Kololi Kie, Tradisi Sakral Masyarakat Ternate untuk Berdamai dengan Alam

Ternate menyimpan satu tradisi khusus sebagai bentuk komunikasi damai masyarakat dengan alam. Kololi Kie namanya. Simak artikel selengkapnya.

SHARE :

Ditulis Oleh: Paundria

Dari Sabang hingga Merauke, rasanya tak ada habisnya jika dikuliti satu-persatu budayanya. Kali ini, mari kita bersinggah sejenak ke tanah bekas jajahan Portugis di Ternate. Ternate menyimpan satu tradisi khusus sebagai bentuk komunikasi damai masyarakat dengan alam. Kololi Kie namanya.

Cara masyarakat berdamai dengan alam

Tradisi penghormatan terhadap alam. Credit : Phoerwantho – WordPress.com

Dalam kepercayaan masyarakat  Maluku Utara, gunung dianggap sebagai representasi penguasa alam. Anggapan ini selanjutnya menempatkan keberadaan gunung kemudian dihormati. Dalam hal ini Kololi Kie merupakan ritual yang digunakan masyarakat Maluku Utara dalam menyapa dan berinteraksi dengan alam.

Kololi Kie memiliki arti ‘keliling gunung’, merupakan tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Ternate maupun Tidore dalam waktu-waktu tertentu. Meletusnya gunung Gamalama pada 4 Oktober lalu membawa satu kewaspadaan khusus bagi masyarakat Ternate. Pasalnya, meletusnya gunung Gamalama memang menimbulkan bencana yang tak bisa diremehkan, terutama bagi warga Ternate.

Gunung Gamalama sangat dihormati oleh masyarakat. Credit : NusantaraNews.com

Gunung ini merupakan salah satu gunung paling aktif di Indonesia dan telah meletus lebih dari 60 kali. Letusan terbesar terjadi pada 1775 serta berimbas pada lenyapnya desa Soela Takomi. Lebih dari 140 orang tercatat tewas. Untuk itulah, masyarakat setempat menggelar prosesi adat khusus untuk ‘menenangkan’ gunung Gamalama.

Baca juga Belajar Menghargai Kematian Melalui Ritual Tiwah Suku Dayak Kalimantan

Tradisi tua di Ternate

Kapal untuk Kololi Kie dihias sedemikian rupa. Credit : Nusantaranews.com

Ritual kololi kie ini sudah dilakukan oleh masyarakat Ternate sejak ratusan tahun lalu. Prosesi adat ini merupakan salah satu dari dua ritual tertua di Ternate. Upacara adat ini juga dianggap satu paket dengan ritual “Fere Kie” yaitu kegiatan ritual naik ke puncak gunung Gamalama untuk berziarah. 

Dalam tradisi Kololi Kie ini, masyarakat akan mengitari gunung Gamalama dengan menggunakan kapal yang telah dihias sedimikan rupa. Di dalam kapal tersebut juga telah disiapkan sesajen berbagai jenis makanan yang akan dilemparkan ke laut. Sang pemimpin adat pun kemudian memulainya dengan rapalan doa-doa kepada sang Pencipta. Harapan – harapan atas keselamatan jiwa pun terselip selama kapal berlayar.

Baca jugaUpacara Adat Cing Cing Goling, Tradisi Unik Ungkap Syukur di Gunungkidul

Tradisi Bangsa Tanpa Benturan Agama

Pembacaan doa untuk Kolili Kie. Credit : nusntarajenaka.blogspot.com

Pada tradisi yang dilakukan dalam rangka ‘menenangkan’ gunung Gamalama ini dilakukan tanpa adanya kisruh antar agama. Ritual ini oleh masyarakat setempat masih dianggap sebagai salah satu tradisi unik masyarakat yang harus dijaga eksistensinya. Para pemimpin adat selalu menekankan bahwa hal ini merupakan satu tradisi masyarakat yang harus dijaga eksistesinya.

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU