Bukan lagi hal yang luar biasa mendaki gunung dengan jalan maju ke depan. Yang tidak biasa adalah saat kamu naik gunung dengan cara berjalan mundur. Nggak sembarang orang bisa melakukannya. Butuh persiapan fisik dan mental yang kuat. Namun, Iswahyudi sanggup melakukannya.
Iswahyudi alias Cak Tarpin adalah seorang pendaki senior dari komunitas pendaki, Gimbal Alas Indonesia. Bersama Gimbal Alas, Cak Tarpin kerap turun langsung membantu proses evakuasi di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) bahkan membersihkan sampah-sampah di sekitar Gunung Semeru.
Dilansir dari akun instagram urban.hikers, jalan mundur yang dilakukan Cak Tarpin merupakan bagian dari pemecahan rekor dunia. Rute pendakian yang akan dilalui Cak Tarpin adalah Gunung Bromo-Semeru. Acara pendakian jalan mundur ini pun menjadi penanda pembukaan International Tjelaket Culture Festival pada 25 Oktober 2016 lalu.
Pendakian jalan mundur dilakukan selama 8 hari. Dimulai dari tanggal 25 Oktober hingga 1 November 2016 dengan rute perjalanan kota Malang – Tumpang – Jarak Ijo – Bromo – Jemplang – Ranu Pani – Ranu Kumbolo – Kalimati – Puncak Mahameru – Gubuk Klakah – Tumpang – Malang.
Sebelumnya, Cak Tarpin sudah pernah melakukan jalan mundur ke Puncak Mahameru dan Gunung Rinjani. Namun, rute kali ini terbilang lebih jauh jika dibandingkan dengan dua perjalanan sebelumnya. Total jarak yang akan ditempuh Cak Tarpin kali ini sekitar 193 kilometer.
Berbekal helm, dua buah spion, dan pengawalan 4 orang dari Komunitas Gimbal Alas, Cak Tarpin akhirnya berhasil menggapai puncak Mahameru pada 29 Oktober 2016. Cak Tarpin menjelaskan, agar misi jalan mundurnya lancar, dia telah mempersiapkan mental, fisik, dan konsumsi buah-buahan.
Bukan sekedar pemecahan rekor dunia biasa. Tujuan Cak Tarpin mendaki puncak Bromo dan Semeru untuk melakukan bersih gunung. Jadi, Cak Tarpin memungut sampah di area pendakian. Apa yang dilakukan Cak Tarpin juga dimaksudkan untuk promosikan keindahan kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sebagai destinasi wisata unggulan.
***