Foto Tak Cukup Menjadi Bukti Cerita Perjalanan, Karena...

"Bagi saya, foto hanya bagian dari potongan cerita. Penyempurna perjalanan adalah tulisan"

SHARE :

Ditulis Oleh: Umu Umaedah

Bagi saya, foto hanya bagian dari potongan cerita. Penyempurna perjalanan adalah tulisan

Saya berpikir, saya bukanlah wisatawan ketika sedang traveling. Saya melihat di setiap tempat wisata, hampir  semua orang mengalungkan kamera di leher ataupun menggenggam ponsel untuk mengambil gambar. Saya pun melakukan hal tersebut. Namun ketika pulang dan melihat foto-foto liburan saya di layar komputer, saya tak mendapati cerita yang utuh dalam perjalanan. Yang tertangkap oleh kamera saya, mungkin hanya kejadian atau hal-hal yang saya anggap menarik dan saya lihat. Bahkan dari  perjalanan saya, saya sering kehilangan momen untuk mengambil gambar.

Ketika itu saya tengah memiliki semangat 45 untuk traveling. Jiwa saya menggebu-gebu. Beberapa huruf saya ketikkan di kolom pencarian google untuk mencari referensi tempat traveling. Saya menemukan sebuah tempat di Indonesia yang keberadaannya mirip dengan Grand Canyon di Amerika yaitu Brown Canyon di Semarang.

Saya ingat ketika saya pertama menginjakkan kaki di Brown Canyon. Saya mendapati debu-debu bertebangan ke wajah dan sesekali terhirup udara masuk dalam hidung. Ini tak membuat saya mundur. Dan benar saja, saya cukup dibuat terpesona dengan gundukan tanah yang tinggi. Gundukan tanah tersebut tercipta karena sisa-sisa pertambangan. Saya bertemu dengan anak-anak yang sedang berlarian di sana mengambil beberapa ilalang dan dua pemuda yang memaksakan motornya untuk naik ke bukit paling tinggi dengan jalan kecil yang curam dan sangat tak layak untuk dijadikan jalan kendaraan.

Foto adalah potongan cerita tak utuh

Untuk beberapa kejadian, saya benar-benar kehilangan momen-momen tersebut ketika saya lengah menyimpan kamera ke dalam tas. Dengan foto-foto yang saya ambil, saya terlihat memiliki kenangan yang sedikit dan itu pun hanya menjadi potongan cerita yang tak utuh. Bahkan, kenangan yang saya dapat dan tersimpan dalam otak tidak bisa membuat orang benar-benar tahu kronologis kejadian sebenarnya.

Ketika saya melihat sesuatu hal yang menarik, kemudian saya mengambil  foto. Sebenarnya saya bukan seorang fotografer. Hanya saja saya suka melihat-lihat foto yang indah. Saya suka memotret apa yang saya lihat dan memiliki cerita. Saya suka mendokumentasikan perjalanan dengan foto-foto. Tapi sekarang saya menyadari bahwa semakin banyak saya mendokumentasikan foto, suatu hari saya akan kehilangan cerita-cerita penyambung lainnya yang tak tertangkap oleh kamera saya.

 

Dengan menulis potongan ceritamu akan utuh

Tak mau cerita saya hanya tersimpan di dalam memori otak, saya mulai menemui titik terang. Adanya blog dan instagram cukup membuat saya gembira. Dua platform tersebut sangat membantu saya untuk membagikan cerita saya untuk menjadi utuh. Ketika foto memiliki peranan penting untuk membuat orang tertarik karena keindahannya yang berwujud, tulisan mampu menjadi penyempurna cerita perjalanan saya. Tulisan mampu merangkaikan foto satu dengan foto yang lainnya sehingga memiliki kesinambungan. Tulisan mampu membuat orang ikut bisa merasakan, melihat, dan mencium apa yang orang lain alami. Bahkan tulisan mampu membuat orang terbawa amarah. Tulisan sanggup memengaruhi pikiran seseorang.

Dengan tulisan, saya bisa melukiskan apapun yang saya temui. Foto dan tulisan bisa menjadi kolaborasi yang baik untuk menjaga kenangan tetap utuh.

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU