Pernahkah Kamu merasa naik gunung itu suatu kegitan yang sedang dan sangat ngetren? Menurut saya, naik gunung itu bukan lagi hal yang ekstrem, tapi lebih ke kegitan yang menjurus ‘kalau Kamu belum naik gunung Kamu belum bisa dibilang keren dan kekinian’. Iya, itu kalimat yang bisa menjelaskan maksud kata ‘ngetren’ itu.
Dari tren itu, mereka para anak-anak muda yang ingin dibilang kekinian rela kedinginan, merasa lelah, haus, bahkan rela tersesat. Karena ingin mengikuti tren. Kira-kira, apa yang membuat naik gunung sangat ngetren? Coba Kamu simak ini.
Kamu pernah dipameri temanmu dengan foto-fotonya naik gunung dan kertas bawaannya yang mencantumkan namamu di dalamnya? Saya yakin, ini yang membuatmu ngiler ingin mengunjungi gunung dan menuliskan nama temanmu yang lain untuk pamer dan membuatnya juga ngiler ingin naik.
“Aku udah di sini, kapan Kamu ke sini juga?”
Prediksi saya, kegiatan ini akan terus menerus berputar hingga semua orang merasakan naik gunung, atau bisa jadi tren ini akan berhenti ketika mereka menemukan kebosanan terus dipameri dengan pemandangan yang sama dari gunung yang sama yang pernah mereka daki.
Semua orang pasti ingin diakui eksistensinya. Dengan pengakuan orang lain mereka akan merasa puas dengan apa yang dilakukannya. Begitu juga dengan beberapa foto-foto selfie seorang pendaki yang menunjukkan keberadaannya di sebuah gunung. Ia akan merasa sangat puas jika foto-foto yang ia pamerkan mendapatkan respon dari teman-temannya.
Para anak-anak muda saling ingin terlihat ada, sehingga merekapun berlomba selfie dan pamer foto hingga mendaki gunung menjadi kegiatan yang sangat populer dan menjadi tren di kalangan para anak muda yang awalnya tidak tahu menahu dengan dunia pendakian.
Kamu pernah melakukan hal semacam ini juga? Untuk saat ini mungkin wajar, tapi di saat dunia pendakian bukan lagi menjadi sebuah tren, apa yang sedang Kamu tekuni, mungkin akan terlihat biasa saja.
Baca juga: Ini yang Harus Anda Lakukan Jika Seluruh Gunung di Indonesia Ditutup Untuk Aktivitas Pendakian
Awalnya memang diajak teman, tapi Kamu ketagihan naik gunung dan mulai mengajak teman-temanmu yang lain. Menurut saya, ini hal yang menjadi alasan kuat mengapa naik gunung menjadi sebuah tren.
Saya juga menjadi korban ketagihan. Ketagihan ini membuat saya menyebarkan ajakan kepada teman-teman saya yang belum memiliki pengalaman mendaki. Diluar espektasi, teman-teman yang pernah saya ajak untuk naik gunung kembali naik dengan teman-temannya juga.
Kepastian yang seharusnya terjadi, harusnya rasa ketagihan ini akan membuat kejadian yang sama seperti yang saya alami. Yap! menurut saya, ini alasan kuat mengapa mendaki gunung menjadi sebuah tren untuk saat ini.
Baca juga: Pendaki Gunung Memang Pantas Jadi Idola, Filosofi Mereka Bisa Mengubah Caramu Memandang Hidup
Film berimbas sangat besar dalam dunia pendakian. Keluar di bioskop pada tahun 2012, film ini sukses membuat para anak muda menjadi tertarik untuk membuat pendakian mereka sendiri ke Gunung Semeru.
Hingga tidak sampai beberapa minggu penayangannya di bioskop, dampakpun mulai terasa. Ranu Kumbolo, Kalimati, dan semua tempat-tempat indah yang ditonjolkan film inipun berubah menjadi layaknya pasar.
Menurut berbagai media, inilah awal dan gerbang dari era tren naik gunung yang sedang gencar-gencarnya dilakukan oleh banyak anak muda.
Baca juga: [QUIZ] Lewat Kuis Ini Kami Bisa Tahu Jenis Pendaki Seperti Apa Kamu
Jodoh itu bisa di pertemukan dimanapun, pun di gunung. Kebanyakan teman-teman saya juga bilang hal semacam ini. Mungkin, alasan ini yang tidak masuk akal, tapi menurut survey, ini adalah sala satu alasan mengapa mendaki gunung menjadi suatu alasan mengapa mendaki gunung menjadi sebuah tren.
Alasan lain mengapa mendaki gunung adalah sebuah hal yang sangat kekinian adalah karena para pendaki dadakan ini menemukan keindahan yang belum pernah ia lihat, ia rasakan, dan pemandangan itu sangat keren dan semua orang yang melewatkan satu hal ini adalah orang-orang yang ketinggalan jaman.
Semua orang tak ingin ketinggalan dengan pemandangan indah ini. Semua orang ingin melihatnya.
Indonesia selalu indah dari sisi manapun, gunung-gunung yang menjulang tak terlalu tinggi menciptakan berbagai spesies yang dinamai ‘bunga abadi’ dan padang rumput yang entah berapa kali melihat pemandangan itu, serasa tak pernah ada bosannya. Kenikmatan inilah yang menurut saya menjadi salah satu alasan mengapa mendaki gunung menjadi sebuah tren yang tidak masuk akal, pemandangan yang tidak bisa ditemukan di mall atau di bioskop.