Mengenal Rock Balancing, Seni yang Sempat Dikira Hasil Karya Jin

Setelah viral video batu bersusun di sungai Sukabumi, warga sekitar sempat mengira batu-batu tersebut hasil karya jin. Padahal, seni menumpuk batu tersebut telah lama populer, dan dikenal dengan nama rock balancing.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Beberapa waktu terakhir, ada fenomena mengenai batu bertumpuk di Sukabumi yang misterius. Tercatat, saat awal muncul, (2/2), ada 90 titik batu bertumpuk, kemudian untuk yang kedua (26/2) ada 58 titik. Banyak pihak tak bertanggungjawab yang membumbui hal tersebut dengan isu mistis, menyebut susunan batu tersebut hasil karya jin. Padahal, susunan batu tersebut telah lazim dikenal sebagai salah satu bentuk seni bernama art balancing atau seni keseimbangan. Karena di fenomena tersebut yang ditumpuk adalah batu, maka dinamai rock balancing.

Batu bertumpuk di Sukabumi direncanakan jadi tempat wisata. (Foto/

Baca juga: Batu Bertumpuk di Sukabumi Kini Jadi Destinasi Wisata, Bisa Dikunjungi Weekend Ini

Rock balancing atau stone balancing merupakan teknik menyusun batu dengan posisi tertentu tanpa alat perekat, kawat atau bantuan lainnya. Batu-batu disusun tegak murni dengan ketepatan peletakan antara satu batu dengan lainnya.

Michael Grab, salah seorang seniman rock balancing internasional. (Foto/boredpanda).

Membuat tumpukan batu-batuan yang memiliki bentuk berbeda satu sama lain memerlukan teknik dan pengetahuan mengenai keseimbangan yang luar biasa.

Rock balancing bisa dilakukan secara sendiri atau oleh beberapa orang. Seniman rock stacking internasional yang populer salah satunya adalah Michael Grab. Grab mampu menyusun sejumlah batu menjadi menara menakjubkan.

Salah satu hasil karya rock balancing Michael Grab. (Foto/twistedsifter).

Seni rock balancing memiliki beberapa gaya, di antaranya yang dikenal cukup sulit adalah rock stacking. Pada gaya rock stacking, batu-batu disusun secara vertikal. Bahkan ntuk ahli rock stacking, ada yang bisa meletakkan batu berukuran besar di atas batu-batu kecil di bawahnya.

Ada pula gaya classic balance. Untuk gaya classic balance, tak membutuh banyak keahlian seperti gaya rock stacking. Di gaya ini, ada dua batu yang disusun secara horisontal, saling menyangga dalam posisi berdampingan satu sama lain.

Lalu, ada gaya bebas. Pada gaya bebas, si seniman rock balancing bisa memadukan teknik yang dikuasai untuk membentuk suatu susunan yang lebih menarik.

Adapun untuk susunan batu-batu di Sungai Cidahu yang kemudian viral di media sosial, kebanyakan di antaranya menggunakan teknik rock stacking.

Baca juga: Ini beberapa ragam wisata aneh di berbagai penjuru dunia

Salah satu hasil karya menakjubkan Michael Grab. (Foto/The Kid Should See This).

Yang menarik, Amat, warga lokal yang mengaku membuat tumpukan batu tersebut, mempelajarinya secara otodidak, berdasar intuisi, tanpa tutorial Youtube, atau bergabung dengan komunitas tertentu. Ditambah, ia menyusun batu-batu di tengah derasnya arus sungai yang jelas memerlukan teknik tersendiri. Luar biasa, bukan?

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU