Dunia Pariwisata Indonesia Mampu Bertahan dari Isu Negatif Pasca Bom Jakarta

Pasca bom Jakarta, muncul kekhawatiran hal itu akan sangat berdampak bagi dunia pariwisata Indonesia. Namun nyatanya, dunia pariwisata Indonesia sanggup bertahan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Foto dari kompasiana

Pasca peristiwa teror bom di kawasan Thamrin Jakarta, muncul kekhawatiran hal tersebut akan berdampak besar bagi dunia pariwisata Indonesia. Namun, berbagai data yang terkumpul menunjukan bahwa ketakutan tersebut ternyata tak terbukti. Dunia pariwisata Indonesia dapat bertahan.

Association of the Indonesian Tours and Travel (Asita) Sumatera Barat misal, menyatakan teror bom dan penembakan di kawasan Sarinah di Jalan MH Thamrin, Jakarta, Kamis (14/1), tidak mempengaruhi sektor pariwisata Indonesia secara signifikan.

Ketua Umum Asita Asnawi Bahar mengatakan pengaruh teror bom Sarinah tidak sesignifikan bom Bali, meski ada beberapa negara yang langsung memberikan instruksi pada warga negaranya seperti Australia, Amerika dan Inggris. Namun ia pribadi masih menunggu angka pasti dari Badan Pusat Statistik (BPS).

Rata-rata wisatawan yang berkunjung ke Indonesia ialah 700.000 hingga 800.000 orang per bulan dan pada bulan-bulan tertentu ada yang mencapai 900.000 pengunjung, dan pengaruh dari teror bom itu akan terlihat dari angka kunjungan yang dikeluarkan BPS nantinya.

Asita mengapresiasi para pihak yang terlibat dalam memperbaiki keadaan pasca-bom.

“Industri pariwisata adalah korban pertama terjadinya aksi seperti ini sehingga pemerintah perlu melakukan segala upaya agar kejadian serupa tidak lagi terulang,” ujarnya.

Sementara dari Jogja, peristiwa bom Jakarta justru menjadi pelecut semangat bagi industri pariwisata untuk mempromosikan produk produk pariwisata yang dimiliki.

“Kita tidak boleh lengah akan tujuan pencapaian target kunjungan wisatawan ke Indonesia,” kata Ketua DPD ASITA DIY, Udhi Sudiyanto di Yogyakarta, Selasa (19/01/2016).

Asita memerlukan adanya dorongan positif dari pemangku kebijakan agar supaya para pelaku dapat membuat produk produk wisata yang variatif, unik dan kompetitif. Disamping juga membantu mempromosikan destinasi yang aman dan nyaman.

Usaha keras berbagai pihak pasca Bom Jakarta

Serangan teror bom di Thamrin, Jakarta, pada 14 Januari 2016 lalu memang mengguncang dunia. Sejumlah media asing secara intensif memberitakan insiden di kawasan yang disebut sebagai ring satu itu. CNN International, ABC News, BBC World, Xinhua, semua live report.

Tetapi, tak lebih dari 2 x 24 jam, berita-berita terorisme itu mulai meredup. H+3 suasana sudah kembali normal, seperti tidak terjadi apa-apa. Bahkan pos polisi itu sudah ditutup dengan tulisan #IndonesiaBerani #IndonesiaDamai.

Padahal dalam sebuah peristiwa yang dibungkus dengan isu teror, apalagi ada embel-embel bom, lalu disiarkan dengan gencar melalui berbagai channel, memilik ‘daya rusak’ yang sangat tinggi. Para pelaku bisnis pariwisata sudah tepuk jidat, isyarat bakal paceklik datang.

Namun, hal yang ditakutkan tak terjadi. Dunia pariwisata indonesia mampu bertahan.

Menurut Menpar Arief Yahya, ada tiga hal yang harus diantisipasi terkait serangan teror tersebut. Pertama adalah langkah Emergency (E) atau istilah umumnya darurat, lalu Urgency (U) atau sifatnya mendesak, harus disegerakan, dan Contingency (C) atau tanggap.

Arief menambahkan, di Kemenpar pihaknya mengkombinasi dari berbagai sumber penanganan krisis, terutama di sektor pariwisata.

“Ada tiga tahapan tim crisis center bergerak. Pertama, tahap Emergensi. Kedua, tahap Rehabilitasi. Ketiga, tahap Normalisasi,” jelas Arief.

Emergency dimulai persis ketika kejadian itu berlangsung, 14 Januari. Hingga 16 Januari masa tanggap darurat itu berlangsung. Ada tiga level lagi khusus untuk tanggap darurat itu. Pertama immediate respons, atau merespon dengan cepat, seperti asessment on impact, apa penyebab krisis, kontak emergency respons team, bisa polisi atau lembaga yang terkait, lalu inmediate media respon,” terang Arief Yahya.

Memberikan keterangan pers, masuk dalam poin ketiga dari immediate reapons ini. Keterangan pers menurutnya penting untuk menjelaskan kepada publik, pelaku bisnis dan industri yang berada di dalam koordinasinya, untuk memberi koridor dan arah. Ada pegangan yang bisa dipercaya publik dan kredibel untuk memberikan penjelasan resmi.

Mengapa itu mendesak? Karena keterangan cepat itu akan menenangkan publik, sehingga mereka bisa memutuskan sesuatu untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.

Langkah emergency selanjutnya, kata dia, adalah suspense advertising. Pukul 16.00 Menpar mengumumkan, atas dasar pertimbangan etik, maka seluruh tayangan promosi Wonderful Indonesia di semua channel dihentikan dalam waktu 7 hari.

“Karena Polisi berhasil membereskan situasi, maka pukul 19.00 kami mencabut penundaan promosi pariwisata itu, jadi masa hold itu cuma 3 jam saja,” jelas Marketeer of The Year 2013 ini.

Selanjutnya langkah emergency adalah Assure Industry. Memastikan semua sektor yang berada di bawah kemenpar tetap beroperasi dengan normal.

“Kami sudah cek 14 hotel di seputar kawasan Thamrin, semua aman. Tidak ada yg cancellation, tidak ada yang check out lebih cepat. Kami sudah sudah pantau perhotelan dan penerbangan di Bali, Batam, Jogja, semua aman,” Arief, menjelaskan.

Di samping itu, para pegiat pariwisata di dunia maya tak tinggal diam. Demi menunjukan bahwa Indonesia layak dan aman untuk dikunjungi, diawali dari inisiasi beberapa netizen yang peduli dengan kondisi pariwisata Indonesia, beredar tagar #IndonesiaWorthIt disertai dengan mengunggah foto-foto yang menampilkan keindahan alam serta keunikan budaya Indonesia.

 

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU