Lika-liku Perjalanan Berendam Secara Private di Natural Jacuzzi, Las Gachas, Kolombia

Kolombia, negara yang dikenal dengan maraknya kasus penculikan, pembunuhan, dan narkoba. Tapi, inilah yang saya dapat saat bacpacking ke sana!

SHARE :

Ditulis Oleh: Anggita Rian

Penculikan, narkoba, marijuana, hingga konflik perang saudara yang sudah menewaskan ratusan orang, begitu lekat dengan Kolombia. Paling tidak itu yang telah diberitakan di media tentang Kolombia yang katanya sangat tidak aman. Dan menurut saya semua itu salah besar.

Kolombia itu aman, indah dan yang paling membuat saya berkesan adalah orang-orangnya yang baik dan ramah. Hal ini saya buktikan sendiri ketika saya dan teman-temannya nyaris terjebak badai di Las Gachas.

Cerita ini bermula ketika saya dan beberapa teman saya memutuskan untuk backpacking ke Las Gachas, di distrik Santander. Las gachas ini adalah sungai dangkal berwarna merah yang sangat panjang dan memiliki lubang-lubang yangkemudian diisi oleh air aliran sungai sehingga menjadikannya sebuah kolam.

Tempatnya lumayan jauh dari pusat kota. Selain itu, tempat wisata ini belum begitu populer dibandingkan tempat-tempat wisata lainnya. Dengan banyangan bisa berendam di jacuzzi natural, saya, Rui Jie, Iris dan Kartini memutuskan untuk backpacking ke Las Gachas.

Mabuk darat gara-gara jalan yang berliku

Pegunungan AndeS terlihat dari jalan menuju Las Gachas. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Perjalanan dimulai dari Bucaramanga, kota terbesar sekaligus ibukota Santander. Ada beberapa cara untuk menuju ke Las Gachas, opsi pertama adalah kita bisa naik bus jurusan Bucaramanga-Oiba lalu dari Oiba langsung ke Guadalupe, sebuah pueblo (kota kecil) terpencil tempat Las gachas berada.

Rute yang kami ambil sedikit berbeda karena kami memutuskan untuk mampir ke sebuah pueblobernama San Gil terlebih dahulu.Dengan membayar kurang lebih 22.000 peso, kami naik bus dari terminal Bucaramangamenuju San Gil. Perjalanan sendiri memakan waktu kurang lebih 4 jam dan yang paling tidak terduga adalah selama perjalanan kami disuguhi pemandangan alam Kolombia yang breathtaking banget.

Semua penumpang dalam bus sibuk memotret lembah dan bukit yang kami lewati. Saya? Sibuk menahan mual. Sebenarnya saya bukan tipe orang yang mudah sekali terkena mabuk darat, namun jalan yang naik turun ditambah belokan-belokan yang tajam,ternyata berhasil mengocok isi perut saya.

Untungnya teman saya dari Tiongkok, Rui Jie, membawa mareol, obat mabuk kendaraan paling mujarab yang pernah saya minum. Harganya hanya sekitar 500 peso per butir dan dapat dibeli dimana saja. Dalam perjalanan, kami juga melewati El Acuaparque Nacional del Chicamocha, sebuah taman air nasional yang dimana kamu dapat menikmati wahana air di atas bukit sambil melihat pemandangan sekitar yang indah.

Hanya ada satu alat transportasi untuk ke Guadalupe

Potret jalanan di San Gil. Foto merupakan dokumentasi pribadi penulis

Sesampainya di San Gil, kami langsung menuju ke hostel dan pergi mencari makan sebelum kemudian mencari informasi tentang bagaimana kami bisa pergi ke Las Gachas.

Tidak banyak orang tahu tentang Las Gachas, sebelum pergi saya sempat mencari-cari informasi tentang bagaimana saya bisa menuju ke sana. Hasilnya, banyak teman teman saya yang tidak tahu sama sekali tentang tempat ini. Informasi di internet juga tidak begitu lengkap.

Pada akhirnya setelah bertanya ke resepsionis hostel, kami disarankan untuk bertanya langsung ke perusahaan bus yang ada di terminal San Gil. Tanpa banyak basa basi, saya dan teman saya Kartini langsung menuju ke Terminal San Gil.

Ternyata, hanya ada satu perusahaan yang menyediakan transportasi dari San Gil ke Guadalupe dan itupun hanya pergi sehari sekali pukul empat sore. Padahal rencana awal kami adalah pergi ke Las Gachas hari itu juga, lalu sorenya kita langsung kembali lagi ke San Gil dan menghabiskan malam di sana. Sehingga keesokan harinya kami bisa berkunjung ke Barichara, sebuah pueblo tak jauh dari San Gil.

Opsi lainnya adalah kita bisa naik bus dari perusahaan lain dengan jurusan San Gil – Oiba lalu dari Oiba ke Guadalupe menggunakan kendaraan umum yang tersedia di Oiba. Itu pun juga hanya bisa kita lakukan keesokan harinya karena kendaraan yang menuju ke Oiba sudah tidak ada lagi.

Setelah berdiskusi, kami memutuskan untuk ke Baricaha hari itu juga walau hanya sebentar lalu keesokan harinya kami menuju ke Las Gachas. Begini nih kalau jadi traveler, harus siap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Tapi justru dengan demikian, kita dituntut untuk bisa berpikir cepat sehingga bisa memecahkan masalah.

