Pasar terapung merupakan salah satu primadona wisata di Banjarmasin, bahkan ada jargon “belum ke Banjarmasin namanya kalau belum ke pasar terapung.”
Hampir tiap hari wisatawan, baik domestik maupun mancanegara selalu menyempatkan untuk datang saat liburan di Banjarmasin.
Sejauh ini, Banjarmasin memiliki tiga Pasar Apung yaitu Pasar Apung Lok Baitan, Pasar Apung Kuin, dan Pasar Apung Siring Tendean. Dari ketiga pasar terapung tersebut, hanya Pasar Apung Siring Tendean yang merupakan pasar apung buatan.
Pasar Apung Siring dibangun untuk merevitalisasi dua pasar apung tradisional (Lok Baitan & Kuin) yang sudah terancam kepunahan.
Pasar terapung yang akan kami bahas adalah Pasar Apung Kuin. Pasar ini hanya ada pada pagi hari yakni mulau pukul 06.30 sampai 08.00 WITA. Kalau sudah melewati jam tersebut, maka sudah tidak ada lagi.
Dinamakan pasar terapung, karena semua aktivitas jual beli dilakukan di perahu yang berukuran kecil dan sedang. Barang yang dijual hampir sama dengan pasar-pasar yang ada di daratan. Dan umumnya kebutuhan makanan sehari-hari, seperti ikan, sayur-sayuran, dan buah-buahan.
Tak hanya berbelanja, pengunjung bisa bersantai makan cemilan sambil minum kopi atau teh di atas perahu. Di pasar terapung juga ada pedagang yang menjual makanan berat seperti nasi untuk sarapan dengan berbagai menu, seperti soto banjar, ikan goreng, dan sate.
Pengunjung harus datang pagi buta ke pasar terapung yang masuk dalam wilayah Desa Kuin Alalah, Banjarmasin Utara ini. Pasar terletak di pelabuhan Desa Kuin Utara, tepat di depan Masjid Sultan Suriansyah.
Selain itu, wisatawan juga bisa mengunjungi Pulau Kembang. Pulau yang berada di tengah Sungai Barito ini ditumbuhi pohon khas Kalimantan dan dihuni kelompok monyet ekor panjang dan bekantan (moyet hidung mancung). Biasanya kawanan monyet ekor panjang akan langsung menyambut begitu wisatawan tiba di dermaga. Monyet-monyet ini biasanya mengincar makanan yang dibawa pengunjung.
Di Pulau Kembang masih terdapat sekitar 20 hingga 30 ekor bekantan, namun kawanan monyet hidung mancung itu disebut cukup pemalu karena tidak suka keluar ke pinggir hutan, berbeda dengan monyet ekor panjang.
Untuk masuk ke kawasan Pulau Kembang, pengunjung harus membayar sekitar Rp5.000.