Lupakan Google, Buka Mata dan Telingamu

Hidup tanpa google bukan tak mungkin. Hal berbeda saya dapatkan saat melakukan traveling tanpa bergantung pada google.

SHARE :

Ditulis Oleh: Shabara Wicaksono

Larry Page dan Sergey Brin tak salah, mereka membuat salah satu hal terhebat yang pernah diciptakan manusia di dunia.

 

photo from gizmodo.com

“Coba cek Google” menjadi salah satu solusi hebat saat kita menemukan sebuah pertanyaan sulit. Tak ada yang akan membantah.

Memulai perjalanan dengan Google bukan sebuah dosa, begitu pula sebaliknya. Karena itu, saat traveling, mengapa tak kita coba sesekali untuk melupakannya?

Dunia nampak lebih berwarna dari “sebelumnya”

Daun terlihat lebih hijau, langit lebih biru, aspal lebih hitam dan awan nampak lebih putih dari sebelumnya. Saat diam di halte menunggu kedatangan bus berikutnya, kebanyakan orang menundukan kepala mereka menghadap smartphone, mencari info apapun melalui google.

Sekali coba menunggu bus dengan diam menatap sekitar, manusia modern mungkin kaget, dunia ini lebih indah dari yang kita bayangkan- dari yang kita lihat di Google Image-.

Asap bus tua mengepul sangat hitam, rambut bocah penjual koran kemerahan karena terpapar panas, daun-daun coklat mengering, serta rambu uban seorang bapak tua yang menyela antrian. Warna mereka asli. Tak seperti yang kita lihat di layar smartphone saat meramban di internet – atau google lebih tepatnya-.

Bahkan Google mungkin belum tahu

Buku adalah jendela dunia. Benar, tapi lupakan. Internet lebih lebar dari sekedar disebut jendela dunia. Semua yang kau cari ada di internet. Bisakah mendapat informasi baru tanpa internet? Kau bercanda jika mengatakan tidak.

Perjalanan dari Kota Lama Semarang menuju Tugu Muda menggunakan Trans Semarang hanya memakan waktu 10 menit. Dan dalam waktu sesingkat itu saya mendapat banyak informasi hanya dengan mengobrol dengan penumpang bus disamping saya. Pria paruh baya ini tinggal di Ungaran. Tanpa pria paruh baya asal Ungaran ini saya tahu bahwa Maret 2015 Bus Trans Jawa Tengah akan beroperasi, hanya dari pertanyaan basa-basi saya “Mau kemana pak?”.

Google tak bisa saya ajak mengobrol saat dalam bus, dan Google tak akan memberi saya informasi apapun dengan kata kunci ” mau kemana pak?”.

Menghafal rute bus terasa lebih mudah

Kebanyakan orang -termsuk saya sebelumnya- mengecek rute bus di google agar tak tersesat. Cara lain mungkin lebih bagus, dan lebih menantang.

Nekat mencoba keliling Semarang menggunakan bus Trans Semarang tanpa bekal informasi apapun sebelumnya hanya untuk mengetes sejauh apa kami dapat pergi, sorenya saat kembali dari petualangan bus tersebut, rute bus tertancap dalam kepala.

Kita harus turun di halte Elisabeth jika ingin transit menuju Simpanglima, Jangan terlambat lebih dari pukul 17.00 WIB jika ingin mendapat bus yang tak penuh sesak di halte Tugu Muda menuju Tembalang, dan lain sebagainya.

Semuanya jauh lebih mudah dihafal saat kita merasakannya langsung, daripada hanya membaca informasi di Google. Boros memang, namun jauh lebih menantang.

Bocah pemancing lebih hebat dari Google

Saing itu,saat malam sebelunya banjir melanda Kota Lama Semarang, saya memutuskan berkeliling. Sekedar ingin mengetahui keadaan destinasi andalan Semarang itu setelah banjir.

Dua bocah dengan joran pancing ditangan asyik memancing di polder depan Stasiun Tawang Semarang.

Seorang bocah yang berbadan lebih besar tiba-tiba berteriak girang, dia berhasil mendapat seekor ikan mujair kecil. Tas penampung ikannya nampak terisi penuh. Tak lebih dari 5 menit, bocah yang lain juga berhasil mendapat seekor ikan.

“Ini tak sebanyak biasanya, gara-gara banjir semalam,” si bocah berbadan besar memberi penjelasan. Saya baru tahu saat banjir jumlah ikan yang bisa didapat justru lebih sedikit.

“Disini banyak mujair, kecil-kecil, tapi sangat banyak, paling banyak dapat ikan saat bulan-bulan Mei- Agustus. Bisa buat lauk makan keluarga,” si bocah kecil ikut menjelaskan.

Info singkat yang berharga. Saya tak yakin dengan mengetik ” waktu terbaik memancing di polder depan stasiun Tawang Semarang” di google akan keluar jawaban yang valid.

Buka mata,buka telinga

Google membuat semua lebih mudah, namun bukan berarti kita tak bisa hidup tanpa google, atau lebih tepatnya kita tetap bisa traveling tanpa google.

Saya anti google? Terlintas terlihat seperti itu, namun salah besar. Saya menggunakan banyak produk google dalam kegiatan sehari-hari, termasuk saat traveling.

Kita tetap dapat melakukan traveling yang mengasyikan dalam kondisi apapun, karena menyenangkan tidaknya suatu perjalanan semua kembali pada diri kita.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU