Kisah-kisah Pendaki Cilik Indonesia yang Bisa Bikin Kamu Iri

Ini kumpulan cerita pendaki cilik indonesia yang bisa bikin kamu baper

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Mendaki gunung memang aktivitas yang outdoor yang menantang dan tak semua umur mampu melakukannya. Tapi, saat ini persepsi semacam itu tidak lagi berlaku. Semua umur kini bisa bebas melakukan pendakian, termasuk anak-anak kecil.

Sempat menjadi bahan pembicaraan, anak-anak kecil yang ikut serta mendaki orang tuanya ini ternyata menyimpan banyak cerita yang tidak banyak orang tahu. Bisa di bilang, cerita inspirasi ini akan membuatmu merasa iri dengan keberanian anak-anak ini.

1. Arya memulai karir mendaki sejak umur 8 bulan. Terbiasa mendaki hingga pernah sakit hanya karena ditinggal Ayahnya naik tanpa mengajaknya

Foto dari sini

Pendaki cilik pertama yang akan membuat iri kamu adalah Arya Cahya Mulyana Sugianto, anak kelahiran Desa Bunder, Kecamatan Pademawu, Kabupaten Pamekasan. Arya sudah sering di ajak ayahnya untuk naik gunung sejak umurnya 8 bulan. Semenjak itu, Arya menjadi terbiasa dengan udara dingin dan berbagai medan gunung.

Pada usianya ke 3 tahun, Arya sudah meminta jalan sendiri saat mendaki. Padahal, kamu aja kalau naik gunung sering ngeluh pengen di gendong kan? Keren banget ya si Arya. Yang lebih mengagumkan lagi, pada tahun 2011 di ulang tahunnya yang ke lima, Arya berhasil menaklukan 10 gunung.

Semangat Arya untuk mendaki gunung sangat besar. Bahkan, saat ayahnya tidak mengizinkannya untuk ikut mendaki, malamnya Arya jatuh sakit dan mengigau “naik gunung.. naik gunung..”. Untuk menyembuhkan sakit si pendaki cilik inipun si Ayah tidak hanya membelikan obat-obatan untuk Arya, tapi juga membelikan VCD pendakian. Paska menonton VCD pendakian itu, Arya pun sehat kembali.

2. Tidak kalah dengan kakaknya Arya, Sherin juga mulai menunjukkan bakat sebagai pendaki gunung cilik yang sama kerennya dengan kakaknya

Foto dari sini

Sherin yang pernah nampang di beberapa foto bersama kakaknya Arya di puncak Gunung Semeru, nampaknya akan mengikuti jejak kakaknya yang sukses mendaki ke 10 gunung di usia 5 tahun. Meskipun saat mendaki masih menggunakan bantuan orang tuanya, namun semangat Sherin untuk mendaki sangatlah besar.

Semangat yang besar dari Sherin dan Arya memang tidak lepas dari ke dua orang tuanya. Background pendaki dan pecinta lingkungan yang Ayah mereka miliki terbukti membuat Arya dan Sherin menjadi anak spesial dengan hobi yang spesial. Wah.. jadi bikin iri ya..

3. Max, bocah yang sejak umur 1,1 tahun sudah diajak sang Mama naik gunung, kini menikmati setiap langkah kecilnya menapaki medan pendakian

Foto dari sini

Kamu pasti tahu pendaki cilik bernama Max ini. Sudah banyak media yang membuat cerita inspirasi dari seorang anak kecil bernama Max ini.

Berawal dari hobi sang mama, bocah kecil yang imut ini memulai karir mendakinya. Sang Mama yang sebelumnya serng mendaki, awalnya masih takut untuk membawa Max untuk naik gunung. Banyak persiapan yang harus Mama Max lakukan untuk membuat pendakian bersama Max menjadi pendakian yang sukses.

Awalnya Mama Max memang tak mengikut sertakan si imut Max untuk ikut dalam pendakian. Namun, Mama Max merasa kangen dan khawatir saat meninggalkan Max di rumah. Tujuan Mama Max mengikut sertakan Max dalam pendakian juga awalnya hanya untuk mengobati rindu naik gunung sambil menghabiskan waktu dengan putra tercinta. Tapi, lama-lama keterusan. Hingga akhirnya sampai sekarang Max ikut sang mama mendaki.

Pada umur ke 3 tahun, Max sudah berjalan sendiri saat mendaki bersama sang Mama. Uniknya, Mama Max tak pernah memaksa Max untuk bisa sampai ke puncak. Mama Max hanya tertarik untuk menghabiskan waktu bersama sang putra dengan hobi naik gunungnya.

Baca juga:

4. Mimpi besar Raihan: menggapai Seven Summit Indonesia

Foto dari sini

Lahir di Batam tanpa satupun gunung yang berdiri, putra seorang pendiri Komunitas Pecinta Alam bernama Syaka Raihan ini nampak mewarisi mimpi dan cita-cita sang Ayah.

Awalnya Raihan tak pernah memiliki mimpi untuk bisa mencapai seven summit Indonesia, namun sang Ayah berhasil memberikan pandangan tentang hidup dan keindahan ciptaan Tuhan melalui pemandanan gunung. Kini, Seven Summit Indonesia telah menjadi bagian dari mimpi-mimpinya.

Sebelum melakukan pendakian, Raihan sering melakukan latihan fisik untuk melatih otot-ototnya dengan lari empat kali keliling taman dan 2 kali jalan biasa. Bisa memabayangkan betapa semangatnya Raihan, kan? Pada usianya yang saat ini menginjak 12 tahun, Raihan benar-benar bikin iri ya!

5. Matthew Tandioputra, anak unik yang selalu praktik jurus Wushu saat sampai di puncak gunung

Foto dari sini

Berawal dari kegelisahan dan tak pernah bisa fokus saat memasuki sekolah dasar, membuat Matthew Tandioputra harus berkonsultasi dengan sang pakar tumbuh kembang. Pakarpun menyarankan Matthew Tandioputra untuk melakukan terapi alam.

Awalnya, ayah dan ibu Matthew Tandioputra hanya mengajak untuk camping saja. Namun, Matthew Tandioputra tampak senang dan menikmati. Dari sana, Matthew pun mengenal komunitas mendaki. Dengan respon positif itu, Matthew pun jadi sering hiking dan tracking juga.

Ayah Matthew  mulai mengenalkan dunia pendakian pada tahun 2014 dengan mengajak mendaki ke Gunung Burangrang. Sejak saat itu, Matthew mulai mendaki dan memiliki mimpi untuk mencapai seven summit Indonesia. Kerennya lagi, Matthew ternyata merupakan expeditor ke 7 di AKSA 7.

***

Wah, jadi baper kan baca cerita anak-anak petualang ini? Yang jelas, mereka adalah anak-anak yang memiliki semangat tinggi dan tak pernah menyerah untuk sampai ke puncak. Meskipun umur mereka masih sangat muda, semangat anak-anak ini bisa kamu jadikan inspirasi saat mendaki.

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU