Membahas tentang perkembangan hotel di Indonesia tak boleh mengabaikan keberadaan Hotel Indonesia (HI). Hotel kebanggaan warga Jakarta ini merupakan hotel bintang lima pertama di Indonesia.
Bangunan yang menjadi landmark kota Jakarta ini tak dibuat asal-asalan. Di balik megahnya desain arsitektur hotel, ada campur tangan dari Presiden Indonesia Pertama.
Presiden Soekarno adalah penggagas pembangunan Hotel Indonesia. Menurutnya, Hotel Indonesia ini akan menjadi pintu gerbang pariwisata Indonesia. Maka, setiap tamu atau pun wisatawan asal luar Indonesia haruslah disambut dengan wajah-wajah Indonesia. Dan, Hotel Indonesia sebagai representasi pintu gerbang wajah Indonesia tersebut.
Tak ingin setengah-setengah dalam pembangunan hotel kelas internasional pertama, Presiden Soekarno secara langsung menunjuk arsitektur asal Amerika Serikat Abel Sorensen dan istrinya, Wendy. Dalam pemikiran Soekarno, Hotel Indonesia harusnya modern namun tetap menjaga wajah asli Indonesia.
Hasilnya, Abel Sorensen berhasil mendesain hotel yang modern dan memiliki unsur-unsur lokal arsitektur lokal Sumatera Barat. Sebagai pelengkap, Presiden Soekarno pun mengusulkan membangun Patung Selamat Datang di area Hotel Indonesia untuk menyambut para peserta Asian Games 1962 yang datang ke Indonesia.
Tak tanggung-tanggung, Presiden Soekarno mengutus 3 orang seniman Indonesia saat itu, Trubus, Henk Ngantung, dan Edhi Sunarso untuk membuat patung tersebut.
“Saya mau membuat Monumen Selamat Datang untuk menyambut olahragawan Asian Games. Ayo, kau skets. Bentuknya begini, lho.”
Saat mengatakan kalimat tersebut di hadapan mereka, Presiden Soekarno mengangkat tangan kanannya, memperagakan orang yang sedang menyapa dari kejauhan.
Lalu pada tahun 1962, Hotel Indonesia pun diresmikan, bertepatan dengan momen Asian Games 1962. Bisa dibilang, pembangunan Hotel Indonesia ini secara khusus ditujukan untuk menyambut para tamu-tamu Asian Games yang datang ke Indonesia.
Selain itu, hotel bintang lima pertama di Indonesia ini pun menjadi acuan gaya hidup kalangan atas. Di Hotel Indonesia ini lah Presiden Soekarno kerap menjamu makan malam para tamu dari negara lain, seperti Pangeran Kamboja Norodom Sihanouk pada akhir tahun 1962.
Kemudian, setahun setelah menyelenggarakan Asian Games 1962, Indonesia pun melangsungkan Ganefo (Games of The New Emerging Forces), yakni pesta olahraga negara-negara Asia Afrika yang baru merdeka. Pada masa itu juga lah, HI menjadi tempat menginap para atlet dan ofisial mancanegara.
Kemudian, setelah itu, selama bertahun-tahun HI yang dibangun dengan pampasan perang Jepang, menjadi primadona Jakarta. Selama masa kejayaannya, Hotel Indonesia menjadi pusat berbagai kegiatan kebudayaan. Pertunjukkan teater secara rutin dipentaskan di hotel bintang lima pertama di Indonesia ini. Pada masa itu juga lah, pertunjukan seni Hotel Indonesia telah melahirkan seniman-seniman hebat seperti Teguh Karya, Rima Melati, dan Slamet Rahardjo.
Waktu itu Ballroom HI menjadi kebanggaan tersendiri karena banyak didatangi golongan VIP. Karcis bioskopnya pun berharga mahal. Hanya masyarakat golongan atas yang mampu menonton film-film berkategori gala premiere.
Seiring berjalanannya waktu, kepopuleran Hotel Indonesia pun memudar seiring banyaknya hotel-hotel mewah bintang lima di Jakarta yang bermunculan. Maka, pada 2004 lalu, Hotel Indonesia dirombak total tanpa hilangkan keaslian bangunan. Butuh waktu selama 5 tahun untuk memugar hotel bintang lima pertama di Indonesia ini. Barulah pada 2009, mantan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono meresmikan kembali Hotel Indonesia.
Setelah direvonasi, Hotel Indonesia pun mengalami pergantian kepengurusan. Kini, Hotel Indonesia di kelola dalam naungan Kempinski Hotel Group asal Eropa yang dikenal sebagai kelompok hotel mewah tertua di Eropa.