, seorang flashpacker lebih utamakan kenyamanan dan pengalaman saat traveling. Sedangkan bagi backpacker, mereka mau melakukan apapun untuk sampai ke tempat tujuan. Kadang pun nggak perduli bagaimana caranya biar bisa sampai ke sana. Well, pada akhirnya, flashpacker adalah backpacker yang naik kelas ke level yang lebih nyaman.