Homo Floresiensis, Manusia Purba Asli Flores yang Dikira Ebu Gogo

Pada tahun 2001, tim arkeologi gabungan dari Autralia dan Indonesia berhasil menemukan sebuah fosil manusia betubuh pendek di sebuah gua.

SHARE :

Ditulis Oleh: Taufiqur Rohman

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang masih dengan teguh menjaga nilai-nilai tradisi dan adat kepercayaan leluhur. Erat kaitannya dengan kepercayaan, biasanya setiap kelompok masyarakat memiliki setidaknya satu makhluk mitologi yang menjadi bagian dari kekayaan kearifan lokal masyarakat. Tak terkecuali masyarakat Flores di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).

Masyarakat Flores sangat mempercayai keberadaan Ebu Gogo yang berwujud manusia kerdil berbulu dengan tinggi sekitar satu meter yang hidup di pedalaman hutan. Secara fisik Ebu Gogo hampir mirip dengan manusia, perbedaannya terletak pada cara berjalan yang sedikit kikuk dan telinga yang menjulur. Menurut kesaksian orang-orang yang pernah melihatnya, Ebu Gogo mampu menirukan ucapan manusia.

Pembuktian Secara Ilmiah

Gua Liang Bua di Pulau Flores NTT (Gramha.net).

Pembuktian secara ilmiah terus dilakukan oleh para peneliti untuk menemukan kebenaran dari keberadaan Ebu Gogo di Pulau Flores. Pada tahun 2001, tim arkeologi gabungan dari Autralia dan Indonesia berhasil menemukan sebuah fosil manusia betubuh pendek di sebuah gua di Liang Bua, Flores. Berdasarkan ciri-ciri yang ada diketahui bahwa terdapat banyak kemiripan antara fosil mansuia purba dengan Ebu Gogo yang pernah dilihat oleh masyarakat setempat.

Hasil penemuan fosil ini kemudian membuktikkan bahwa keberadaan makhluk mitologi Ebu Gogo memang terbukti adanya. Kajian terus berlanjut, oleh para ahli diketahui bahwa fosil tersebut ternyata merupakan spesies yang berbeda dengan manusia-manusia purba yang pernah ditemukan di Sangiran maupun Solo. Fosil ini kemudian diidentifikasikan dengan nama takson berbeda yaitu Homo floresiensis.

Hasil ekskavasi dari Gua Liang Bua juga menemukan berbagai fosil Homo sapiens serta mamalia lain seperti gajah stegodon, biawak, dan tikus besar yang diduga menjadi sumber makanan Homo floresiensis. Berbagai alat batu seperti beliung, mata panah, pisau, dan arang juga ditemukan di dalam Gua Liang Bua.

Berdasarkan hasil kajian lanjut yang dilakukan oleh para ahli diketahui bahwa Homo floresiensis hidup pada rentang 94.000-13.000 tahun lalu. Hal ini menunjukkan bahwa ada satu masa dimana Homo floresiensis dan manusia modern hidup berdampingan bersama. Tulang tengkorak manusia purba ini agak sedikit panjang dan rendah, berukuran kecil dengan volume otak 380 cc. Volume otak ini berada jauh dibawah Homo erectus (1000 cc) dan manusia modern Homo sapiens (1400 cc).

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU