Saya pernah menjumpai ini saat penerbangan menuju Singapura. Seorang wanita muda berambut cat cokelat, kacatama hitam dan syal hitam tebal di leher.
Teman saya berkelakar,’mungkin pendapat orang Indonesia itu luar negeri = pasti dingin dan bersalju.’
Dua ransel atau ‘Pergi Dulu‘ tak termasuk. Mereka memang sering berkelana kemanapun berdua. Dina & Ryan Dua Ransel mungkin akan segera bertiga setelah kabar kemunculan ‘ransel junior’ di timeline twitter mereka.
Solo traveling keluar negeri belum membudaya bagi orang Indonesia, jadi kebanyakan mereka pergi bergerombol, baik melalui trip yang dirancang sendiri atau menggunakan agen tur.
Cukup mencolok saat saya melihat gerombolan turis Indonesia di pinggiran jalanan Hanoi.
Hal ini berkaitan dengan kebiasaan bergerombol di atas. Saya sering melihatnya di bandara.
Bukan sesuatu yang salah, hanya saja saat saya melihat segerombolan orang berfoto di bandara saya merasa lega,’oh, masih ada “keluarga” sendiri di sini,’ karena hampir bisa dipastikan mereka dari Indonesia.
Ini saya lakukan sendiri saat ke Kanazawa Jepang, dan saya rasa sebagian besar orang Indonesia melakukan hal yang sama. Angin di Kanazawa sangat dingin menusuk kulit. Herannya, orang-orang Jepang seperti tak merasakan apapun. Bahkan guide lokal berkata saat itu cukup hangat.
Saya menggosok perut dan leher dengan minyak kayu putih sebanyak mungkin saat kembali ke hotel karena takut masuk angin.
Sebagian besar turis asal Indonesia melakukan ini, karena saat di toko oleh-oleh Belanda, toko bernuansa vintage itu dipenuhi oleh turis-turis asal Indonesia.
Berfoto selfie menjadi aktivitas wajib, seolah semua sudut jalanan harus masuk dalam koleksi foto perjalanan.
Dan maaf saja jika saat saya posting foto di sosial media dan orang bertanya lokasi tersebut, saya sering lupa informasi tentang tempat itu, karena yang paling penting adalah berfoto selfie! Harap maklum.