5 Fakta Gunung Hawu Padalarang yang Tak Pernah Kamu Tahu Sebelumnya

Gunung Hawu di Padalarang Jawa Barat, menyimpan banyak potensi wisata menarik yang layak kamu jadikan pilihan mengisi waktu liburan

SHARE :

Ditulis Oleh: Ashadi Natha Prasetyo

Foto oleh Ashadi Natha

Tidak banyak orang yang tahu bahwa kawasan Padalarang yang terkenal dengan perbukitan kapurnya yang menjulang tinggi tidak hanya memiliki tempat wisata seperti taman batu (stone garden) atau Goa Pawon yang merupakan tempat tinggal manusia purba pada zaman dahulu atau Danau yang biasa disebut dengan Situ Ciburuy.

Ada satu tempat cukup unik dan belum dikenal banyak orang di daerah Padalarang yang bernama Gunung Hawu atau ‘Tebing 125’.

Keunikan dari Gunung Hawu ini adalah memiliki lengkungan alami yang banyak orang menyamakannya dengan lengkungan alam seperti Natural Bridge  di Virginia dan Arches Nationall Monument di Utah.

Berikut hal-hal yang perlu kamu ketahui tentang Gunung Hawu, Padalarang.

 

1. Melihat secara langsung “hawu”raksasa

Foto dari adriarani

Hawu yang berasal dari Bahasa Sunda yang berarti tempat perapian atau  “kompor” untuk memasak yang biasa dipakai penduduk sekitar sangat cocok dengan penamaan gunung ini. Bentuk Hawu ini dapat dilihat dari Desa Cidadap dengan penampakan lubang besar di tengah dan bolong pada bagian atas.

 

2. Spot terbaik untuk pemburu sunrise

Foto oleh Ashadi Natha

Tidak perlu jauh-jauh pergi ke Gunung Bromo atau ke dataran tinggi Dieng untuk melihat sunrise. Ternyata Gunung Hawu sudah menjadi tempat favorit di kalangan pecinta landscape fotographer untuk berburu matahari terbit. Dengan latar belakang menara telekomunikasi dan lekukan perbukitan serta hamparan kabut tipis, menjadi momen yang indah bila bisa mengabadikan sunrise dari tempat ini.

 

3. Menjadi spiderman bersama Sekolah Panjat Tebing SKYGERS

Bagi penyuka olahraga ketinggian, Gunung Hawu menjadi tempat yang pas untuk berlatih secara fisik dan penggila tantangan untuk memanjat tebing maupun menelusuri goa vertikal sedalam puluhan meter. Tingkat kesulitan yang ada di tebing ini cukup menantang bagi pemula ataupun pemanjat tebing profesional. Mulai dari ukuran 15 meter, 16 meter, hingga 26 meter.

Dikelola oleh SKYGERS yang merupakan Perguruan Pemanjat Tebing Pertama di Indonesia mengajarkan tentang teknik-teknik pemanjatan dengan aman dan benar. Tidak hanya mengajarkan tentang teknik memanjat saja, Skygers juga mengajarkan tentang konsep keamanan dan keselamatan dalam aktivitas pemanjatan dimana Skygers memberikan dasar dari setiap paket yang diberikan supaya bisa dikembangkan lebih lanjut guna peningkatan prestasi setiap pemanjat pemula maupun lanjutan.

 

4. Melestarikan Gunung Hawu bersama Suku Badot

Foto dari mongabay travel

Suku Badot bukanlah suku pedalaman yang tinggal di sekitar Gunung Hawu. Suku Badot adalah sejumlah orang yang bergerak di bidang konservasi, pelestarian alam dan edukasi yang bertugas memberi pemahaman tentang terancamnya Gunung Hawu akibat penambangan yang massif oleh penambang kapur. Baik itu yang bersifat tradisional atau moderen.

Suku Badot berharap, dengan banyaknya pengunjung yang “bermain” di daerah ini, para penambang tidak bisa meneruskan aktivitasnya karena terdesak dengan peraturan dan tentunya dilindungi oleh pemerintah yang melarang adanya aktivitas di suatu tempat apabila tempat tersebut memiliki aktivitas yang melibatkan wisatawan atau suatu organisasi.

Maka dari itu demi meramaikan wisata di Gunung Hawu, Suku Badot membuat suatu aktivitas menarik seperti hammocking  yang membentang di tengah-tengah tebing yang pastinya tidak mengesampingkan tentang masalah keamanan.

 

5. Raungan mesin penambang pada siang hari

Foto dari mongabay travel

Suasana berbeda akan dirasakan pada saat kamu melakukan camp di atas puncak gunung. Semilir angin yang bertiup kencang dan taburan bintang di langit yang gelap akan membuatmu terpesona. Tapi rasakan perbedaannya pada siang hari. Raungan mesin pabrik dan hilir mudik truk berukuran besar membuat pemandangan tak sedap di mata. Kepulan asap hitam dan debu yang beterbangan sangat mengganggu kita untuk menikmati keindahan Gunung Hawu.

Dengan begitu maraknya aktivitas di Gunung Hawu, bukan tidak mungkin lubang “hawu” yang menjadi ciri khas dari tebing kapur ini akan hancur. Dan ternyata di balik maraknya penambang batu kapur, banyak sekali kerugian daripada keuntungan yang dialami oleh warga sekitar.

Janji manis para pemilik tambang untuk bekerja di pabriknya dengan pendapatan yang cukup berbanding terbalik dengan fakta yang ada selama ini. Warga yang tinggal di sekitar tambang mengalami kesulitan air bersih, polusi udara, tentunya masalah kesehatan yang tidak bisa dihindari oleh warga setempat.

Maraknya aktivitas penambangan batu karst tentunya menimbulkan perdebatan banyak pihak. Di satu sisi banyak pekerja tambang yang membutuhkan pendapatan, di satu sisi kerusakan alam yang tidak terkendali tentunya berdampak pada kelestarian alam. Apa lagi di sekitar Gunung Hawu banyak sekali peninggalan-peninggalan prasejarah yang sangat berharga dan belum diteliti oleh para arkeolog. Dengan rusaknya alam, pasti semakin berkurangnya ruang terbuka untuk kita bermain dan tentunya anak cucu kita belum pasti bisa merasakan keindahan yang pernah kita lihat.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU