Ini Alasan Mengapa Traveling Adalah Salah Satu Cara Terbaik Mengenali Sifat Asli Pasanganmu

Tak pernah terpikirkan sebelumnya traveling bersama pacar. Diluar dugaan, banyak pelajaran berharga yang saya dapatkan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rani Suryatama

 

Foto oleh Sharon Loh

Tak pernah terpikirkan sebelumnya traveling bersama pacar. Kami memiliki hobi yang agak berbeda. Aku lebih suka menghabiskan waktu di luar, sementara Andi, pacarku lebih suka bermain game di rumah. Cukup mengherankan kami dapat bertahan lebih dari 1 tahun.

Banyak hal yang aku perlajari saat traveling ke Bromo bersamanya.

1. Jangan sombong

Aku memang lebih sering bertualang daripada dia. Setelah kereta kami di Malang, kami menyewa motor untuk melanjutkan perjalanan ke Bromo.

Aku menjadi penunjuk jalan. Aku hanya ingin menunjukan padanya bahwa aku adalah seorang ‘traveler‘.

Di salah satu persimpangan, aku dengan cepat menunjuk arah kiri, yang ternyata jalan itu justru menuju jalur pendakian Semeru. Udara sangat dingin, hanya pohon-pohon besar di kanan kiri kami. Ternyata kami tersesat cukup jauh dan harus bertanya pada orang untuk menemukan jalur kembali,

Mataku berair, ingin menangis karena merasa bersalah namun dia justru menepuk pundakku dengan keras, ‘traveling itu asyik ternyata!’ sembari tertawa.

Aku tahu dia hanya ingin menghiburku, namun aku sangat berterima kasih dia cukup pengertian tak menyalahkan ke-soktahuanku.

2. Saling menjaga satu sama lain

Beberapa pemuda lokal sempat menggoda saya saat kami melintas, aku melotot kearah mereka. Namun tiba-tiba Andi menggandeng tangan saya dan tersenyum ramah sembari menyapa mereka.

Aku heran. para pemuda itu justru mempersilakan sambil mengingatkan untuk hati-hati.

Aku meremas tangannya. Aku bangga padanya. Seorang yang culun, yang tiap hari bermain game di kamar, justru dapat menangani masalah dengan warga lokal dengan baik.

Kami menaiki Jip melewati padang pasir. Malam itu langit sangat bersih, bintang-bintang bertaburan diatas kami. Kami berhenti sejenak menikmati pertunjukan semesta.

‘Pantas, kamu suka pergi-pergi nggak jelas,kamu nggak pernah bilang kalau langit malam seindah ini,’ dia menatapku.

‘Kamu yang selalu cuek mendengar ceritaku,’ Aku menujulurkan lidah.

3. Ketahui batas diri

Saya bertekad ingin menunjukan matahari terbit padanya. Karena itu kami menanjak segera setelah sampai titik poin terakhir kendaraan. Nafas saya sudah ngos-ngosan dan perut terasa sakit karena belum makan apapun sejak berangkat dari Malang.

Andi selalu menawari saya makan namun selalu saya tolak karena takut tak mendapatkan momen matahari terbit. Tangga ini tak terlalu tinggi namun entah kenapa nafas saya sangat berat dan kepala terasa pusing.

Tiba-tiba Andi merangkul dan menuntun saya pelan kembali ke bawah. Saya sempat protes, namun karena terlalu lemas saya menurut.

‘Kamu bisa pingsan nanti, di atas sudah penuh,’ Dia menasehati saya.

‘Matahari terbit bisa kapan saja. Kalau kamu pingsan nggak asyik aku nonton sendiri,’ Dia tersenyum sambil membuka bekal roti dan memberikannya padaku.

Aku lupa, salah satu hal penting dalam traveling, ‘kenali batas dirimu’ karena kita traveling untuk kembali pulang.

4. Cara menikmati perjalanan

Dia baru pertama kali traveling, namun dialah traveler terbaik yang pernah kukenal. Dia mengajariku banyak hal, termasuk cara menikmati perjalanan.

Tiap traveling, aku selalu berkutat pada hal-hal terbaik apa yang dapat dilakukan di destinasi yang kutuju. Aku lupa, jika perjalanan menuju tempat itu terkadang justru bisa lebih menyenangkan daripada destinasi akhirnya.

Pada akhirnya kami tak berhasil mendapat momen matahari terbit, namun entah kenapa tak ada rasa sesal di hati. Perjalanan pertama bersama Andi sangat menyenangkan.

Pada dasarnya dia memang santai, sehingga tak terpaku pada target. Namun sikap santai itulah yang membuat dia dapat menikmati setiap detik perjalanan. Tersesat di hutan, naik motor berdua menembus udara dingin kawasan Bromo serta menikmati indahnya ratusan bintang di atas sana.

‘Ayo naik, diatas sudah tak terlalu penuh,’ Andi menggandengku naik.

Tak ada lagi semburat cahaya matahari terbit, namun aku puas. Kami dapat mencapai tempat ini, berdua. Dengan segala hambatan yang kami temui dijalan, ternyata kami dapat mengatasinya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU