Pada 10 hari pertama bulan Muharram, umat muslim dari berbagai penjuru di dunia merayakannya dengan ritual sakral. Di Indonesia, kita mengenal tradisi pembuatan bubur Asyura. Sedangkan di negara yang dihuni muslim Syiah seperti Iraq, mengenal ritual berdarah yang diliputi duka mendalam dengan nama Festival Ashura.
Dalam perayaan ini, bukan kebahagaian atau keriangan yang terpancar, melainkan duka mendalam.
Festival Ashura dirayakan pada hari kesepuluh Muharram. Tahun ini, Ashura dimulai pada malam 20 September dan berakhir pada matahari terbenam pada hari Jumat 21 September. Umat muslim yang ikut dalam perayaan Festival Ashura mengenang dengan duka mendalam atas kematian Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad yang dilakukan oleh kekuatan Khalifah Yazid pada abad ke-7.
Para laki-laki dari segala usia berkumpul untuk melakukan ritual mengenang kekerasan yang dialami Imam Hussein.
Mereka berkumpul mengenakan pakaian serba putih. Kemudian, para lelaki tersebut menyayat bagian kulit kepala hingga berdarah-darah. Darah yang mengalir kemudian mengucur di kepala hingga menodai pakaian putihnya.
Tak hanya sampai di situ saja, usai melakukan ritual tersebut, mereka bertelanjang dada lalu mencambuk punggungnya sendiri menggunakan pedang yang telah melekat pada rantai berkali-kali. Tak pelak, punggung pun terluka dan penuh darah.
Selain ritual berdarah-darah ini, banyak jamaah Syiah melakukan perjalanan dari negara tetangga Iran dan negara lain setiap tahun untuk mengunjungi kuil Imam Hussein di Karbala, yang terletak sekitar 50 mil barat daya Baghdad, Irak.