5 Pengalaman Langka Yang Cuma Bisa Didapat di Kota Paling Timur Indonesia, Merauke

Buat kamu yang sudah pernah pergi ke titik paling barat di Sabang, pasti akan sangat berkesan kalau bisa melengkapi petualanganmu dengan mengunjungi titik paling timur di Merauke. Jangan khawatir, Merauke bukan kota tertinggal seperti yang kamu bayangkan

SHARE :

Ditulis Oleh: Tulus Muliawan

Dari Sabang sampai Merauke, berjajar pulau-pulau. Sambung menyambung menjadi satu, itulah Indonesia…

Begitulah sepenggal lirik lagu nasional berjudul Dari Sabang Sampai Merauke ciptaan R. Soerardjo. Buat kamu yang besar di era 90-an,  lagu itu pasti sangat akrab di telinga karena sering diputar ketika masih duduk di bangku sekolah dasar. Lagu itu menggambarkan betapa luasnya Indonesia.

Mengunjungi titik nol kilometer Indonesia yang berada di Sabang mungkin sudah biasa. Selain akses yang mudah, Sabang juga memiliki potensi wisata yang sangat besar. Tak heran kalau para pelancong yang berwisata ke Sabang sering menyempatkan diri singgah di tugu nol kilometer.

Tapi bagaimana dengan Merauke? Dari sisi pariwisata, nama Merauke memang tak setenar Sabang. Selain karena letak geografisnya yang jauh di ujung timur Indonesia, potensi pariwisata Merauke kalah jauh dari Sabang. Hal itu membuat “kota rusa” ini jarang dijamah para pelancong.

Meski tak memiliki potensi wisata yang besar seperti Raja Ampat, Jayapura, dan beberapa wilayah Papua lainnya, perjalananmu ke Merauke dijamin tak akan sia-sia. Sebab, kamu bisa belajar banyak di sana. Setidaknya, ada lima pengalaman langka yang cuma bisa kamu dapat di Merauke.

Untuk lebih jelas, simak penjelasan berikut ini:

 

1. Melihat Titik Paling Timur Indonesia

Tugu Sabang-Merauke di Distrik Sota. Foto oleh Tulus Muliawan

Seperti kota-kota lain di Indonesia, Merauke juga menyimpan pesona khas. Salah satu yang paling unik adalah Tugu Kembar Sabang-Merauke. Tugu setinggi tiga meter ini didirikan sebagai simbol titik paling timur di Indonesia. Tugu yang sama juga ada di Sabang, sebagai titik paling barat Indonesia.

Tugu ini berada di pertigaan jalan Trans Papua yang menghubungkan Kota Merauke, Distrik Sota, dan Kabupaten Boven Digul. Sekitar satu kilometer ke arah timur dari tugu ini, kamu bisa melihat dari dekat gerbang perbatasan Indonesia-Papua Nugini, yang menjadi salah satu tujuan wisata di Merauke.

Di perbatasan itu, kamu bisa santai sejenak sambil menikmati jajanan yang dijual penduduk perbatasan di pasar tradisional batas negara. Selain menikmati makanan, kamu juga bisa belanja suvenir khas Merauke seperti baju, tas dari bulu kasuari, sampai minyak kayu putih yang dibuat secara mandiri.

 

2. Menikmati Gurihnya Sate Rusa

Sate rusa disajikan bersama ayam bakar. Foto oleh Tulus Muliawan

Banyak yang bilang, berkunjung ke Merauke tak akan lengkap kalau belum mencicipi gurihnya sate rusa yang menjadi kuliner khsas Merauke. Biasanya, sate rusa disajikan dengan campuran bumbu kacang atau bumbu kecap, mirip dengan sate ayam atau sate kambing yang sering kita jumpai.

Meskipun populasi rusa di Merauke dan sekitarnya mulai berkurang karena perburuan liar dengan senjata api, pedagang-pedagang sate rusa masih bisa ditemukan di sepanjang jalan utama kota Merauke, salah satunya di Jalan Mandala. Sate ini bisa dinikmati dengan harga 25 ribu rupiah per porsi.

Belakangan ini, sate rusa sering menjadi pro dan kontra. Sebab, sebagian besar daging rusa yang dijual di jalanan adalah hasil perburuan liar dengan senjata api. Hal ini mengundang kritik karena perburuan besar-besaran dengan senjata api bisa mengancam populasi rusa di Merauke.

 

3. Belajar Berburu dengan Suku Marind

Suku marind menjual hasil buruannya di pasar tradisional batas negara. Foto oleh Tulus Muliawan

Suku marind merupakan suku asli yang menetap di Merauke. Meski begitu, mereka sudah mulai hidup modern. Mereka tidak lagi tampil dengan menggunakan koteka dan tinggal di rumah khas papua, honai. Suku marind ini juga hidup berbaur dengan masyarakat pendatang.

Meski sudah modern, sebagian penduduk suku marind masih menggunakan tradisi lama pada beberapa aspek kehidupan, salah satunya dalam mencari makan. Mereka masih hidup dengan cara berburu di hutan. Rusa, kangguru, dan kuskus merupakan binatang buruan mereka.

Di Merauke, berburu merupakan hal yang legal, asalkan dilakukan suku marind dan menggunakan senjata tradisional seperti panah dan ketapel. Berburu dengan panah dan ketapel merupakan tradisi turun temurun yang dilakukan para lelaki dari suku marind di hutan-hutan Merauke.

Para pemburu ini bisa dijumpai di kawasan Taman Nasional Wasur. Mereka biasa pergi berburu di siang hari dan pulang pada sore hari. Kalau kamu berpapasan dengan mereka, jangan sungkan untuk menyapa. Mereka akan menyambutmu dengan senyum yang lebar dan mengajakmu berbincang.

 

4. Foto Bersama Sarang Rayap Musamus

Foto bersama kawanan Musamus di Distrik Kurik. Foto oleh Tulus Muliawan

Selain sate rusa, ciri khas lain kota Merauke adalah Musamus. Musamus adalah sarang rayap yang terbuat dari campuran tanah dan semak belukar. Musamus sangat menarik perhatian karena bentuknya yang unik, menyerupai stalagtit yang sering dijumpai di dalam di goa kapur.

Sarang ini dibuat oleh koloni rayap untuk dijadikan sebagai tempat tinggal mereka. Sarang ini tumbuh perlahan seiring berjalannya waktu. Sebagai ciri khas Merauke, Musamus juga digunakan sebagai nama universitas negeri di Merauke, yaitu Universitas Musamus.

Ukuran musamus sangat beragam, mulai dari ketinggian di bawah satu meter, sampai yang tertinggi mencapai sekitar lima meter. Diameter sarang rayap ini juga cukup besar, antara 50 centimeter sampai dua meter. Sarang rayap ini bisa ditemui di wilayah pedalaman Merauke.

Kalau kamu berkunjung ke Merauke, jangan lupa untuk berfoto bareng Musamus ya! Ssarang rayap raksasa yang sangat langka ini cuma bisa ditemui di Merauke dan sebagian kecil wilayah Australia bagian utara. Tunjukkan bahwa kamu memang pernah berkunjung ke Merauke!

 

5. Mendengar Kisah Inspiratif dari Pak Ma’ruf

Pak Ma’ruf Suroto, polisi penjaga perbatasan RI-PNG

Selain empat poin di atas, pengalaman langka yang hanya bisa kamu dapat saat berkunjung ke Merauke adalah berjumpa dengan Pak Ma’ruf Suroto. Pak Ma’ruf merupakan polisi yang ditugaskan di perbatasan Indonesia-Papua Nugini, tepatnya di Distrik Sota, distrik paling timur di Indonesia.

Pak Ma’ruf merupakan sosok inspiratif yang beberapa kali mengundang perhatian. Dengan segala keterbatasan, ia berjuang “menghidupkan” wilayah perbatasan dengan menyulap semak belukar menjadi taman-taman yang cantik. Ia juga menanami pekarangan rumahnya dengan buah-buahan dan sayur-mayur.

Kalau berkesempatan singgah di Sota, luangkan waktu sejenak untuk berbincang dengan Pak Ma’ruf. Dia tak segan berbagi pengalaman dan kisah inspiratif selama bertugas di perbatasan. Di rumahnya yang hanya berjarak 300 meter dari gerbang perbatasan, Pak Ma’ruf juga menjual souvenir khas Merauke.

***

Bagaimana, seru kan? Buat kamu yang sudah pernah pergi ke titik paling barat di Sabang, pasti akan sangat berkesan kalau bisa melengkapi petualanganmu dengan mengunjungi titik paling timur di Merauke. Jangan khawatir, Merauke bukan kota tertinggal seperti yang kamu bayangkan.

Saat ini, ada tiga penerbangan besar yang singgah di Merauke setiap hari, yaitu Garuda Indonesia, Lion Air, dan Sriwijaya Air. Bagaimana soal penginapan? Tenang, kamu bisa menemukan banyak penginapan di pusat kota Merauke. Tinggal pilih, bintang satu, bintang dua, atau bintang lima.

Selamat bertualang!

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU