Tips Solo Backpacking di Kuala Lumpur untuk Pemula

Berencana solo backpacking di Kuala Lumpur tapi masih ragu? Coba deh, baca tips inI!

SHARE :

Ditulis Oleh: Elly Suryani

Liburan akhir tahun 2016, saya memilih Kuala Lumpur sebagai destinasi untuk solo backpacking. KL, saya pilih bukan tanpa alasan. Selain karena katanya tempat nyaman untuk solo backpacking, alasan lain adalah untuk menghirup aroma ‘The Trully Asia’ yang mereka dengungkan itu. Malaysia dihuni oleh 3 mayoritas ras; Melayu, China dan India, ‘The Trully Asia’ memang beralasan.

Sedang berpose di salah satu destinasi Kuala Lumpur. Foto oleh Penulis

Setelah kasak-kusuk menyusun rencana berbekal googling tentang wisata ke Kuala Lumpur, merencanakan tempat-tempat yang akan saya datangi, memesan tiket pesawat dan memesan penginapan murah untuk di sana nanti, tanggal 31 Desember 2016 lalu saya berangkat ke KL. Penerbangan langsung menggunakan maskapai yang mengusung konsep low cost carrier AirAsia, Palembang-Kuala Lumpur. Tiket pulang saya, Kuala Lumpur-Palembang pada tanggal 5 Januari 2017. Demi rencana solo backpacking ini saya sampai ambil cuti tahunan.

Pengalaman solo backpacking ke Kuala Lumpur ini ingin saya bagi di sini sebab saya amati cukup banyak cewek-cewek belum berani solo backpacking ke luar negeri. Contohnya ya saya sendiri. Saya jarang traveling ke luar negeri karena biasanya inline dengan pekerjaan, setelah tugas selesai baru mlipir ke tempat wisata. Itu pun bukan solo backpacking.

Ternyata, Kuala Lumpur memang nyaman untuk solo backpacking. Saya pulang dengan selamat ke kota saya, Palembang, sesuai rencana tanggal 5 Januari 2017. Semua tempat yang saya agendakan untuk saya kunjungi telah saya datangi. Meski lelah, saya memetik begitu banyak pengalaman indah dan menarik yang kesannya belum hilang dari kepala saya sampai detik ini.

Berdasarkan pengalaman saya solo backpacking di Kuala Lumpur, ini setidaknya 7 hal yang harus diketahui  jika Kamu,  cewek-cewek, ingin solo backpacking di sana:

1. Jangan malas cari info!

Peta wisata Kuala Lumpur. Foto oleh Penulis

Apa saja tempat wisata yang akan dikunjungi perlu kita pelajari. Pelajari pula sistem transportasinya. Gampang banget, tinggal googling.

Ada banyak sekali ulasan bagus tentang pariwisata Kuala Lumpur. Mau baca dari situs pariwisata Malaysia bisa, baca tulisan kawan-kawan blogger kita yang sering ke sana juga bisa. Saya pribadi googling Kuala Lumpur City Map yang bisa di-unduh di sini.

Malas googling? Mau baca buku saja bisa juga. Ada banyak buku tentang traveling ke Kuala Lumpur, salah satunya adalah buku ‘Budget Traveling: Melancong Hemat ke Kuala Lumpur’ karya Budi Sulistyo terbitan tahun 2011. Ada yang lebih baru, buku ‘Family Backpacking Singapore dan Malaysia’ tulisan duet Olenka Priyadarsani dan Tesyablog yang terbit tahun 2015. Buku-buku itu bisa cukup membantu Kamu.

2. Rencanakan waktu keberangkatan dengan cermat

Beberapa destinasi wisata Kuala Lumpur. Foto oleh Penulis

Tentukan dengan cermat waktu keberangkatanmu, apakah musim liburan, saat cuti akhir tahun atau mungkin saat Ringgit Malaysia (RM) sedang agak murah.

Saya ke sana ketika Ringgit cuma sekitar 3000 Rupiah, di mana biasanya bisa sampai 3400-an Rupiah. Terkait Ringgit ini, Kamu nggak usah khawatir. Selain bisa menukar di bank tanah air sebelum berangkat, ada banyak ATM visa, mastercard atau ATM bersama yang bisa tarik tunai Ringgit Malaysia. Di kawasan sekitar central market tempat saya menginap, atm bersama yang bisa tarik tunai Ringgit Malaysia ada di depan hotel saya di Seven Eleven Central Market. Jatuhnya lebih murah dibanding tukar di money changer.

Setelahnya baru pesan tiket. Perkara pesan tiket, seperti biasa harus jauh hari supaya dapat tiket murah. Pesan secara online lebih praktis.

3. Pesan tempat penginapan dulu

Kuliner Kuala Lumpur. Foto oleh Penulis

Kalau sudah baca-baca, Kamu akan tahu di mana lokasi hotel atau hostel yang strategis untuk dijadikan tempat menginap.

Sekadar saran, sebaiknya pilih penginapan yang dekat dengan banyak tempat wisata unggulan dan dekat dengan beberapa stasiun LRT maupun monorail, seperti di kawasan Central Market yang ke mana-mana gampang, mau ke Dataran Tanah Merdeka, Muzium Musik, Masjid Jamik, Petaling Food Street dan lain-lain, tinggal jalan kaki saja. Mau ke tempat lain, tinggal jalan sedikit menuju stasiun (orang Malaysia menyebutnya stesen) LRT Pasar Seni, Stasiun LRT Masjid Jamik.

Ada banyak hotel murah, hostel/dormitory di sekitar Central Market. Saat itu, saya menginap di Hotel Leo Leisure yang terletak di kawasan Central Market, lumayan murah 60 RM/malam. Ada juga yang lebih murah di Daddy’s home hostel, Kamu bisa pesan kamar dorm untuk wanita. Bagi yang mudah membaur dan bisa berbagi kamar mandi dengan penghuni lain, pilihan ini layak dicoba.

4. Beli kartu untuk bekal transportasi

Peta wisata Kuala Lumpur. Foto oleh Penulis

Beberapa moda transportasi di sana adalah commuter line, monorail dan LRT yang bisa kita akses dengan kartu Touch n Go atau My Rapid Kl yang bisa dibeli di KL Sentral.

Saya nggak saranin beli koin, ya, karena jatuhnya akan lebih boros dan repot. Saya beli My Rapid KL isi 20 RM (ini isi perdana yang paling murah). Rupanya sangat awet! Bisa ke mana-mana, diselingi naik Bus GO KL yang gratis.

Kuala Lumpur ini kota dengan sistem transportasi terintegrasi (terpadu) yang nyaman dan murah. Sebaiknya jangan naik taksi di sana, kecuali terpaksa dan upayakan taksi argo.

Pengalaman saya, naik taksi (mereka menulisnya teksi) itu menguras kocek.  Bandingkan saja, naik bus Go KL gratis, naik bus Rapid KL cuma 1 RM. Naik taksi? Bisa 6-7 RM sekadar dari jalan Pudu ke Central Market. Kalau nggak hati-hati, sopir taksi bisa mematok harga sampai 15 RM (padahal taksi argo warna merah, alamak!).

5. Tips irit: manfaatkan semua fasilitas gratis di sana!

Transportasi Kuala Lumpur. Foto oleh Penulis

Seperti yang sudah saya singgung sebelumnya, ada Bus GO KL yang siap mengantarkan secara gratis (bahasa disana perkhikmatan percuma).

Bus dengan tagline ‘Save money, convinient and eco-friendly’ ini beroperasi setiap hari pukul 06.00-23.00 waktu Malaysia pada hari Senin-Kamis. Hari Jumat-Sabtu beroperasi jam 06.00-01.00 dini hari. Hari Minggu, bus ini beroperasi pada jam 07.00-23.00.

Bus ini berwarna pink dengan dengan 4 trayek/line yang dibedakan beberapa warna dan antar line saling terkoneksi. Line merah untuk trayek Go Relax melewati hotel dan penginapan terkenal di Kuala Lumpur. line hijau untuk Go Shopping melewati pusat fashion Branded Bukit Bintang dan KLCC. line ungu trayek city seightseeing melewati Pasar Seni (Central Market), Dataran Tanah Merdeka dll.

Saya ke Alor street malam-malam naik bus ini dari Pasar Seni turun di kawasan Bukit Bintang, di sebuah jalan menuju Hotel Izumi. Info turun di tempat itu adalah hasil ngobrol dengan sopir Bus Go KL.

Selain itu ada pula bus gratis di Putrajaya, ‘Putrajaya Seightseing’. Kalau Kamu berencana ke Putrajaya, upayakan di bawah jam 3 sore karena memang bus tesebut hanya beroperasi sampai jam 3 sore.

Jika apesnya terlewat, pengalaman saya mungkin  bisa dijadikan rujukan. Saat itu saya sampai di Putrajaya sudah lebih dari jam 3, bus Putrajaya Seightseing itu sudah tidak ada. Terpaksa naik bus nomor 702 karena saya mengincar kawasan Kementerian Keuangan dan Masjid Putrajaya yang terkenal itu. Lumayan murah, cuma 1 RM. Jangan coba-coba naik taksi, 12 tempat kena biaya 80 RM. Lebih baik naik bus yang 1 RM tadi kemudian lanjut bus lain lagi.

6. Buat rundown harian

Penampilan Batu Cave. Foto oleh Penulis.

Supaya makin praktis dan tambah murah, rencanakan rundown harian tempat yang akan didatangi dengan seksama memperhatikan jarak yang harus ditempuh serta jam berapa tempat tersebut buka atau tutup.

Misal kalau tempat yang di dalam kota Kuala Lumpur saja, rencanakan satu hari penuh. Ini bisa ditempuh dengan naik Bus Go KL yang gratis tadi.

Kalau Kamu juga berencana ke Putrajaya, Genting Highland dan Malaka, jangan dibuat pada hari yang sama. Tiga tempat itu lumayan jauh jaraknya dari Kuala Lumpur. Mereka harus didatangi satu per satu pada hari yang berbeda. Misal hari ini ke Putra jaya, malamnya ke Petaling Street (karena Petaling street lebih seru dilihat saat malam). Besoknya ke Genting Highland atau Melaka dan malamnya ke Alor street (tempat ini juga lebih hidup/seronok dilihat saat malam).

7. Tetap waspada tapi jangan ragu berinteraksi dan bertanya

Berinteraksi dengan warga lokal. Foto oleh Penulis

Waspada memang perlu, tetapi bertanya dan berinteraksi dengan penduduk lokal itu menyenangkan! Tidak ada kendala bahasa di sini, mereka bisa berbahasa Melayu, bisa pula berbahasa Inggris.

Penduduk Kuala Lumpur ramah-ramah. Jika kamu ragu mau ke Kenanga Wholesale naik trek LRT sebelah mana di stasiun Hang Tuah, bertanyalah. Ada banyak petugas berjaga-jaga. Mentok mereka sedang tidak kelihatan, tanya saja ke petugas kebersihan atau tanya ke ‘cikgu’ (istilah saya untuk Ibu-ibu atau cewek berbaju kurung). Penduduk lokal dan pelancong bisa ditanya, yakinlah akan saling mengerti.

Berinteraksi dengan penduduk lokal itu menyenangkan. Kamu akan terpesona melihat perempuan berbaju sari dengan warna mencolok dengan aksesoris India yang keren itu. Di lain sisi, para gadisnya akan lebih berani menggnakan jeans dan kaos ketat yang seksi. Kapan lagi Kamu mendengar english campur aduk yang keren kalau bukan di Kuala Lumpur.

***

Bau rempah saat saya jalan kaki melintasi sebuah restoran India (Restoran Rohani) menuju Stasiun Masjid Jamik itu masih terasa. Bau rempah dari masakan, entah nasi briani atau kari yang begitu menggoda. Masih tengiang di kepala saya suara penduduk lokal entah perempuan berbaju kurung, pak tua berhidung mancung keturunan India atau babah-babah yang begitu begitu fasih mengucapkan “allright..!” dan setelahnya mereka akan berkata, ah you lewat sini haaaa..). Saya masih ingat gadis muda berbaju kurung yang memberikan saya tisunya ketika tisu di sebuah ruang tandas (toilet) habis.

Solo backpacking ke luar negeri kadang perlu juga untuk kita ambil hal baiknya. Di Kuala Lumpur ini, saya bisa melihat banyak kelebihan sistem pariwisata, bagaimana sistem transportasi massal terpadu yang murah aman dan nyaman, bagaimana mereka membangun infrastruktur, bagaimana mereka berinovasi merencanakan paket pariwista keren sehingga mereka bisa mematok sekian juta pelancong masuk ke sana per tahun.

Negara yang dibangun dengan akulturasi penduduk pribumi Melayu, warga keturunan India dan China terjalin terus penuh persaudaraan dan damai, layak menjual konsep ‘The Trully Asia’ itu.

Ini hal-hal yang bisa kita tiru untuk mengembangkan pembangunan secara umum dan khususnya pembangunan pariwisata. Paling tidak ya, saya bisa sampaikan pada pihak terkait.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU