Kisah di Balik Kemeriahan Dieng Culture Festival yang Tak Banyak Orang Tahu

Di balik kemeriahan Dieng Culture Festival, ternyata ada banyak kisah yang tak banyak diketahui masyarakat umum.

SHARE :

Ditulis Oleh: Wike Sulistiarmi

Dieng Culture Festival dikenal sebagai  salah satu event internasional bergengsi di Indonesia. Beragam pertunjukan dan prosesi adat yang menjadi ciri khas festival ini pun selalu ramai oleh pengunjung, mulai dari Jazz Atas Awan, pesta lampion, hingga prosesi ruwatan anak gimbal.

Namun di balik kemeriahan Dieng Culture Festival tersebut, terdapat kisah yang jarang orang tahu:

Putri, bocah berambut gimbal yang telah diruwat namun rambut gimbalnya kembali tumbuh

Putri, si bocah gimbal. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

Adinda Widjayanti Putri (6), bocah gimbal yang pada tahun 2016 sempat mengikuti prosesi ruwatan, namun rambut gimbalnya muncul kembali tiga bulan setelah ruwatan.

“Tiga bulan setelah ruwatan tiba-tiba anak saya panas selama tiga hari, ternyata sakitnya ini muncul karena gimbalnya muncul lagi,” terang Linda susanti (37 tahun), sang Ibu.

Karena gagal diruwat tahun lalu, Linda mengajak Putri untuk bertemu para tetua adat di Dieng pada tahun ini. Mereka bahkan mengikuti napak tilas ke tempat sakral sebelum acara ruwatan dilaksanakan.

Putri sedang main semprotan air. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

“Saya berangkat dari Jakarta hari Selasa, lalu kami ke Dieng untuk cek keadaan Putri sekalian silaturahmi dan napak tilas. Tahun depan rencananya akan ikut ruwatan lagi,” tambah Linda.

Diketahui, Putri meminta motor saat ruwatan tahun lalu, permintaan ini sebenarnya sudah dipenuhi oleh panitia. Namun entah mengapa rambut gimbal Putri tumbuh lagi. 

“Tahun lalu sudah dibelikan motor oleh panitia, tapi baru dipakai satu hari rusak. Mungkin karena hal ini. Tapi yang jelas, kami sudah cek keadaan ke Mbah Sumanto, pemangku adat Dieng Kulon,” tambah Linda.

Selama ini Putri memiliki kekuatan yang di luar nalar, bisa dibilang dia adalah Wonder Woman versi asli. Saat keinginannya tak dikabulkan, ia biasanya akan marah berlebihan.

Putri dan Linda, sang Ibu. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

“Dia punya kekuatan luar biasa, nggak normal. Bahkan Putri pernah mendorong saya sampai jatuh di kamar mandi. Semua permintaannya harus dituruti kalau enggak ya marah. Untungnya setiap dia minta apa-apa besoknya selalu ada saja rejeki.” tambah Linda.

Cerita dari 9 anak gimbal yang diruwat tahun ini

Tristan, si bocah gimbal sebelum memulai prosesi ruwatan. Foto oleh Wike Sulistiarmi/ Phinemo

“Tristan sebenarnya pengen cukur tahun lalu, tapi baru tahun ini bisa ikut, dia minta burung lovebird. Cuma minta itu. Kalau permintaannya tak dituruti biasanya dia akan marah dan rambut gembelnya akan berdiri seperti kawat. Benar-benar menakutkan,” ujar Mbah Sutisno, kakek Tristan, saat tim phinemo bertamu ke rumah Mbah Sumanto, Pemangku adat Dieng Kulon.

Tristan dan burung lovebird permintaannya. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

Tristan merupakan bocah laki-laki satu-satunya yang ikut dalam acara ruwatan. Saat ini usianya masih 3,5 tahun, paling muda yang ikut ruwatan. Bahkan saat ruwatan ia masih bawa botol susu lho. Menggemaskan!

Nurul dan sang Ibu. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

Nikmah (5 tahun), bocah gimbal asli Garung, Wonosobo, ini malah lebih lucu lagi. Ia nggak minta yang aneh-aneh. Dia cuma ingin potong rambut ke salon setelah prosesi ruwatan.

“Dia minta potong ke salon Om Ujang. Nggak mau yang lain. Cuma itu saja,” ujar Asti, sang Ibu.

Ada juga cerita menarik dari Nika Sulistyana Rahayu. Si gimbal yang memiliki permintaan kambing dan tablet ini, menurun dari sang Ibu. Ibunya dulu adalah bocah berambut gimbal. Adik kandung Sulis pun sempat mewarisi rambut gimbal tersebut, namun entah kenapa hilang dengan sendirinya.

Sulis selalu ingin dekat dengan kambingnya nih! Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

“Gimbalnya dia itu turunan dari saya. Bahkan adik si Sulis, juga pernah gimbal lho. Cuma langsung hilang. Kini tinggal Sulis sendiri yang gimbal,” ujar Sartiyah (28 tahun), sang Ibu.

Kerennya lagi, Bapaknya Sulis rela pulang setelah merantau 7 bulan di Bangka Belitung untuk mengantar anaknya ruwatan.

Lintang dan sepeda keinginannya. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

Kisah lainnya datang dari Ayu Gilar Lintang Citra. Bocah gimbal yang akrab dipanggil Lintang ini minta sepeda dan boneka warna pink.

“Seneng dibelikan boneka sama sepeda. Ini sama ini yang pink,” ujar Lintang sambil malu-malu dan menunjukkan barang-barang permintaannya.

Safira paling kanan. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

Beda lagi dengan Safira, bocah gimbal dari Bali yang minta dua sapi untuk ia pelihara dan dipotong. Permintaan tersebut berasal dari namanya, Safira/Safi/Sapi. Konon, namanya merupakan nama pemberian dari ‘rambut gembel’-nya.

“Permintaannya ini berhubungan sama namanya,” ujar sang kakek, Waeno Sudiryono.

Keluarga Safira sendiri mengaku bahwa si anak sering di-bully karena rambut gimbalnya. Bahkan banyak orang berbisik-bisik saat melihat rambut gimbalnya.

Sempat ada kejadian mistis saat acara ruwatan berlangsung

Kesurupan di area jamasan. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

Beberapa pengunjung dan seorang panitia kesurupan dalam saat prosesi ruwatan rambut gimbal. Dari laporan pandangan mata tim Phinemo seorang panitia menari-nari dan pingsan saat kejadian.

Seorang pengunjung kesurupan dan dimasukkan ke dalam Candi Arjuna untuk proses penyembuhan. Foto oleh Wike Sulistiarmi/Phinemo

Kejadian ini memang sempat membuat heboh, namun tak menjadi penghalang acara ruwatan pada Minggu (6/8) kemarin. Menurut pengakuan salah seorang panitia, sosok itu ingin merasuki si pengunjung hingga acara usai.

***

Apapun permintaan anak gimbal ini, semoga setelah ruwatan mereka bisa jadi bocah normal. Sekolah dengan normal dan nggak ada yang nge-bully lagi, ya!

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU