Diving Spot Sabang yang Wajib Dijelajahi

Diving spot ini membuktikan mengapa pesona bawah laut Sabang begitu populer hingga mancanegara.

SHARE :

Ditulis Oleh: Erin Ariane

Walaupun mungkin tidak se-berwarnaterumbu karang di lautan Flores, perairan Aceh memiliki pesonanya tersendiri. Titik diving di pulau ini tersebar luas di sekeliling Pulau Sabang dengan ciri khas dan tingkat kesulitan yang variatif.

Pastikan kalian menyisakan setidaknya 1 hari untuk menjelajahi perairan Sabang selagi berada di tempat ini!

Jadi, sebenarnya apa istimewanya perairan di pulau yang masuk dalam buku “15 destinasi terbaik di Nusantara” yang ditulis oleh Barry Kusuma ini?

Shark Plateu, The Canyon hingga Sophie Rickmers Wreck

Sabang memiliki lebih dari belasan titik diving dengan ciri khas yang berbeda-beda. Mulai dari Shark Plateu tempat melihat hiu, sekumpulan barakuda dan manta, The Canyon yang seperti labirin bawah laut dengan turunan dalam (deep drop) mencapai 50m lebih, hingga Sophie Rickmers Wreck, kapal karam peninggalan Perang Dunia II tempat tinggal berbagai biota laut dan sekumpulan ikan-ikan langka yang terbaring di kedalaman 37m – 55m.

Coral Sea Fan raksasa di situs diving The Canyon. Foto oleh Leonora Adelia

Mungkin banyak yang mengira bahwa hanya penyelam ahli dengan lisensi menyelam yang bisa menikmati indahnya kedalaman laut Sabang. Tidak, kabar baiknya, kalian yang belum memiliki lisensi juga bisa menikmatinya!

Tidak jauh dari Iboih Inn, dengan berjalan selama kurang lebih 15 menit kamu akan menemukan Rubiah Tirta Divers (juga banyak diving centre lainnya seperti Monster Divers di Pantai Gapang, Lumba-Lumba Diving Centre, Iboih Dive Centre dan lainnya yang tersebar di berbagai area di pulau ini). Diving centre menyediakan berbagai paket termasuk discovery dive atau pengenalan diving bagi yang tidak berlisensi.

Jangan salah, meski batas penyelaman maksimum hanya 12 meter, itu sudah cukup untuk bisa melihat biota-biota laut yang unik di perairan Sabang.

Dan satu yang tak boleh kamu lewatkan, situs mobil karam di dasar laut yang memang sengaja ditenggelamkan untuk melestarikan tempat tinggal biota laut!

Mobil karam untuk tempat tinggal biota laut. Foto oleh Ayub Ardiyono

 

Situs Gejala Pasca-Vulkanis Bawah Laut

Pulau Weh juga dikenal sebagai Pulau Gunung Api. Gejala pasca-vulkanis dapat dilihat dari adanya lubang-lubang fumarol, solfatar, dan sumber air panas yang banyak dijumpai di pulau ini, baik di lereng gunung, kaki gunung, di tepi pantai dan bahkan di dasar laut. Salah satu titik selam dan snorkeling yang harus kamu coba kunjungi adalah Teluk Pria Laot, salah satu geoheritage pasca-vulkanis dan situs geologi yang unik.

Dari kejauhan kamu dapat mencium bau belerang yang kuat, hampir membuat kita enggan untuk masuk ke air, Bahkan mungkin kamu akan berpikir bahwa lautan tersebut beracun. Untuk memastikan, tanyaka terlebih terdahulu kepada pengemudi kapal.

Perairan ini memiliki kedalaman sekitar 13-20 meter dengan lubang fumarol yang menyembur terus-menerus menyebabkan perairan penuh dengan pusaran gelembung.

Sensasi menantang berenang di atas fumarol bawah laut. Foto oleh Kadek Arini

Saat menyelam kita bisa merasakan sedikit rasa hangat karena fumarol-fumarol tersebut. Situs ini akan memberi pengalaman yang mengesankan, kapan lagi bisa berenang di atas lapangan fumarol hasil dari gejala pasca-vulkanisme?

 

Pantai Anoi Hitam

Coral Acropora sepanjang mata memandang di Pantai Anoi Hitam. Foto oleh Leonora Adelia

Berbeda dengan perairan Teluk Pria Laot, di sini kita bisa berenang di atas meja-meja terumbu karang Acropora dalam perairan yang lebih dangkal. Arus di sini sedikit lebih kencang terutama pada sore hari. Bentuk terumbu karang yang telihat seperti meja mungkin menggoda kita untuk menginjaknya sebagai pijakan (atau mungkin iseng memegangnya). Tapi ingat! Tidak hanya tajam dan berbahaya, terumbu karang sensitif dan mudah rusak. Boleh foto-foto sepuasnya, tapi jaga juga ya terumbu karangnya!

***

Berbagai tempat tersebut hanya sebagian kecil dari berbagai situs-situs selam lainnya di Sabang. Tidak heran jika Sabang menjadi salah satu destinasi diving yang dikenal hingga mancanegara. Kita sebagai yang “memilikinya” sudah seharusnya bangga dan ikut menjaga kelestarian bawah laut Indonesia, bukan justru merusaknya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU