Indonesia bukan hanya indah dan kaya dari segi alamnya, tetapi juga dari segi budayanya. Menyadari kekayaan budaya dan kearifan lokalnya, beberapa daerah secara khusus menggelar event lokal yang sangat seru untuk didatangi. Menariknya, beberapa event berikut ini bahkan sudah bertaraf internasional.
Meski perayaan Tahun Baru Cina di Indonesia diselenggarakan di banyak tempat, Singkawang, yang terletak sekitar 145 kilometer dari Pontianak, boleh jadi adalah tempat yang memiliki perayaan paling meriah.
Salah satu atraksi yang paling ditunggu dalam perayaan Imlek dan Cap Go Meh di Singkawang adalah Tatung. Uniknya, pertunjukan Tatung ini tidak hanya melibatkan warga keturunan Tionghoa, tetapi juga warga suku Dayak.
Setiap bulan April, bertepatan dengan perayaan ulang tahun Sultan Ternate, Mudaffar Sjah, digelar sebuah festival yang sudah lama masuk ke dalam agenda nasional kegiatan Kementerian Pariwisata, yaitu Festival Legu Gam.
Tujuan utama festival ini adalah untuk melestarikan sekaligus mempromosikan kekayaan alam dan budaya Kesultanan Ternate dan 3 kesultanan lain yang berada di wilayah Provinsi Maluku Utara.
Hal yang paling menarik dari festival ini adalah pertunjukan Tari Legu yang merupakan jenis tarian kerajaan. Oleh sebab itu, tarian ini tidak boleh sembarang dipentaskan dan baru diperkenankan setelah Sultan selesai melakukan 3 acara penting, yaitu Doru Gam, Kololi Kie, dan Fere Kie.
Festival yang diselenggarakan setiap pertengahan bulan Juni ini mampu menarik minat ribuan pengunjung setiap tahunnya! Festival Danau Sentani (FDS) pertama kali berlangsung tahun 2007 dan saat ini telah masuk ke dalam kalendar pariwisata utama Indonesia.
Festival yang banyak menarik perhatian wisatawan asing, seperti BelKamu, dan lokal ini merupakan pagelaran yang sangat meriah. Wisatawan akan terpesona dengan beragam tarian adat di atas perahu, tarian perang khas Papua, upacara adat seperti penobatan Ondoafi (kepala adat), hingga sajian berbagai kuliner khas Papua.
Rambu Solo adalah salah satu prosesi penting dalam sebuah upacara kematian yang berlangsung selama berhari-hari dan melibatkan seluruh penduduk desa di Tana Toraja. Meski upacara ini tidak tentu waktu pelaksanaannya, karena tergantung pada kesiapan keluarga, namun umumnya upacara Rambu Solo akan berlangsung di bulan Desember.
Kesakralan dan kemeriahan upcara ini sudah sangat terkenal hingga ke mancanegara sehingga pengunjung yang datang pun bisa mencapai puluhan ribu.
Festival Tabuik merupakan salah satu tradisi tahunan di masyarakat Pariaman. Festival ini telah berlangsung sejak puluhan tahun yang lalu; kira-kira sejak abad ke-19 masehi.
Perhelatan Tabuik merupakan bagian dari peringatan hari wafatnya cucu Nabi Muhammad SAW, yaitu Hussein bin Ali yang jatuh pada tanggal 10 Muharram dan pada tahun 2016 akan jatuh pada tanggal 12 Oktober. Tabuik sendiri diambil dari bahasa arab ‘tabut’ yang bermakna peti kayu.
Nama itu mengacu pada legenda tentang kemunculan makhluk berwujud kuda bersayap dan berkepala manusia yang disebut buraq. Legenda ini mengisahkan bahwa setelah wafatnya sang cucu Nabi, kotak kayu berisi potongan jenazah Hussein diterbangkan ke langit oleh buraq.
Berdasarkan legenda inilah, setiap tahun masyarakat Pariaman membuat tiruan dari buraq yang sedang mengusung tabut di punggungnya.