Ketika aksi vandalisme di tempat-tempat umum menjadi bentuk perusakan dan tak terpuji, di beberapa tempat aksi vandalisme justru difasilitasi.
Kuil Tandenan atau Rakugaki Tera, sebuah kuil di Kyoto Jepang mengizinkan pengunjung untuk mencorat-coret dinding. Ini menjadi tradisi yang telah berlangsung sejak lama. Awal mula, kuil tersebut tengah dilakukan renovasi ruangan. Kegiatan renovasi tersebut menarik masyarakat sekitar datang dan membantu pengerjaan tersebut.
Bentuk terima kasih sang kepala kuil kepada masyarakat adalah dengan membolehkan masyarakat untuk menulis keinginan mereka di tembok-tembok kuil untuk bisa dijawab oleh Dewa Daikokuda, dewa penjaga kuil tersebut. Aksi mencorat-coret tersebut bahkan bertahan hingga sekarang. Setiap pengunjung diperbolehkan mencorat-coret tembok dengan menuliskan keinginan dan harapan mereka dengan membayar 30 yen atau setara dengan Rp 35.000,-.
Banyaknya pengunjung yang datang tiap tahunnya membuat tembok kuil dipenuhi dengan coretan-coretan hingga tak ada ruang tersisa untuk pengunjung lain menulis lagi. Untuk itu, setiap tahunnya Kuil Tandenan mencat ulang tembok tersebut agar kembali bersih dan bisa kembali dicorat-coret.
Pengunjung bisa mengunjungi Kuil Tandenan pada hari Sabtu dan Minggu dari pukul 09.00 sampai 15.00 waktu setempat.
Jika Jepang memiliki wadah untuk menghalalkan aksi vandalisme, Bogor pun mempunyai Taman Corat-Coret sebagai sarana berkreasi. Inilah tempat bagi para pecinta graffiti yang gagas oleh Walikota Bogor, Bima Arya Sugiarto. Aksi corat-coret di jalanan menjadi sebuah keprihatinan. Tembok-tembok jalanan yang menjadi sarana tata kota dirusak anak-anak yang kurang bertanggung jawab. Kreatif harus pada tempatnya!
Karena itulah Taman Corat-Coret di Bogor digagas. Ia menjadi tempat untuk menyampaikan kritikan dan aspirasi pada pemerintahan, dan juga bentuk ekpresi diri. Tersedia 25 dinding sebagai tempat menuangkan kreativitas.