Kementerian Kesehatan secara resmi mengeluarkan travel warning bagi seluruh warga Indonesia, utamanya wanita hamil, untuk sementara tak berkunjung dulu ke negara-negara Kejadian Luar Biasa (KLB) virus zika. Pemerintah ingin melindungi WNI dari kemungkinan tertular penyakit yang bersumber dari virus Zika.
“Jika terpaksa, harus melakukan tindakan pencegahan dari gigitan nyamuk secara ketat,” ujar Menteri Kesehatan Indonesia, Nina Moeloek.
Nila meminta WNI yang berkunjung ke luar negeri untuk memeriksakan kondisi kesehatannya dalam kurun waktu 14 hari setelah tiba di Indonesia. Apalagi, jika ada keluhan gejala demam, ruam kulit, nyeri sendi dan otot, sakit kepala dan mata merah.
“Sebutkan riwayat perjalanan dari negara yang sedang KLB penyakit virus Zika kepada dokter pemeriksa,” kata dia.
Kementerian Kesehatan mencatat beberapa negara berstatusi KLB Virus Zika adalah Brazil, Cape Verde, Kolombia, El Savador, Honduras, Martinique, Panama, dan Suriname.
Sedangkan negara-negara yang memiliki status transmisi aktif virus Zika seperti Barbados, Bolivia, Curacao, Republik Dominika, Ekuador, Fiji, Guyana Prancis, Guadalope, Guatemala, Guyana, Haiti, Meksiko, Kaledonia Baru, Nikaragua, Paraguay, Puerto Riko, Saint Martin, Samoa, Tonga, Thailand, Virgin Kepulauan, dan Venezuela.
Virus Zika adalah anggota dari keluarga Flaviviridae dan ditularkan ke manusia oleh nyamuk. Orang yang terjangkit virus zika akan merasakan gejala seperti sakit kepala, ruam di wajah, leher, lengan atas, mungkin juga menyebar ke telapak tangan dan kaki, demam dan nyeri punggung.
Virus ini dapat menimbulkan resiko terhadap janin pada wanita hamil. Virus telah dikaitkan dengan mikrosefali, sebuah kondisi dimana bayi memiliki kepala kecil dan perkembangan otak yang tidak lengkap.
Lebih dari 2.700 bayi di Brasil dilaporkan lahir dengan mikrosefali atau kecacatan pertumbuhan otak pada tahun ini. Jumlah ini meningkat drastis dibanding tahun 2014, yaitu hanya sekitar 150 kasus.
Pemerintah Brasil menduga peningkatan kasus mikrosefali akibat infeksi virus zika pada ibu hamil yang ditularkan melalui gigitan nyamuk. Salah satu yang diduga korban virus zika adalah bayi Luzia yang lahir pada Oktober 2015.
Putri Angelica Pereira ini lahir dengan ukuran kepala sangat kecil. Menurut ahli saraf, mikrosefali yang dialami Luzia menyebabkancerebral palsy. Pada minggu awal kehamilannya, Angelica mengaku sering digigit nyamuk.
Mulanya, gigitan nyamuk hanya dianggap hal biasa, tetapi lama-kelamaan Angelica menderita demam, sakit kepala, ruam, dan rasa terbakar di mata. Dalam waktu empat hari, gejala tersebut hilang.
Pejabat kesehatan di Brasil meyakini, mikrosefali yang dialami putri Angelica dan ribuan bayi lainnya disebabkan oleh wabah virus zika.
Saat ini belum ada vaksin atau obat untuk mencegah demam Zika. Kita dan terutama ibu hamil dapat melindungi diri dengan mencegah gigitan nyamuk dan menjaga kesehatan tubuh.
Virus Zika dipastikan telah ditemukan di Indonesia pada 2015.
Lembaga Biologi Molekuler Eijkman pertama kali menemukan ada virus Zika di Indonesia saat wabah dengue (demam berdarah) di Jambi pada Desember 2014-April 2015.
Saat itu ada satu sampel yang setelah diteliti tak ada indikasi dengue. Setelah dikaji lebih jauh, ditemukan virus Zika dalam sampel pasien tersebut.
Peneliti Emerging Virus Research Unit Lembaga Eijkman, Frilasita Yudhaputri, mengatakan, berdasarkan riwayat perjalanan pasien, ia tak pernah ke luar negeri atau daerah lain. Jadi, disimpulkan, virus Zika telah berkembang di Jambi, tetapi tak terdeteksi karena penderita dianggap kena dengue.
Penemuan virus Zika di Jambi itu ibarat fenomena puncak gunung es karena kemungkinan menyebar luas, tetapi warga yang terinfeksi dianggap kena demam berdarah dengue (DBD). Gejala penyakit akibat virus Zika ialah panas, sakit persendian, sedikit ruam-ruam, dan radang di selaput mata.