Fiksi perjalanan adalah sesuatu yang menarik. Apalagi jika membahas tentang keindahan negara kita. Berikut beberapa rekomendasi fiksi perjalanan yang mengangkat pesona alam Indonesia. Dengan membacanya, Anda akan terbujuk untuk pergi ke tempat tersebut.
Bercerita tentang Sadayuhun atau biasa dipanggil Ayuh, anak keturunan Balian di daerah Kalimantan Selatan. Balian sendiri dapat dikatakan sebagai “orang pintar” yang bisa mengobati sakit atau kesurupan.
Sebagai anak tunggal, Ayuh diharapkan mengikuti jejak orang tuanya menjadi Balian. Masa kecil Ayuh yang sederhana sebagai anak dari daerah Kalimantan Selatan, Desa Loksado ditunjukkan dengan latar yang kuat. Kenangan-kenangan semasa masih bocah tak pelak membuat pembaca ikut bernostalgia sembari menikmati keasrian daerah Loksado.
Siapa yang belum pernah membaca novel fenomenal ini? Mengambil lokasi di Belitung, Laskar Pelangi memotret tentang kehidupan sebelas anak kecil yang bersekolah di SD Muhammadiyah.
Mimpi dan harapan mereka terekam jelas di lembar demi lembar novel yang tebalnya 534 halaman ini. Nuansa Melayu dibalur keindahan Belitung pun menjadi salah satu daya tarik kuat dalam novel. Hingga akhirnya novel ini diangkat menjadi salah satu film dan keindahan Belitung yang tersembunyi pun terkuak, seperti menemukan mutiara di tengah lautan.
Bercerita tentang gadis Aceh bernama Mala ketika datang ke Pulau Weh yang terletak di ujung Aceh demi melupakan segala permasalahan yang dialami.
Keunggulan novel ini terletak dari latarnya, yaitu Pulau Weh. Setiap adegan diselipi tempat-tempat wisata di Pulau Weh sehingga nuansa liburan yang dilakukan Mala sungguh kentara.
Deskripsi akan keindahan Weh dan terutama sunset di Pulau Rubiah seperti ‘memaksa’ pembaca untuk bertandang ke pulau paling ujung barat Indonesia tersebut.
Merupakan novel pemenang unggulkan DKJ 2012. Predikat itu pantas disandang novel ini sebab keunikannya dalam mengangkat peristiwa perang saudara di Ambon.
Kei sendiri merupakan nama pulau di Ambon yang paling lambat terpengaruh oleh kerusuhan, juga yang paling cepat bangkit dari masa-masa kelam pasca tragedi berdarah di Ambon.
Namun ada cinta bersemi di sana, antara Sala dan Namira yang berbeda keyakinan. Cerita ini ditulis dengan diksi yang mengagumkan dan deskripsi tempat yang sangat detil sampai ke elemen terkecilnya; penamaan tokoh, makanan khas, adat-istiadat, sampai pada jenis tumbuhan yang ada di Pulau Kei.
Tak banyak tema buku fiksi populer remaja yang mengangkat kearifan lokal sekaligus observasi lingkungan di daerah terpencil. Rahasia Pelangi boleh jadi salah satunya. Bercerita tentang perjuangan hebat dua gadis tangguh, Rachel dan Anjani di Hutan Teso Nelo di Riau alam rangka misi penyelamatan lingkungan.
Dari novel ini kita akan belajar banyak tentang hutan Riau yang memprihatinkan karena pembabatan hutan, profesi mahout (pawang gajah), dan juga perlindungan gajah. Sebuah novel yang sarat akan amanat.
Dari judulnya, kita sudah dapat menebak di mana cerita ini bermuara. Nias, sebuah tempat indah dengan deburan ombak terbaik nomor dua setelah Hawaii. Tempat itu menjadi tujuan Kaho untuk traveling sekaligus melepas penat karena masalah rumah tangganya.
Meski awalnya telah menyewa tour guide, nasib naas menimpa Kaho sebab sang guide tak muncul batang hidungnya di hari keberangkatan. Namun seperti sudah diatur, Kaho pun bertemu dengan Java yang dapat berperan sebagai tour guide dadakan.
Bersama Java, Kaho menyusuri tempat-tempat wisata dan belajar banyak kebudayaan Nias, termasuk soal keberadaan para kanibal di Desa Gomo. Mengangkat tema kekeluargaan menjadikan cerita ini terasa “hangat”, cocok untuk dibaca ketika kita sedang dalam perjalanan.
Cerita yang menggebu-gebu, penuh semangat, dan diliputi aura jiwa petualang. Lewat narasi yang ringan dan mengalir, 5Cm akan membawa kita pada serunya perjalanan menuju Mahameru.
Bercerita tentang 5 orang sahabat yang mulai jenuh dengan satu sama lain, mereka memutuskan untuk tak bertemu dalam kurun waktu tiga bulan. Setelah tiga bulan, kelimanya melepas rasa kangen dengan menapaki jalur pendakian ke Puncak Mahameru.
Lewat diksi yang cerdas, novel ini mampu membawa kita merasakan terpacunya adrenalin saat pendakian. Penggambaran waktu dan tempat yang begitu detail tapi tak berlebihan menambah rasa kedekatan terhadap novel ini.
Membaca judul novel ini sekilas akan terbersit pertanyaan, apakah sama dengan 5 cm yang sudah terlebih dahulu muncul. Namun ternyata ekspektasi itu menguap begitu saja begitu memasuki lembar pertama.
Bercerita tentang Raja Ikhsan, remaja asal Jakarta yang penuh dendam terhadap keluarga ibu tirinya. Ia pun memilih berkelana menenangkan diri, bersama Fikri dan teman-teman lainnya, mendaki Gunung Mahameru.
Selama tiga kali mendaki, tiga kali pula dirinya bertemu Faras, gadis desa asal Ranu Pane yang suka membaca dan seorang guru Matematika. Dari situ mengalirkan cerita-cerita para tokohnya yang dibalut misteri dan penuh teka-teki. Namun keindahan daerah yang dikunjung sang tokoh akan membuai para pembaca. Situasi adat Bugis yang masih kental pun mewarnai novel ini. Background penulis, Azzura Dayana, sebagai traveler membuat cerita ini lebih berwarna dan mendetail.
Berkisah tentang pendakian delapan anak muda―lima laki-laki dan tiga perempuan―ke Gunung Argopuro yang merupakan trek pendakian terpanjang di Pulau Jawa.
Walau novel fiksi, namun penggambaran rute-rute pendakian yang dipaparkan Azzura benar-benar lengkap dan mampu memberi pengetahuan baru di dunia pendakian. Tak ketinggalan pula penjabaran komplit Gunung Argopuro yang patut diberi apresiasi, sebab Azzura tak sekadar mengeksplor keindahan namun juga sejarah dan latar belakang tempat-tempat yang dikunjungi para tokoh. Hal itu menjadikan novel ini terasa utuh.
Novel yang mengangkat keindahan Palembang dan Pulau Kemaro, latar budaya suku Melayu-Palembang yang begitu dekat dengan adat istiadat Tionghoa.
Cerita berfokus pada Ratna yang masih melajang di usia menjelang kepala tiga. Karena khawatir, Ibu dan Oma Liem berniat menjodohkannya dengan Lee, yang merupakan teman semasa kecil Ratna. Dari pihak Lee menerima, namun Ratna sendiri justru menolak karena sebuah alasan yang dirahasiakannya.
Membaca novel ini tak hanya tentang kisah cintanya, namun kita juga akan diperkenalkan pada Perayaan Bulan Hantu, Perayaan Kue Bulan, kepercayaan orang Tionghoa mengenai panjang umur, juga kisah cinta Pangeran Tan Bun An dari Tiongkok dan Putri Siti Fatimah anak Sultan Palembang yang konon merupakan asal-usul terbentuknya Pulau Kemaro.
Merupakan novel karangan penulis blasteran Indonesia-Belanda, yang lahir di Batavia (sekarang Jakarta) dan meninggal di Amsterdam lima tahun silam. Haasse merupakan penulis Belanda kontemporer yang sangat dipuja para penikmat sastra di Belanda.
Novel Oeroeg bercerita tentang persahabatan antara tokoh “aku” (Belanda) dan Oeroeg (pribumi). Persahabatan yang indah tanpa membeda-bedakan ras, warna kulit, dan derajat. Mengambil lokasi di perkebunan teh di Priangan, Batavia (Jakarta), dan Surabaya, Haasee menuangkan pesona alam pada masa itu. Buku ini menjadi best seller di Belanda namun 60 tahun kemudian baru diterjemahkan dalam Bahasa Indonesia.
***
Demikian buku fiksi perjalanan tentang keindahan Indonesia yang bisa dibaca selagi menikmati aktivitas traveling atau bisa jadi acuan destinasi selanjutnya.