Keesokan harinya, kami langsung menuju ke terminal San Gil dan membeli tiket bus seharga kurang lebih 18.000 peso, untuk menuju ke Oiba. Kami menempuh perjalanan selama kurang lebih 3 jam. Cukup lama memang, dikarenakan shuttle bus yang kami naiki berhenti di beberapa titik terlebih dahulu untuk mengangkut penumpang. Kami memutuskan untuk tidur selama perjalanan karena malamnya kami sempat ke klub dan minum cukup banyak.

Ternyata, di Oiba pun transportasi untuk ke Guadalupe juga hanya ada satu, yaitu naik camioneta, semacam mobil bak terbuka dan bagian yang terbuka tersebut ditutupi dengan sejenis terpal supaya penumpang tidak kepanasan atau kehujanan.

Kami membayar 6.000 peso untuk menuju ke Guadalupe. Oh ya, sebelum berangkat ke Guadalupe, ada baiknya bertanya dulu kepada orang-orang di Oiba, jam berapa camioneta terakhir dari Guadalupe ke Oiba kalau tidak ingin terjebak disana, karena Guadalupe itu termasuk pueblo yang cukup terpencil, karena harus naik bukit dulu untuk menuju kesana. Jalannya pun hanya sebagian yang beraspal, sisanya masih tanah. Tapi yang luar biasa adalah pemandangan sekitar yang begitu indah dan asri.

Gagal berendam di natural Jacuzzi secara private

Berendam di Jacuzzi Natural bersama kawan-kawan. Foto dokumentasi pribadi penulis

Sesampainya di Guadalupe, ternyata kami harus jalan kaki sekitar 45 menit untuk menuju TKP, itupun harus mendaki gunung lewati lembah. Berasa Ninja Hatori ya?

Perjalanan menuju ke Las Gachas tidak sesulit yang dibayangkan lho. Cuaca cukup cerah saat itu, dan sekali lagi, selama perjalanan kita benar-benar disuguhi pemandangan bukit dan lembah yang indah banget, terlihat pula pegunungan Andes di sepanjang perjalanan. Kami juga sempat melihat beberapa ayam kalkun peliharaan penduduk sekitar. Setelah berjalan kaki selama kurang lebih 45 menit, sampailah kamidi Las Gachas, and you know? Tempatnya ramai sekali oleh wisatawan.

Bayangan untuk menikmati natural jacuzzihanya bersama teman-teman dekat pun ambyar. Ya tapi mau bagaimana lagi, waktu kami ke sana adalah saat puente (weekend 3 hari, sabtu-senin). Meskipun demikian, kami masih tetap bisa menikmati Las Gachas. Dan yang paling bikin saya kagum adalah, tempatnya bersih dari sampah meskipun banyak sekali wisatawannya.

Para wisatawan rata-rata membawa minum beralkolhol dan makanan ringan sambil berendam, ada pula yang membakar jagung atau sosis, dan setelah mereka selesai melakukan semua itu, merekamembereskan sampah di sekitar dan membawanya di kantong plastik lalu dibawa ke tempat pembuangan. Salut benar sama orang Kolombia, Kapan ya Indonesia bisa seperti ini?

Diselamatkan oleh keluarga lokal Kolombia

Anyway, kami menghabiskan waktu cukup lama disana, karena jujur kami tidak ingin mentas dari sana saking enaknya berendam di air dingin di tengah teriknya matahari sambil minum-minum dan ngobrol sama teman. Hingga pada akhirnya kami pun lupa waktu dan kesorean. Kami lalu bergegas untuk segera kembali ke Guadalupe, karena kami takut kalau nanti tidak ada camioneta lagi yang ke Oiba.

Tiba-tiba,tes, tes tes! Hujan.

Haduh gawat nih kalau hujan deras dan kita terjebak di sini, apalagi tiba-tiba langitnya berubah gelap sekali. Dan yang kami takutkan pun terjadi. Semua camioneta yang menuju ke Oiba penuh sesak. Gubrak.Terus kami ini bagaimana pulangnya? Rui Jie mulai panik, ditambah cuaca yang makin lama makin memburuk, angin mulai kencang, petir menyambar kesana kemari.

Saya dan Kartini mulai mencari cari opsi lain, yaitu mencari penginapan terdekat apabila kami tidak bisa pulang. Pencarian kami tidak membuahkan hasil hingga Iris tiba-tiba datang dan memberitahukan bahwa ada rombongan keluarga yang akan membawa kami kembali ke Oiba. KITA SELAMAT.

Mereka adalah keluarga lokal yang kebetulan juga berlibur ke Las Gachas. Mereka membawa dua mobil dan mobil satunya akhirnya kami pakai. Sekitar pukul 7 malam kami sampai di Oiba dan langsung mencari bus menuju Bucaramanga Kamipun mengucapkan banyak terimakasih kepada keluarga yang telah membantu kami. Meskipun kami lupa tidak berkenalan dengan mereka, kami berharap supaya kebaikan mereka suatu saat dibalas oleh Yang Maha Esa dan supaya kita bisa dipertemukan lagi dengan mereka dan membalas kebaikannya.

Cerita di Las Gachas bukanlah satu-satunya cerita di mana saya diselamatkan oleh kebaikan dan keramahan orang Kolombia. Dan dari semua hal yang terjadi selama saya di Kolombia, saya tidak akan pernah melupakan kebaikan dan keramahan orang Kolombia. Senyum manis mereka, antusias mereka ketika bertemu dengan orang Asia pertama kali, hingga wajah bingung mereka karena tidak mengerti dengan apa yang saya katakan, adalah hal-hal yang akan selalu saya ingat tentang orang Kolombia. Los amo colombianos.

***

Pengen tulisanmu dimuat di Phinemo? Pelajari guide line-nya di link ini ya. Oiya, berikut contoh tulisan lainnya,

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU