Kami Pendaki Cewekpun Sanggup Mencapai Puncak

Banyak orang meragukan saat mendengar rencana pendakian kami. Mendaki Merapi berempat, semuanya cewek tanpa 1 cowokpun dalam rombongan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Foto oleh Wike Sulistiarmi

Sore itu, tak ada angin tak ada hujan, kami 4 cewek memutuskan untuk melakukan pendakian Merapi.

Ya, 4 cewek, tanpa ada 1 cowokpun dalam rombongan!

Saya tak habis pikir mendengar beragam respon orang saat mendengar rencana kami, ‘Apa nggak bahaya tuh?’ atau ‘wah, kalian nekat.’

Respon yang secara tak langsung berkata,’mustahil kami cewek semua dapat mendaki hingga puncak‘.

Kami tak patah arang, justru makin bersemangat.

Petualangan dimulai

Kami ingin membuktikan bahwa cewek itu bukan makhluk yang lemah, bukan cuma jadi beban dan merepotkan para cowok.

Pendakian yang satu ini berbeda dari pendakian kebanyakan yang kami lakukan, karena itu persiapan yang kami lakukan juga berbeda.

Jika biasanya mungkin ada para cowok yang bisa “mengatasi semua”, kali ini kami benar-benar harus mempersiapkan dan membawa barang-barang kami sendiri, siap pada apapun yang nanti akan terjadi.

Untungnya kami merencanakan pendakian tiktok atau bisa disebut pendakian tanpa camping, jadi tak satupun peralatan camping yang kami bawa. Hanya ada logistik, jas hujan, senter dan p3k serta alat ibadah, jadi tidak terlalu memberatkan kami.

Jadi, untuk para cewek yang tidak ingin terlihat ribet dengan barang bawaan yang banyak dan memberatkan ketika tak ada cowok disamping kalian, bisa mencoba teknik mendaki tanpa camping. Namun teknik ini cukup beresiko, terutama jika terjadi hal diluar dugaan ataupun salah perhitungan waktu.

Jangan sembrono memutuskan untuk tiktok jika belum tahu estimasi waktu pendakian digunung yang akan dituju.

Sebelum mendaki, kami sempatkan mengecek ulang semua peralatan. Ini penting, karena diatas sana nanti kami harus mandiri. Inilah saat terbaik mengenal batasan diri kita.

***

Dari basecamp kami memulai perjalanan, berjalan seperti biasa, seperti saat mendaki bersama rombongan cowok, tak ada yang berbeda. Rasa lelah yang dirasa pun sama.

Tak ada hal lain yang bisa dilakukan saat lelah, tak perlu panik juga hanya karena lelah. Jangan mudah menyerah hanya karena “rasa lelah”. Cukup beristirahat, dan melanjutkan perjalanan setelah agak mendingan. Jangan paksakan tubuh untuk terus berjalan, isilah energi dengan makanan manis.

Kami butuh pembuktian, bukti jika para cewek juga bisa sampai puncak tanpa adanya cowok disamping kami.

Kami membuktikannya, kami bisa!

Jika saat naik dengan cowok biasanya menggunakan jalur alternatif yang cepat dan efektif untuk menghindari jalan biasa yang ramai oleh pendaki lain, disini kami hanya bisa pasrah dengan jalur biasa dan ramai, akibatnya fisik kamipun mudah lelah karena harus antri berjalan, maklum pendakian kali ini kami ambil hari minggu, jadi banyak sekali pendaki.

Kami sebenarnya bukan pendaki profesional hingga berani-beraninya mendaki berempat tanpa cowok disalah satunya, satu dari kami malah belum pernah melakukan pendakian. Tapi, semua itu bukanlah halangan buat cewek untuk membuktikan bahwa cewekpun bisa.

Dan akhirnya, puncak! Kami berhasil mencapai puncak meski dengan waktu tempuh lebih lama dari biasanya. Kami telah membuktikan bahwa kami bisa melakukannya.

Kami teringat semua keraguan-keraguan saat mendengar kami berempat berencana mendaki tanpa seorangpun cowok dalam rombongan. Perasaan bangga luar biasa merasuk dada.

Setelah berfoto-foto dan menyegarkan badan, kami segera bergegas turun agar tak kemalaman.

Kami sampai di basecamp Selo menjelang Maghrib.

Perjalanan luar biasa dan tak terlupakan. Pendakian pertama bersama para cewek, dan kami berhasil mencapai puncak.

Untuk cewek yang ingin melakukan pendakian kalian sendiri, jangan takut untuk mencobanya, percayalah dan mantapkan hati jika sebenarnya kamu sanggup melangkah tinggi.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU