Menjadi gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest tak pernah sepi oleh para pendaki. Namun, tidak semua pendaki gunung selalu tahu aturan main saat berada di gunung. Buang sampah sembarangan meski tahu hal itu tidak baik, mencoret-coret batu, pohon, atau fasilitas yang ada di gunung hanya untuk menulis hal-hal tidak penting masih sering ditemui.
Meskipun sudah banyak aturan yang diberlakukan oleh pengelola gunung, nampaknya hal semacam ini masih belum bisa menanggulangi berbagai permasalahan yang terjadi di berbagai gunung di dunia. Masih banyak pendaki yang melanggarnya. Untuk mengatasi permasalahan ini, Otoritas China menanggapinya dengan serius, terutama masalah coret-coret gunung.
Dilansir dari Kompas, Otoritas China di Tibet akan memblacklist para pendaki Gunung Everest yang masih nekat dengan aksi coret-coret mereka. Wakil Kepala Biro Pariwisata Tinggi County, Gu Chunlei, mengatakan, jika aksi coret-coret ini akan mudah diidentifikasi melalui daftar pendaki di basecamp pendakian.
Untuk membuat jera, Otoritas China tidak hanya memblacklist pendaki yang melakukan vandalisme, namun daftar hitam tersebut juga akan diumumkan secara luas melalui media massa. Jadi, Anda yang ingin coba mencoret-coret di Gunung Everest siap-siap dipermalukan di media massa.
Selain itu, akan ada Graffiti Zone di kawasan Gunung Everest agar pendaki yang suka mencoret-coret bisa menyalurkan bakat mencoret-coret di tempat yang telah disediakan.
Nampaknya, aksi tegas Otoritas China pada pendaki alay ini bisa ditiru pengelola gunung-gunung di Indonesia. Mengingat masih banyak pendaki gunung Indonesia sering mencoret-coret batu dan pohon di kawasan pegunungan Indonesia.
Saya masih ingat betul, ketika mendaki di beberapa gunung, masih banyak sekali pendaki yang menulis nama-nama mereka di atas batu. Lalu beberapa ekspresi kegembiraan mereka dengan mencoret pohon dengan nama si pendaki dan pasangannya.
Pernah suatu saat, saya mendapati seorang pendaki selesai melakukan aktivitas mencoret-coret nama mereka di sebuah pos pendakian. Sebelelum pendaki tersebut menuliskan namanya di pos pendakian tersebut, memang sudah banyak nama-nama pendaki lain disana. Namun saya penasaran dengan ‘motivasi tukang coret-coret ini’.
“Biar orang tahu jika saya pernah kesini, mbak..” Jawab pendaki tersebut.
“Terus , kalau semua orang tahu Mas sudah pernah ke sini, apa untungnya, Mas?” Balas saya.
Pendaki tersebut hanya bisa clingak-clinguk mendengar pernyataan saya. Sejatinya, tidak ada kebahagiaan murni hanya karena mencoret-coret di gunung. Mari bersama-sama menjaga kebersihan gunung dari coret-coret yang tidak penting. Tidak perlu ada acara blacklist dan zona grafiti untuk para pendaki. Penikmat alam harus cerdas menempatkan diri.