Memaknai Identitas Kultural Kuliner khas Palembang

Tak sekadar penganan, namun kuliner khas Palembang ini merupa identitas kultural dan laku keseharian bagi warga Palembang, Sumatera Selatan.

SHARE :

Ditulis Oleh: Himas Nur

Kuliner khas Palembang, pempek, kian menunjukkan taringnya seiring dengan dijadikannya ibu kota provinsi Sumatera Selatan sebagai tuan rumah perhelatan akbar pesta olahraga terbesar se-Asia, Asian Games 2018.

Tak dipungkiri bahwa Asian Games menjadi lumbung ’emas’ bagi Palembang untuk terus menggenjot kekayaan wisata, budaya dan alam yang dimiliki, termasuk kekayaan kultur kuliner yang ada.

Baca Juga: Asian Games 2018, Momentum Emas Menjadikan Pempek Mendunia

Tim Phinemo saat mengunjungi Kepala Dinas Pariwisata Kota Palembang, Isnaini Madani (Foto/Wike Sulistiarmi)

Hal ini sejalan dengan pernyataan ASPPEK (Asosiasi Pengusaha Pempek Palembang) yang menyatakan bahwa peningkatan produksi pempek yang semula 7 ton per hari menjadi 12 ton per hari selama gelaran Asian Games 2018.

”Hal ini belum termasuk yang dikonsumsi atlet, panitia, maupun yang di luar Palembang, Tak bisa dihitung,” ungkap Kepala Dinas Pariwisata Palembang, Isnaini Madani, saat Tim Phinemo temui di kantor Dinas Pariwisata Kota Palembang, Rabu (5/9/2018).

Identitas Kultural Kuliner khas Palembang

Terlepas dari hingar-bingar Asian Games 2018 dan jauh sebelum pempek mulai mendunia, masyarakat asli Palembang justru telah memaknai pempek lebih mula sebagai identitas kultural kuliner warganya.

Baca Juga: Potret Terkini Tempat Wisata di Palembang Pasca Asian Games

Salah satu gerai yang selalu ramai di sentral kampung pempek (Foto.HImas Nur)

Kami bertemu dengan Supriyanto, seorang asli Yogyakarta yang telah lama menetap di Palembang sejak 1984. Ia menuturkan bahwa jauh sejak dahulu, pempek telah menjadi makanan sehari-hari warga Palembang.

Hal serupa juga diamini oleh Fety (20) pedagang kaki lima yang berjualan di seputar kawasan Jembatan Ampera. Menurutnya, pempek sudah menjadi makanan sehari-hari.

”Kalau pagi makannya pempek, bisa jadi buat cemilan juga. Dalam seminggu pasti setiap hari makan pempek, biasanya beli di depan rumah atau bikin sendiri juga bisa,” ujar Fety kepada Phinemo pada Selasa (4/9/2018) malam.

Fety (20) pedagang Mi Tek Tek yang berjualan di sepanjang kawasan Ampera (Foto/Himas Nur)

Fety mengungkapkan bahwa meskipun setiap hari makan pempek, ia tidak merasa bosan, sebab pempek sudah menjadi bagian dari makanannya sehari-hari, ”seperti gorengan yang biasanya ada di Jawa, begitu,” ungkap Fety.

Fety menambahkan bahwa tak hanya makanan pempek asli, namun turunannya seperti model dan tekwan juga ia gemari.

Senada dengan Fety, Dwi Putri (21) yang sejak lahir dan besar di Palembang, mengungkapkan bahwa kuliner khas Palembang tersebut telah menjadi makanannya sehari-hari, ”biasanya buat cemilan, dan di rumah-rumah biasanya juga pasti ada dan disajikan untuk tamu, apalagi saat lebaran tiba, sudah pasti itu pempek tersedia,” ungkap Dwi Putri mantap.

Saat pempek seolah menjadi ‘agama’

Pempek kapal selam (Foto’Himas Nur)

Terminologi ‘agama’ yang merujuk pada bagian dari produk budaya suatu kehidupan manusia agaknya tak berlebihan disematkan pada kuliner khas Palembang yang satu ini.

Tak berarti mengacu pada suatu konsep ketuhanan atau kultus tertentu, namun ‘agama pempek’ merupakan suatu identitas kultural yang dimaknai dan telah mengakar serta terus berkelanjutan sebagai bagian dari sendi-sendi berkehidupan masyarakat Palembang.

Baca Juga: Sejarah Pempek Palembang, Menelusuri Muasal Sang Kuliner Legendaris

Bahkan tak hanya warga Palembang, namun wilayah-wilayah di sekitarnya juga memiliki cita rasa yang senada dan menjadikan pempek sebagai bagian dari laku kesehariannya.

Kami menemui Nurma (17) dan Tiara (18), Mahasiswa Muhammadiyah Palembang yang berasal dari Prabumulih, salah satu kota yang berdekatan dengan Palembang dan terletak di Provinsi Sumatera Selatan.

Varian pempek panggang dan lenggang (Foto/Wike Sulistiarmi)

Meski bukan merupakan warga asli Palembang, Nurma dan Tiara mengaku bahwa mereka juga sering memakan pempek, ”di rumah juga ada banyak pempek, apalagi kalau waktu lebaran, nggak hanya kue kering, namun pempek seperti tekwan juga kami sediakan,” tutur Nurma kepada Phinemo pada Selasa (4/9/2018) lalu.

Begitulah pempek, kuliner khas Palembang berbahan dasar hasil laut yang menjelma tak hanya sebagai sekadar kuliner, namun juga identitas kultur dan laku keseharian, tak hanya bagi warga Palembang dan Sumatera Selatan, namun juga Indonesia dan dunia.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU