Wisata Mistis Gunung Kawi, Kearifan Lokal Indonesia yang Punya Penggemar Hingga Mancanegara

Wisata Gunung Kawi memang terkenal sebagai destinasi wisata ziarah yang tak lepas dari kesan mistis dan kepercayaan kejawennya. Namun, siapa sangka, penggemarnya tak hanya berasal dari Jawa bahkan sampai mancanegara seperti Jerman, Inggris, dan India.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Gunung Kawi, gunung berketinggian 2551 mdpl yang terletak di kabupaten Malang ini memiliki keindahan bentang alam yang aduhai. Di balik keindahannya, Gunung Kawi menyimpan tradisi wisata ziarah yang tak pernah putus dari masa ke masa.

Gunung yang tak begitu tinggi ini pun punya banyak penggemar. Bukan pendaki, tapi rata-rata mereka adalah penganut kepercayaan kejawen dan pemburu berkah. Konon, berkah apa saja boleh diminta. Keselamatan, enteng jodoh, lancar rezeki, ingin dapat anak atau harapan diwangsiti nomor togel kode buntut pun bisa.

Baca juga: Mengapa banyak destinasi wisata yang mirip Eropa

Petilasan Prabu Kameswara, Pangeran Kerajaan Kediri yang kini dijadikan tempat meminta pesugihan di Wisata Gunung Kawi. Foto dari pariwisataalam.com

Menurut R. Soelardi Soerjowidagdo dalam buku ‘Tata Cara Ziarah dan Riwayat Makam Gunung Kawi’ yang ditulisnya, bukan hanya orang Jawa saja yang ke sini, wisatawan asal luar Indonesia seperti Tiongkok, Singapura, India, Timur Tengah, Inggris, Jepang, Belanda, Jerman, Malaysia, Taiwan, Hong Kong. Setidaknya, negara tersebut pernah tercatat dalam buku tamu.

Entah apa yang dilakukan wisatawan mancanegara di Gunung Kawi, yang jelas area sekitar Makam Gunung Kawi memang representatif dan nyaman untuk berwisata ziarah atau piknik. Hawa sekitar yang sejuk, udara bersih, penginapan kelas melati hingga hotel representatif pun ada. Belum lagi warung makan, restoran, dan fasilitas memadai lainnya. Semua yang dibutuhkan wisatawan ada di sini.

Pada era 1990’an wisata Makam Gunung Kawi, begini orang lebih suka menyebutnya, begitu kondang. Ratusan orang rela berdempet-dempetan untuk meminta berkah. Hingga kini pun, ziarah Gunung Kawi pun masih digandrungi.

Pada hari-hari biasa, makam-makam yang disakralkan ramai dikunjungi peziarah. Biasanya, jumlah kunjungan wisatawan ziarah ini akan makin meningkat pada Jumat Legi, Senin Pahing dan mencapai klimaknya pada 12 Suro (Muharam). Saat itulah, ribuan orang bisa tumplek blek. Pada momen tersebut, mereka tak hanya meminta berkah seperti yang dilakukan di hari-hari biasa, tapi juga melangsungkan tahlil akbar dan upacara khusus untuk memeringati wafatnya tokoh spiritual Mbah Djoego atau yang memiliki nama asli Kanjeng Kiai Zakaria II.

Ritual yang dilakukan saat Jumat Legi dan tanggal 12 Suro. Foto dari sabdalangit.wordpress.com

Mbah Djoego ini merupakan keturunan Keraton Mataram Yogyakarta yang berkuasa pada abad ke-18. Selain Mbah Djoego, ada juga Raden Mas Iman Soedjono. Sama halnya Mbah Djoego, Imam Soedjono pun seorang keturunan Keraton Mataram Yogyakarta.

Semasa hidup, keduanya dikenal sebagai tokoh keagamaan, pendakwah (dai), dan juga sebagai pemimpin dan panutan masyarakat yang dekat dengan rakyat terutama di Jawa Timur.

Baca juga: Taman wisata Lombok hasil kolaborasi Indonesia-Korea

Selain identik dengan kedua sosok tersebut, Gunung Kawi memang terkenal sebagai destinasi wisata yang kental dengan hal-hal mistis. Meski demikian, makam tokoh spiritual yang ada di sana tak nampak seram. Malah terlihat bersih, berkesan mewah, berhiaskan lampu-lampu. Tak ada aura angker sama sekali. Namun, saat para peziarah mulai menyalakan hio atau pun menyan, aroma yang keluar ditambah semerbak aroma bunga mawar yang ada pada sesajen memancarkan kesakralan luar biasa.

Guci sakral yang dipercaya airnya bikin awet muda. Foto dari anehdidunia.com

Kemistisan pun muncul pada dua guci kuno peninggalan Mbah Djoego. Pada zaman dahulu, guci-guci ini digunakan sebagai penyimpanan air suci untuk pengobatan. Masyarakat sering menyebutnya dengan nama ‘janjam’. Kini, air dalam guci sering dipercayai bisa membuat orang menjadi awet muda.

Selain air dalam guci yang bisa membuat awet muda, di area Makam Gunung Kawi ini terdapat pohon Dawandaru. Bagi para peziarah, pohon ini dianggap sebagai pohon keberuntungan. Bagi warga keturunan Tiongkok, Pohon Dawandaru disebut sebagai pohon Dewa.

Buah Pohon Dawandaru yang selalu ditunggu kapan jatuhnya. Foto dari tanamanobatku.wordpress.com

Biasanya, para peziarah akan duduk menunggu dahan atau buahnya terjatuh, lalu disimpan baik-baik. Konon, menyimpan buah atau pun dahan Pohon Dawandaru yang jatuh bisa menambah kekayaan. Uniknya, peziarah rela menunggu lama. Tak hanya dalam hitungan jam, bahkan bulan.

Kisah-kisah seram tentang Gunung Kawi kerap beredar. Dari kerajaan jin hingga ritual pesugihan. Namuna yang paling mengerikan, melewati setahun setelah peziarah mendapatkan apa yang diinginkan misalnya peningkatan kekayaan di kehidupannya, mereka harus menyerahkan tumbal berupa manusia yang masih memiliki hubungan darah dengannya. Konon, tumbal tersebut diberikan kepada para penguasa kerajaan ghaib.

Percaya tak percaya, masih banyak orang yang melakukan praktek wisata ziarah untuk meminta berkah seperti yang ada di Gunung Kawi ini. Dan inilah, salah satu keunikan Indonesia yang harus dihormati dan dijaga.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU