Menantang Adrenalin dengan Berselancar Di Sungai Kampar Riau

SHARE :

Ditulis Oleh: Johan Vembrianto

Photo from djarum super great adventure tv commercial (2012)

Memiliki teman maniak selancar cukup menyenangkan. Feri, sangat hobi berselancar, tak pernah lelah menjelajah tempat baru demi mendapat sensasi berselancar yang beda dari satu tempat ke tempat lain.

“Tiap ombak itu punya taste tersendiri bro,” begitu katanya. Kali ini aku dimintanya sebagai guide menjelajah tanah Riau.

Kebetulan aku pernah tinggal disana selama 3 bulan karena ada urusan pekerjaan. Tempat yang dituju adalah sebuah sungai di Riau, tepatnya di Kabupaten Pelalawan.

Feri dan beberapa rekan peselancarnya akan berselancar di sungai.

Mungkin hal ini tidak lazim, namun di Riau terdapat sungai dengan ombak tidak kalah dahsyatnya dengan ombak lautan, bernama Sungai Kampar.

Meskipun pernah tinggal di Riau, ini pertama kalinya aku ke Sungai Kampar.

Setibanya di Sungai Kampar, kesan pertamaku pada ombak sungai ini adalah, WOW! Suara raungannya begitu luar biasa, bahkan mungkin sedikit menakutkan.

Bono, kalau tidak salah dengar begitu warga lokal menyebut ombak tersebut, ketika kami bertanya lokasi sungai kampar dalam perjalanan kemari.

Aku bukan seorang ahli sains yang dapat menjelaskan kenapa bisa ada ombak setinggi dan sebesar itu disebuah sungai, bukalah google jika kamu benar-benar penasaran, yang aku tahu dari penjelasan teman Feri, ombak di sungai ini tidak selalu ada sepanjang waktu. Bono (nama ombak itu) hanya muncul pada musim pasang sekitar bulan Agustus – Desember.

Cukup sulit mencari speedboat yang mau mengantar peselancar menuju Tanjung Sebayang, tempat kemunculan Bono.

Ternyata kondisi menjelang munculnya Bono membuat Sungai Kampar sangat berbahaya untuk diarungi sehingga dibutuhkan pengendara speedboat berpengalaman.

Setelah beberapa kali mencari dan negosiasi, Feri dan teman-temannya menemukan pengendara speedboat yang mau mengantar ke Tanjung Sebayang.

Aku hanya mengamati dari jauh. Kudengar dari warga sekitar, pada saat-saat musim pasang, gelombang Bono sering menyebabkan banjir di pemukiman warga, karena itu mereka membangun rumah panggung.

Dari jauh nampak ombak bergulung-bergulung, ombak tersebut cukup tinggi, mungkin sekitar 3 meter. Nampak beberapa peselancar bersiap untuk menaklukan Bono.

Bono datang melawan arus sungai, aku benar-benar belum terbiasa dengan raungannya ketika sudah mendekati daratan. Terdengar sedikit mengerikan.

Kulihat Feri dan teman-temannya sedang beraksi di atas papan selancarnya. Mereka nampak sangat menikmati momen ini. Menurut warga lokal yang ikut menonton aksi para peselancar, gelombang bono bisa berlangsung hingga 2 jam.

Sangat lama jika dibandingkan ombak dilautan yang hanya beberapa menit. Bahkan pada tahun lalu gelombang bono baru saja dijadikan tempat untuk membuat rekor dunia berselancar terlama dan terpanjang.

Ombak ini ternyata tidak diperuntukan untuk pemula, aku berpikir, wajar saja, ombak tersebut nampak begitu berbahaya. Menerjang apapun yang ada didepannya.

Setelah kembali ke tepi, Feri dan teman-temannya nampak sangat puas. Aku sendiri meski tidak turut serta berselancar, cukup puas menonton gelombang Bono yang luar biasa. Sungai Kampar tempat menakjubkan yang tiada duanya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU