Usulan Santri Jadi Pemandu Wisata Religi Disambut Positif

Dianggap tak bisa lepas dari wali sembilan, santri pondok pesantren diusulkan menjadi pemandu wisata religi. Hal tersebut dianggap sesuai karena pengembangan wisata religi harus mengedepankan budaya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Ketua Perhimpunan Pemangku Makam Aulia, Nadjib Hassan mengusulkan santri pondok pesantren untuk dididik menjadi pemandu wisata religi. Menurutnya, keberadaan santri tidak bisa dilepaskan dari peran para wali sembilan.

Masjid Agung Demak merupakan salah satu tujuan wisata religi. (Foto/detiktravel).

Baca juga: Malaysia duduki peringkat 1 wisata halal dunia, Indonesia peringkat berapa?

“Kami mengibaratkan hubungan antara wali sembilan dengan santri bagai pinang dibelah dua,” ujar Nadjib Hassan dikutip dari Republika.co.id, saat menjadi pembicara pada sarasehan “Wisata Religi di Kawasan Kudus-Demak” Road to Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Regional Jawa 2018 yang diselenggarakan Bank Indonesia Kantor Perwakilan Wilayah V Jateng dan Daerah Istimewa Yogyakarta di Pendopo Kabupaten Kudus, Senin (23/4).

Ia menjelaskan, penyediaan pemandu wisata bisa bekerja sama dengan mereka. Pada kesempatan tersebut, dia juga mengingatkan mengembangkan wisata religi harus mengedepankan budaya.

“Jangan sampai ada upaya mengeksploitasi budaya demi kepentingan wisata,” tambahnya.

Menurut dia, kegiatan pengembangan wisata Yayasan Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus cukup banyak, mulai dari kegiatan rutin tahunan, seperti buka luwur atau penggantian kain mori pada cungkup makam Sunan Kudus. Ada juga kegiatan ritual jamasan keris peninggalan Sunan Kudus hingga beberapa agenda lain yang bisa menjadi daya tarik wisata.

Pembicara lainnya, Pakar Arkeologi Universitas Gadjah, Mada Musadad, menyambut positif usulan agar santri dibimbing menjadi pemandu wisata di dua objek wisata religi di Demak dan Kudus.

Menurutnya, ide pelibatan santri sebagai pemandu wisata merupakan ide cemerlang.

“Saya juga sempat bertanya agen yang kontektualisasi nilai-nilai yang ditanamkan para wali. Dari akademisi siap berperan mendukung usulan tersebut,” ujarnya.

Hal terpenting, lanjut dia, dalam pengembangan wisata religi nilai budaya yang dimiliki situs tidak tergerus oleh derasnya pariwisata. Karena yang paling penting dari semuanya adalah pelestarian nilai-nilai yang diajarkan oleh wali, khususnya di Kabupaten Kudus dan Demak.

Baca juga: Lokalisasi Sunan Kuning Semarang diusulkan jadi tempat wisata religi.

Haryudhi Widiasmoro pembicara dari Asosiasi Perusahaan Perjalanan Indonesia (Asita) juga menyambut positif usulan santri dilibatkan sebagai pemandu wisata religi.

“Kami juga siap menjalin kerja sama untuk pengadaan pemandu wisata religi,” ujarnya.

Pembicara lainnya, Astin Soekanto yang merupakan traveler juga sepakat dengan usulan santri dilibatkan sebagai pemandu wisata religi.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU