Dieng Culture Festival 2015 telah berakhir, namun kemeriahannya masih kuat di ingatan. Berikut semarak DCF 2015 yang terangkum dari balik lensa tim Phinemo.
Dieng Culture Festival 2015 telah berakhir, namun kemeriahannya masih terngiang di ingatan. Semaraknya langit malam saat penerbangan ribuan lampion berhiaskan parade kembang api, bersantap jagung bakar bersama orang-orang terdekat sembari menikmati lantunan musik jazz, keramahan warga lokal Dieng yang dengan baik hatinya menawarkan untuk mencicip buah carica, suhu malam hingga menyentuh angka minus -2 derajat celcius, lambaian tangan dan senyum polos anak-anak bajang atau bocah rambut gimbal sebelum dipotong rambutnya, semua begitu membekas di hati. Menurut Dinas Pariwisata Banjarnegara, DCF dengan acara utamanya berupa ruwatan pemotongan rambut para anak bajang kali ini dikunjungi tak kurang dari 150.000 orang, melebihi jumlah pengunjung tahun sebelumnya.
Ini dia, semaraknya Dieng Culture Festival 2015 dari balik lensa tim Phinemo;
Pentas bertajuk “Jazz Kemulan Sarung”, lantunan jazz di tengah suhu 4 derajat celcius, beratapkan lautan bintang
Ribuan orang berkumpul di venue menikmati lantunan jazz dengan jutaan bintang di atas kepala. Foto oleh Phinemo
Foto oleh Phinemo
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo tak mau ketinggalan ambil bagian dalam kemeriahan pentas “Jazz Kemulan Sarung”, Dieng Culture Festival 2015
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo ramah menanggapi permintaan foto bersama dari para pengunjung. Foto oleh Phinemo
Bersantap jagung bakar bersama orang-orang terdekat sembari menikmati pentas “Jazz Kemulan Sarung”
Menyantap jagung bakar di tengah dinginnya suhu dieng sembari menikmati lantunan musik jazz. Foto oleh Phinemo
Saat mentari perlahan menampakan wujudnya di ufuk timur, lautan kabut yang terterpa cahaya matahari terbit menjadi sajian utama di Dieng, Negeri Khayangan
Panorama lautan kabut dari belakang Museum Kaliasa. Foto oleh Phinemo
Panorama seperti ini yang akan membuatmu begitu merindukan Dieng. Foto oleh Phinemo
Candi Arjuna dengan latar semburat matahari terbit. Foto oleh Phinemo
Fenomena “bun upas”, embun beku yang muncul akibat suhu Dieng yang mencapai bawah 0 derajat celcius di tengah malam – pagi hari
Bun upas menyelimuti rumput di kompleks Candi Arjuna. Foto oleh Phinemo
Bun upas muncul saat musim dingin, Juli – Agustus, ia menempel di tumbuhan, kemudian mencair di siang harinya, membuat tumbuhan membusuk. Hal ini cukup merugikan para petani di Dieng. Foto oleh Phinemo
Berjalan-jalan di kawasan Candi Arjuna sebelum mentari terbit, bun upas menempel di sepatu. Foto oleh Phinemo
Menyatunya masyarakat lokal dan pengunjung Dieng Culture Festival 2015 saat acara Jalan Sehat di Hari ke- 2 penyelenggaraan
Sambutan Bupati Banjarnegara, Sutedjo Slamet Utomo sebelum jalan sehat dimulai. Foto oleh Phinemo
Masyarakat lokal dan pengunjung Dieng Culture Festival 2015 antusias mengikuti acara jalan sehat di hari ke-2 penyelenggaraan. Foto oleh Phinemo
Atraktifnya pertunjukan seni dari masyarakat lokal menyihir ribuan pengunjung Dieng Culture Festival 2015
Pertunjukan jathilan dari warga lokal. Foto oleh Phinemo
Foto oleh Phinemo
Atraksi tari api menjadi pengantar pesta lampion di malam ke-2 Dieng Culture Festival 2015
Pertunjukan tari api ini membuat para pengunjung heboh. Foto oleh Phinemo
Duet penari api memancing tepuk tangan meriah dari pengunjung. Foto oleh Phinemo
Ribuan lampion dan kembang api menghiasi langit malam Dieng, bak tarian kunang-kunang di tengah taman bunga
Ribuan lampion berisi harapan para pengunjung diterbangkan menghiasi langit malam Dieng. Foto oleh Phinemo
Kembang api mempercantik penerbangan lampion. Foto oleh Phinemo
Dan inilah dia, anak bajang, bocah rambut gimbal titisan raja Dieng yang menjadi “bintang utama” Dieng Culture Festival 2015 !
Dua anak bajang dengan ramah melayani permintan foto dari pengunjung sebelum acara ruwatan dimulai. Foto oleh Phinemo
10 anak bajang dikirab menuju lokasi ruwatan di Candi Arjuna menggunakan kereta kuda yang didatangkan langsung dari Yogyakarta. Foto oleh Phinemo