Kepala Taman Nasional Komodo NTT, Budi Kurniawan menegaskan bahwa ekosistem bawah laut di perairan kawasan wisata Komodo saat ini masih terjaga dengan baik. Dirinya memastikan bahwa pengelola Taman Nasional Komodo NTT selalu menjaga kelestarian alam di areanya.
Hal ini untuk menanggapi pemberitaan media asing asal Inggris The Guardian, yang menyatakan bahwa laut di kawasan wisata Komodo mulai perlahan rusak. Di sisi lain media tersebut tidak menyebutkan secara jelas di mana lokasi ekosistem yang rusak.
Seperti diketahui sebelumnya media asing The Guardian memang pernah menyoroti kondisi bawah laut di Taman Nasional Komodo NTT. Dalam salah satu tulisannya, salah seorang dive operator, Ed Statham mengatakan bahwa jika semuanya berjalan seperti sekarang dan terus dibiarkan, Komodo akan mencapai titik kritis pada beberapa tahun ke depan dan kita tidak akan mampu untuk memulihkannya kembali.
Budi Kurniawan mengatakan jika media tersebut menyebutkan di mana letak kerusakan yang terjadi, maka secara sigap pengelola pasti akan langsung memeriksanya.
Selama ini terdapat sekitar 40 lebih titik selam di sekitar kawasan wisata Komodo yang selama ini terus dipantau dalam patroli laut. Menurut Budi, kerusakan yang disebutkan dalam media asing tersebut bisa jadi merupakan kondisi pada masa 10 tahun silam, saat masyarakat sekitar belum memahami konservasi.
Di sisi lain, Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Nusa Tenggara Timur, Abed Frans pun ikut angkat bicara terkait permasalahan ekosistem bawah laut di Taman Nasional Komodo NTT. Menurutnya selama ini banyak wisatawan asing yang mengeluhkan soal banyaknya sampah di Komodo.
Namun lagi-lagi Budi menegaskan bahwa saat ini kondisi perairan dan pulau-pulau dalam kawasan terjaga baik. Pihaknya juga terus melakukan sosialisasi mengenai berbagai aturan zonasi berkaitan dengan titik-titik selam baik kepada nelayan maupun wisatawan.
Selain itu pihaknya saat ini juga tengah melakukan pembenahan instrumen regulasi. Salah satunya yang sedang sedang disusun adalah daya dukung kawasan (carring capacity) dan persiapan penerapan sistem online untuk mengantisipasi kelebihan jumlah pengunjung.