Seekor bayi lumba-lumba jenis Franciscana yang terancam punah, mati saat dikerumuni oleh para turis yang mengajaknya selfie. Bayi lumba-lumba yang malang itu mati di Pantai Teresita, Buenos Aires, Argentina pekan lalu. Dari gambar tersebut terlihat bayi lumba-lumba diangkat ke permukaan tanpa pelindung apapun langsung terkena sinar matahari, sehingga mati karena terlalu lama berada di atas permukaan air dan dehidrasi.
Menurut seorang enviromentalis dari Vida Silvestre Foundation, Lumba-lumba tersebut memiliki kulit yang tebal dan berminyak yang memberikan kehangatan, sehingga cuaca yang panas dapat menyebabkannya cepat dehidrasi hingga mati.
Entah apa yang dikirkan oleh para turis di lokasi tersebut, hingga bayi lumba-lumba itu dijadikan objek selfie secara bergiliran sampai mati. Bahkan setelah mati bayi lumba-lumba tersebut dibiarkan tergeletak di pinggir pantai.
Berbicara mengenai fenomena selfie yang berdampak negatif, kejadian-kejadian serupa sebenarnya sudah banyak terjadi. Masih segar di ingatan kita bagaimana kebun bunga Amaryllis di Gunung Kidul yang rusak parah karena diinjak-injak pengunjung yang selfie, maupun rusaknya taman bunga di Baturaden yang baru diresmikan seminggu. Semua hal tersebut terjadi karena sikap arogan pengunjung yang sudah membayar uang masuk, sehingga merasa bahwa kerusakan tersebut wajar terjadi.
Eksistensi juga menjadi salah satu alasan kuat mengapa kejadian seprti ini masih terus berlanjut. Demi komentar maupun jumlah ‘likes’ yang banyak di media social, seringkali turis tidak mengindahkan larangan-larangan di destinasi wisata maupu tidak mempedulikan kehidupan makhluk hidup lain, contohnya si lumba-lumba malang dan taman Bunga Amaryllis.
***
Travel Enthusiast, menurutmu bagaimana cara menanggulangi kejadian seperti ini agar tidak terulang lagi? Bagikan pendapatmu dalam kolom komentar di bawah.