7 Bukti Anak-anak Lebih Baik Dari Orang Dewasa Saat Traveling

Anak-anak terkadang tahu cara menjadi petualang yang sesungguhnya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Rani Suryatama

Foto oleh Sektordua

1. Anak-anak selalu ‘kepo’

Keponakan saya berumur 7 tahun, tiba-tiba menarik-narik rambut kuda yang terurai saat naik delman di Jalanan Malioboro, Jogja hanya karena penasaran apa beda rambut kuda dengan rambutnya.

Meski sempat dimarahi Pak Kusir, saya kagum dengan rasa ingin tahunya yang besar. Begitupun ketika dia tiba-tiba menghilang di Taman Sari, dan saya menemukan dia sedang duduk diam di depan penjual permen gulali, sembari terus bertanya pada si penjual,’ini apa? bagaimana cara membuatnya?’.

Rasa ingin tahunya sangat besar. Beda dengan orang dewasa yang selalu membuat hipotesanya sendiri tentang suatu hal aneh dan tak berminat mencari tahu.

Orang dewasa cenderung cuek, dan ‘sok tahu’.

2. Mereka tak perlu rencana

Orang dewasa selalu membuat perencanaan berbulan-bulan sebelumnya saat akan bepergian.

Mmebuka review Trip Advisor tempat mana yang harus dikunjungi, atau berkunjung ke restoran yang menurut Lonely Planet memiliki menu terbaik.

Saat saya berkata, saya akan mengajaknya ke Jogja, dia langsung berteriak pada bundanya untuk mengemas celana pantai, pelampung dan kacamata renang barunya bergambar tokoh ultraman.

Entah kenapa hanya pantai yang ada dipikirannya. Saya bertanya, ‘Kak, gimana kalau di pantai nggak boleh berenang?’

Kalau nggak boleh berenang kita beli es krim sambil main di pantai aja tante, terus kita cari kolam renang aja, pokoknya kakak mau renang,’ Dia menjawab sembari tertawa memamerkan giginya yang baru tumbuh.

Anak kecil berpikiran bebas, jika tak bisa melakukan A, tinggal melakukan B.

3. Serba spontan

Keponakan saya bisa tiba-tiba menghilang bersama teman-temannya dan ternyata mereka berkemah di lapangan komplek rumah. Tak ada obrolan apapun dengan para ‘orang dewasa’ penanggung jawab mereka, dan mereka sedang membakar ubi dan sosis malam itu.

Orang dewasa, membutuhkan waktu sebulan untuk sekadar memutuskan akan pergi atau tidak, dan akhirnya berujung pada kata ‘aduh, ternyata ada kerjaan mendadak di kantor, lain kali ya,’ atau ‘badanku capek banyak pekerjaan bulan kemarin, mungkin bulan depan ya.’

4. Tidak meributkan hal kecil

Setelah tiba di bandara tiba-tiba ada pengumuman jika penerbangan hari itu ditunda hingga waktu tak ditentukan karena ada badai. Petugas maskapai atau bandara hampir pasti menjadi sasaran -padahal jelas bukan mereka penyebab badai itu.

Anak kecil lebih memilih berkeliling bandara melihat-lihat hal baru, atua mengeluarkan perangkat game portabelnya.

Toh, tempat wisata yang akan dituju tidak akan beranjak dari sana, kalaupun batal saya bisa bermain game menghabiskan waktu. Mungkin itu yang dipikirkannya.

5. Anak-anak adalah petualang yang sesungguhnya

‘Orang dewasa’ selalu banyak berpikir.

Kami orang dewasa, banyak yang menjadi tanggung jawab kami, kami tak mau mengambil resiko,’ selalu menjadi argumen.

Tentu saya paham, saya pun termasuk golongan ‘orang dewasa’. Hanya saja, mengapa sesekali tak kita coba ‘menjadi anak kecil’?

Anak kecil hidup sebagai petualang, orang dewasa bertualang lari dari hidup.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU