Tak Perlu Dengarkan Mereka yang Nyinyir, Hobi Travelingmu Akan Jadi Kebanggaan di Hari Tua

Traveling tak hanya sekadar melancong kesana kemari. Ada sebuah kebanggaan di mana hanya para traveler yang dapat memahaminya

SHARE :

Ditulis Oleh: Prameswari Mahendrati

Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik selama perjalanan.” Pendapat tersebut bisa saja menjadi sebuah kebenaran.

Backpacking, jika dipandang secara etimologis semata, pengertian frasa tersebut hanyalah bagaimana cara kita melakukan perjalanan dengan menjinjing ransel.

Seiring dengan berkembangnya gaya hidup, kini traveling telah beralih menjadi sebuah trend, istilah backpacking sendiri telah bergeser semakin meluas, tergantung bagaimana sudut pandang kita terhadap frasa ini.

“Traveling secara irit” begitulah pengertian yang akhir-akhir ini saya tangkap dari berbagai pembicaraan mengenai backpacking.

Tapi, apakah benar backpacking hanyalah sekedar menjinjing ransel dan perjalanan irit semata? Bagaimana dengan kesan dan kebanggaan yang didapat setelah melakukan perjalanan ke suatu destinasi? Saya yakin para pejalan sudah cukup cerdas untuk menangkap apa esensi dari sebuah perjalanan.

Mungkin kita tidak atau belum menyadari bahwa perjalanan yang kita lakukan hampir sama saja dengan kuliah yang kita peroleh di bangku universitas. Bedanya, pelajaran hiduplah yang akan kita peroleh, bukan teori kalkulus, statistika, metode penelitian, atau microteaching.

Paling tidak banyak hal yang bisa diceritakan tentang apa yang kita tahu tentang apa yang tidak mereka tahu.

1. Kita Lebih Mengerti Karena Pernah Merasakannya Sendiri

Berbagai media berkoar-koar menggambarkan konflik perbatasan negara Indonesia dengan Malaysia, jika kita tidak menjamah tempat itu, kita tidak akan tahu betapa indahnya suasana di sana hingga memungkinkan untuk dijadikan sebagai potensi wisata. Kita tidak akan mengerti betapa tingginya mimpi dan cita-cita pemuda di Suku Mandar untuk bisa menjadi seorang pessandeq dengan prestasi internasional.

“Inilah esensi yang dirasakan apabila kita turut serta menjadi bagian dari budaya masyarakat setempat, empati lah yang kami dapatkan lebih dari hanya sekedar menikmati keindahan suatu tempat lewat program televisi tentang traveling”

2. Keluar dari Zona Nyaman untuk Menjadi Pribadi yang Berbeda

Minggu pagi sambil menikmati secangkir kopi panas, ditemani kudapan, bersantai di sofa lembut dengan tayangan traveling dan kuliner di televisi, mungkin me time seperti itulah dambaan orang-orang yang terlilit rutinitas super sibuk sehari-hari.

Berbanggalah Kamu yang memilih bertualang di sela-sela kesibukan pekerjaan, karena Kamu berusaha keluar dari zona nyaman.

Ketika Kamu memutuskan untuk mengangkat ransel dan pergi ke suatu tempat, tak ada sofa lembut dan televisi yang memanjakan dan lebih memilih berinteraksi dengan mastyarakat dari beragam suku, maka selamat! Anda sedang belajar proses bermasyarakat.

Kamu akan lebih kritis memandang berbagai realita yang berkembang di masyarakat, pemikiran Anda akan berubah menjadi lebih liar menanggapi kehidupan.

“Percayalah, keluar dari atap rumah akan mengubah dirimu menjadi seseorang yang berbeda, lebih baik tentunya”

3. Kamu Telah Menjadi Seekor Kecoa

Perlu pikiran yang positif untuk melihat sisi kelebihan dari hewan yang banyak dibenci oleh sebagian besar orang ini. Jika Kamu telah melakukan perjalanan ke beberapa tempat dengan iklim masyarakat berbeda, maka Kamu akan sadar bahwa Kamu adalah survival yang dapat bertahan di segala keadaan.

“Kamu juga akan paham kalau kehidupan tidak seramah yang Kamu bayangkan. Sekarang tinggal Kamu kaitkan saja dengan kecoa, maka Kamu akan tahu kenapa traveler bisa survive seperti kecoa”

4. Pengorbanan Menjadi Pilihan Untuk Mendapatkan Sesuatu yang Lebih

Banyak pilihan destinasi yang bisa dituju olehmu, tinggal memilih perjalanan dan tempat seperti apa yang menjadi idamanmu. Mencoba berbagai jenis perjalanan, itulah traveling yang sebenarnya bagi saya. Sadar hanya seorang mahasiswa, sayapun memilih berkorban mengurangi uang jajan harian demi menabung untuk liburan di Bangkok.

Di kala teman-teman lain makan siang di restoran junkfood ternama di Indonesia, maka saya lebih memilih makan di sebuah warung sederhana atau memasak Itulah salah satu pengorbanan kecil yang dilakukan untuk mendapatkan pengalaman luar biasa.

“Apabila Kamu pernah merasakan berkorban seperti ini, Kamu bisa berbangga karena Anda termasuk golongan orang yang memiliki tujuan minimal untuk passionmu.”

5. Kamu Mudah Bergaul dengan Orang Baru di Lingkungan Baru

Suka bergaul dan bercengkrama dengan orang-orang baru di perjalanan maupun penduduk lokal sudah menjadi cap yang melekat dalam diri pejalan. Anda tidak pernah merasa kesepian walaupun sedang menjajal menjadi seorang solo traveler.

“Kamu tidak pernah merasa kesepian, selalu ada kesempatan berbincang dengan sesama traveler di bangku kereta api, entah berbagi cerita maupun berbagi tips untuk tujuan destinasi”

Lewat keadaanmu akan dipaksa untuk bersosialisasi dengan orang di sekelilingmu karena beradaptasi di lingkungan baru bukanlah menjadi pilihan, tapi keharusan. Keadaan seperti itulah yang mambentukmu sebagai orang yang anti-asosial.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU