10 Fakta MesaStila Challenge & Ultra 2015 yang Harus Kamu Tahu

Inilah berbagai fakta dari gelaran MesaStila Challenge Ultra 2015 yang harus kamu tahu!

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Gelaran ultra trail dan challenge run bertajuk MesaStila Challenge & Ultra (MCU) 2015 yang diadakan oleh MesaStila Hotel & Resorts berjalan dengan sukses pada 9-11 Oktober lalu.

Berikut fakta dan cerita menarik dari MCU yang memasuki tahun ke-5 nya ini;

 

1. Lari melintasi 3 gunung sejauh 100 K dalam waktu 32 jam!

Foto oleh Desti Artanti

“Mana mungkin ada orang yang mau mengikuti perlombaan lari menembus hutan dan gunung sejauh 100 kilometer?” Mungkin kamu harus berpikir ulang, karena ada 16 orang yang melakukannya dalam MesaStila Ultra & Challenge Ultra 2015! Mereka diberi batas waktu  32 jam untuk menyelesaikan race.

MCU 2015 diramaikan dengan hadirnya kategori baru yaitu ultra trail run 100K. Sedianya kategori ini direncanakan melintasi 5 gunung; Merapi, Merbabu, Andong, Telomoyo, dan Gilipetung. Namun karena Merapi dan Merbabu masih ditutup karena dalam masa recovery setelah terjadi kebakaran yang terjadi beberapa waktu lalu, H-3 sebelum acara dimulai panitia dengan cekatan membuat rute baru dimana peserta harus menjalani 2 putaran melintasi 3 gunung selain Merapi dan Merbabu.

Meski rute berubah, berdasar keterangan Race Director MCU 2015, Sri Agus Budi, jarak yang ditempuh tetap sama namun dengan elevation gain yang lebih sedikit.

Selain 100K, terdapat kategori lain yaitu 65 K dan 42 K untuk kategori trail run, serta 21 K dan 13 K untuk kategori challenge run. Total peserta dari seluruh kategori lebih dari 150 orang.

 

2. Tak semua peserta berhasil finish

Foto oleh Shabara Wicaksono

Ya, tak seluruh peserta berhasil mencapai garis finish. Beratnya medan, kondisi fisik dan mental, serta daya tahan tubuh menjadi beberapa faktor ‘bergugurannya’ para peserta.

Berikut presentase finish dari masing-masing kategori:

100k – 62% finisher

65k – 77% finisher

42k – 56% finisher

21k – 78% finisher

13k – 95% finisher

3. Berburu poin demi Ultra Trail Du Mont Blanc

Foto oleh Desti Artanti

MesaStila Challenge & Ultra adalah salah satu lomba lari di Indonesia yang resmi berada dalam rangkaian Asia Trail Master. Tiap peserta dalam kategori 100 K MCU 2015 yang berhasil finish akan mendapat  3 poin, sementara finisher 65 K akan mendapat 2 poin. Tiap pelari ultra trail membutuhkan 9 poin agar dapat ikut serta dalam pengundian keikutsertaan Ultra Trail Du Mont Blanc di Prancis, sebuah lomba ultra trail run bergengsi dunia.

Selain MCU, lomba ultra trail lain yang termasuk dalam rangkaian Asia Trail Master adalah Ultra trail Gede Pangrango, Ijen Trail Run, Bromo Tengger Semeru Ultra Trail dan Mount Rinjani Ultra.

 

4. Sajian panorama alam memukau

Foto oleh Shabara Wicaksono

Salah satu hal unik dalam MesaStila Challenge & Ultra, peserta akan selalu dijejali bonus pemandangan alam yang cantik dan memukau sepanjang rute.

Rute ultra trail run 100 K dan 65 K  melewati hijau dan segarnya wilayah 3 gunung Andong, Telomoyo dan Gilipetung, lalu rute challenge running 21K dan 13K  start dari tempat yang penuh nilai sejarah, Stasiun Ambarawa, melintasi bukit-bukit kecil dengan kemegahan Merapi dan Merbabu yang menjadi latarnya, menjadi nilai plus lomba lari ini dibanding yang lain.

Seperti yang dijelaskan oleh General Manager MesaStila Hotels dan Resort, M. Isa Ismail Rauf, bahwa pihaknya memang berencana menjadikan wisata olah raga menjadi salah satu daya tarik utama di kawasan Jawa Tengah. Untuk ke depannya, akan lebih banyak lagi kegiatan olah raga sekaligus berwisata lainnya.

 

5. Dua bocah ajaib dari Salatiga

Foto oleh Desti Artanti

Siapa sangka, dua bocah kecil ini berhasil memenangkan race 13 K kategori wanita mengalahkan puluhan peserta lainnya. Mereka adalah Rieke Febrianti (12 tahun) sebagai juara dan Nurul (13 tahun) urutan kedua. Dua bocah asal Salatiga ini mengaku memang telah mempersiapkan diri dengan berlatih rutin untuk MCU 2015.

Salut untuk 2 pelari masa depan Indonesia ini!

6. Sebuah tantangan tersendiri berlari diatas rel

Foto oleh Desti Artanti

Aargh!” seorang pelari berbadan tambun berkaos biru tiba-tiba berteriak. Rupanya ia tersandung bantalan rel. Beruntung ia masih dapat menjaga keseimbangan. Nasibnya lebih beruntung dibanding pelari sebelumnya yang lututnya sobek karena terjatuh.

Kategori 13 K dan 21 K mungkin tak se-ekstrim 3 kategori lain; 42, 65 dan 100 K. Namun 2 kategori ini tetap memiliki tantangan tersendiri. Salah satu rute yang harus mereka lewati adalah jalur kereta api dari Stasiun Ambarawa Kab.Semarang menuju Stasiun Bedono Magelang. Tak mudah berlari di sini, karena jalur yang tak rata peserta cenderung akan memilih berlari di kayu bantalan rel. Masalahnya jarak antar kayu yang tak sama justru dapat mengacaukan ritme berlari sehingga mau tak mau terkadang mereka harus berlari diatas batu-batu disamping rel. Hal yang cukup menguras stamina karena harus terus berkonsenstrasi menjaga keseimbangan langkah agar tak terjatuh.

 

7. Aki: “Yang terpenting adalah keberanian untuk ‘start’, ‘finish’ adalah urusan kesekian”

Foto oleh Shabara Wicaksono

Dalam sebuah kompetisi, hasil memang penting. Namun bagi Aki -seorang pelari trail run senior di Indonesia dan co-founder Indorunners-, keberanian untuk ‘start’ sama pentingnya.

Menurutnya, tiap orang harus berhenti membandingkan diri dengan orang lain, tak ada hal baik yang akan dicapai dengan terus melakukan hal itu. Akan lebih baik jika kita berusaha membandingkan diri kita yang sekarang dengan masa lalu, terus menjadi lebih baik dari sebelumnya, demi mengetahui batas diri kita.

“Para peserta MCU 2015 yang kita lihat sekarang nampak begitu hebat menembus jalur-jalur ekstrim tengah gunung, dengan panjang rute yang tak kalah ekstrim hingga 100K, mereka semua memulai dari bawah. Awal mereka mencoba rute 13K, tahun berikutnya 21K, terus naik, lebih dan lebih dari sebelumnya. Tak semua orang mau dan berani mencoba trail & challenge run, namun para peserta ini melakukannya. Mereka berani mengambil keputusan itu. Terlepas nanti mereka gagal finish, atau tak berhasil menang, yang terpenting adalah kaki mereka sudah melewati garis start, itu esensinya.”

 

8. Sosok inspiratif: Mila Marlina, satu-satunya peserta wanita MCU 2015 100K

Foto oleh Shabara Wicaksono

Astri Apriyani, salah seorang penulis di Phinemo pernah menuliskan tentang perempuan dan petualangan tanpa batas. Dalam MCU 2015, Mila Marlina, 43 tahun, asal Solo, menjadi bukti dari tulisan tersebut. Ia adalah  satu-satunya peserta wanita kategori 100 K yang membuat banyak orang kagum karena semangatnya. Mila berhasil menjadi salah satu finisher bersama 9 pelari lain, dengan catatan waktu 29 jam 7 menit 47 detik!

Tim Phinemo pertama bertemu dengannya di basecamp Kudusan setelah ia baru turun dari Puncak Andong. Satu hal yang menjadi ciri khasnya, ia selalu tersenyum dan mudah tertawa, bahkan saat kelelahan sekalipun. Saat mengobrol ia tak terlihat ngos-ngosan sama sekali. Setelah melahap snack dan meneguk minumannya, ia berpamitan lanjut lari dengan muka sumringah. Nampak Mila sangat menikmati larinya.

Namanya sudah tak asing dalam dunia trail run Indonesia. Sebelum MCU ini, ia adalah pemenang marathon Gede Pangrango Mei lalu. Ia juga seorang pendaki yang telah menjajal ekstrimnya medan Cartenz dan Aconcagua.

Dalam klasemen Asia Trail Master, Mila Marlina kini menempati peringkat pertama dengan 942 poin, unggul 42 poin dari pelari wanita Malaysia, Tan Seow Ping.

 

9. Saling bersaing, saling merangkul

Foto oleh Shabara Wicaksono

Tak mungkin sebuah perlombaan tanpa jiwa kompetisi di dalamnya. Namun, di atas semua itu ada satu hal yang tak kalah penting, yaitu rasa kebersamaan.

Banyak cerita para pelari dari berbagai kategori yang saling menyemangati, berbagi logistik, ataupun berdiri berpanas-panas di garis finish untuk memberi applause pada pelari lain yang baru saja mencapai finish, menjadi pemanis MesaStila Challenge & Ultra 2015.

Seperti saat satu-satunya peserta wanita di kategori ultra run 100 K, Mila Marlina mulai nampak dari kejauhan berjalan tertatih menuju garis finish, sontak beberapa peserta lain langsung berteriak memberi semangat. Berlebihan? Tidak. Teriakan-teriakan tersebut yang menjadi bahan bakar semangat bagi Mila untuk mencoba berlari kecil menuju garis finish, meski mungkin sekujur badan sudah terasa sangat sakit. Setelah berhasil melewati garis finish, beberapa peserta merubunginya untuk mengucapkan selamat.

Adapula cerita dari peserta wanita kategori 65K, Kristine Sihotang yang sempat disemangati saat tersesat oleh seorang peserta mancanegara yang tak ia kenal, dan bahkan si peserta asing tersebut membagikan obat anti kram untuk Kristine.

 

10. Para manusia super!

Foto oleh Shabara Wicaksono

You were born to win, but to be a winner, you must plan to win, prepare to win, and expect to win – Zig Ziglar

Dan inilah para juara dari semua kategori:

Juara 100K kategori pria: Arief Wismoyono, peringkat 2 Dzaki Wardhana dan peringkat 3 Pramonosidi Wijanarko.

Juara 100K kategori wanita: Mila Marlina.

Juara 65K kategori pria: Celian Baup, peringkat 2 Muhammad Fauzi Difinubun dan peringkat 3 Vincent Chahas.

Juara 65K kategori wanita: Budiyarni.

Juara 42K kategori pria: Ary Iskandar, peringkat 2 David Machmud dan peringkat 3 Kris van de Velde.

Juara 21K kategori pria: Tribius Tauho, peringkat 2 Alfred Maleczki dan peringkat 3 Tom Damek.

Juara 21K karegori wanita: Erni Ulatningsih, peringkat 2 Melly Milenia dan peringkat 3 Sharfina Sheila Rosada.

Juara 13K kategori pria: Setenly, peringkat 2 Marbangun dan peringkat 3 Khamid Shoiman.

Juara 13K kategori wanita: Rieke Febrianti, peringkat 2 Nurul dan peringkat 3 Dinda Zakila.

***

MesaStila Challenge & Ultra 2015 telah usai, gegap gempitanya samar masih terdengar di telinga dan terasa di hati. Namun kini sudah bukan saatnya terus larut dalam rasa senang yang membuncah karena berhasil menang, ataupun rasa sedih karena gagal finish karena MesaStila Challenge & Ultra 2016 menanti di bulan Oktober tahun depan, tentunya dengan berbagai aspek yang lebih menantang. Persiapkan dirimu!

 

Partner with:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU