Uniknya Tradisi Perayaan Hari Tanpa Bayangan di Dunia

Masyarakat yang tinggal di sekitar garis ekuator kemarin, Rabu, (21/3), tengah mengalami hari tanpa bayangan karena peristiwa equinox. Equinox adalah hari di mana siang dan malam punya durasi yang hampir sama.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Masyarakat yang tinggal di sekitar garis ekuator kemarin, Rabu, (21/3), tengah mengalami hari tanpa bayangan karena peristiwa equinox. Equinox adalah hari di mana siang dan malam punya durasi yang hampir sama. Matahari pun terbit tepat di timur dan tenggelam di barat. Biasanya arah terbit dan tenggelam matahari ini bergeser sedikit dari timur dan barat.

Tradisi perayaan tanpa bayangan di dunia. (Foto/Henry Romero).

Baca juga: Ritual seks aneh dan gila dari berbagai negara dunia.

Di awal tahun terjadi Equinox Vernal yang menandai peristiwa gerakan semu matahari yang bergerak ke utara bumi. Sementara di akhir tahun terjadi Equinox Autumnal.

Bagi penduduk di wilayah tropis hingga lintang 23,5 derajat, equinox jadi penanda pergantian musim hujan ke kemarau. Namun perayaan berbeda terjadi di belahan Bumi lain.

Masyarakat kuno Amerika pernah membangun sebuah bangunan observasi astronomi yang sangat besar pada tahun 500 SM. Bangunan ini didirikan di Chankilo, sebuah padang pasir Peruvian di utara Lima, Ibukota Peru.

Bangunan ini memiliki 13 menara yang ditempatkan dari utara ke selatan seperti posisi tulang belakang.

Sepanjang tahun, matahari akan muncul di sela-sela menara. Muncul di ujung kiri dari menara pertama saat titik balik utara matahari. Terbit di menara tengah saat equinox, dan terbit di menara paling kanan pada titik balik selatan.

“Menara-menara paling ujung jelas menjadi tanda titik balik Matahari, meskipun argumen untuk equinox lebih tidak langsung,” tutur arkeolog Iván Ghezzi dari Universitas Katolik Peru, seperti dikutip National Geographic, Selasa (20/3).

Sementara itu, masyarakat di Chichen-Itza, Kolombia kuno, punya cara yang lebih unik. Suku Maya menciptakan patung yang bayangannya akan berubah menjadi seekor ular berkilau yang mewakili Dewa Kukulkan saat equinox terjadi.

Perubahan lain ditemukan pada 1977, ketika seniman pahat Anna Sofaer sedang mengeksplorasi petroglyph dari barat daya Amerika. Di bagian atas Fajada Butte New Mexico, Sofaer menemukan apa yang dikenal sebagai Sun Dagger yang merupakan penanda kalender yang dibuat dari dua spiral yang terukir di batu.

Selama titik balik matahari musim panas dan equinox, spiral-spiral diiris oleh cahaya matahari yang bersinar melalui lempengan batu. Pada titik balik matahari musim dingin, dua cahaya muncul di kedua sisi spiral. Namun batu lempengan sudah bergeser dan gambarnya tidak lagi terlihat.

Tradisi-tradisi menyambut equinox di Amerika masih hidup hingga saat ini.

Di wilayah Lakota, Midwest AS, titik balik musim semi dirayahan dengan serangkaian upacara yang dimaksudkan untuk menyambut kehidupan di Bumi dan mengirim jiwa-jiwa yang telah mati untuk beristirahat sebentar di inti galaksi kita.

Baca juga: Kebiasaan seksual mengerikan orang Eskimo.

“Masyarakat kita, selama bertahun-tahun, telah melakukan itu,” terang Victor Douville, pengajar etnoastronomi di Universitas Sinte Gleska di Rosebud Reservation di South Dakota.

Mereka melihat konstelasi bintang mirip dengan batang kering saat equinox terjadi sehingga mereka membuat upacara Sacred Pipe (rokok suci). Upacara ini dimaksudkan untuk menyalakan kembali api suci kehidupan di Bumi.

Penduduk Lakota mengikuti tradisi migrasi kerbau besar di AS Midwest pula sesuai dengan pergerakan Matahari dan bintang. Tradisi yang biasanya dilakukan saat migrasi itu masih hidup hingga kini.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU