Penyebab Tugu Jogja Alami Penyusutan 10 Meter

Tugu Jogja diresmikan oleh Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada tanggal 3 Oktober 1889 dengan nama De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

SHARE :

Ditulis Oleh: Echi

Berbicara tentang Jogja, Tugu Yogyakarta jadi ikon yang tak bisa dilupa. Tugu Jogja bukan sekadar spot foto wajib kala berlibur di kota gudeg, tapi punya peran yang lebih penting yaitu sebagai penanda batas utara kota tua Jogja.

Dibangun pada tahun 1755, Tugu Jogja dipercaya sebagai penghubung antara Laut Selatan, Kraton Yogyakarta, dan Gunung Merapi.

Baca juga: Situs Warungboto, situs instagenik Jogja yang cocok dikunjungi di akhir pekan

Tugu Yogyakarta ini alami penyusutan 10 meter. Foto dari @masmooe_

Tugu Jogja dibangun pada masa pemerintahan pendiri Kraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono I. Kala itu, tugu ini dibangun berbentuk tiang silinder yang mengerucut ke atas. Bagian puncaknya berbentuk bulat. Sedangkan bagian dasarnya berupa pagar melingkar.

Tugu Jogja ini menggambarkan semangat persatuan rakyat dan penguasa untuk melawan penjajahan. Keberadaan Tugu ini juga sebagai patokan arah ketika Sri Sultan Hamengku Buwono I untuk menentukan arah menghadap ke puncak Merapi saat melakukan meditasi.

Bentuknya yang bulat (golong-red) dan silinder (gilig-red), membuat warga setempat awalnya menyebut Tugu Jogja dengan nama ‘Tugu Golong-Gilig”.

Awal dibangun, tugu ini memiliki ketinggian 25 meter. Namun, pada tahun 1867 gempa hebat melanda Yogyakarta dan Tugu Gilong Gilig sempat runtuh. Pemerintah Belanda yang saat itu menduduki Yogyakarta memperbaiki tugu tersebut dengan mengubah tugu menjadi persegi dan ujungnya dibuat meruncing. Belanda sengaja mengubah total Tugu Golong Gilig untuk menghancurkan persatuan antara kraton dan rakyat Mataram.

Sejak Tugu Golong-Gilig diperbaiki, ketinggian tugu mengalami penyusutan sekitar 10 meter. Bila dahulu tugu ini setinggi 25 meter, kini berkurang menjadi 15 meter.

Baca juga: Bersantap makan di pinggir kali Jogja, Joglo Pari Sewu, pikiran lebih rileks dan menenangkan

Tugu ini diresmikan Sri Sultan Hamengkubuwono VII pada tanggal 3 Oktober 1889 dengan nama De Witt Paal atau Tugu Pal Putih.

Meski Tugu Jogja mengalami penyusutan ketinggian, bukan berarti persatuan dan kesatuan rakyat Jogja akan susut. Kini, Tugu Jogja tetap berdiri di tengah harmonisasi masyarakat Jogja. Siapapun yang bertandang ke sana, Tugu Jogja jadi pelepas rindu.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU