Fakta Menarik di Balik Tapak Raksasa Aceh

Adanya korban yang terseret ombak di area wisata Tapak Tuantapa mewarnai mitos yang ada. Kebetulan kah? Atau mitos yang jadi nyata?

SHARE :

Ditulis Oleh: Syahrial Maulida

Salah satu tapak kaki terbesar di dunia terdapat di kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Terletak di gunung kaki lampu dengan lebar 2,5 meter dan panjang 6 meter, tapak ini telah lama menjadi salah satu destinasi wisata.

Sepanjang perjalanan mata akan dimanjakan dengan pemandangan laut yang begitu indah dengan beberapa kapal nelayan yang melaut serta kapal besar pengangkut semen yang parkir di pelabuhan. Di ujung jalan setapak ini akan ada sebuah gazebo, sejenak anda dapat melepas lelah di sini sambil menikmati hembusan angin laut serta suara ombak.

Namun, di balik keindahan pemandangan alam laut dan melegendanya tapak raksasa itu, ada beberapa fakta menarik yang patut ditelisik.

1. Tapak raksasa digunakan sebagai nama kota

Tapak kaki raksasa yang ditemukan di Aceh Selatan. Foto oleh Syahrial Maulida Salis 

Acap kali nama suatu tempat tak lekang dari cerita rakyat, seperti Surabaya, Minangkabau, Danau Toba dan tempat-tempat lain. Begitu juga dengan kehadiran tapak kaki berukuran jumbo ini yang kemudian diadopsi menjadi nama kota yang sekaligus merupakan ibu kota kabupaten Aceh Selatan yaitu Tapaktuan.

Tapaktuan terdiri dari dua suku kata (dalam penulisan Tapaktuan secara resmi memang digabungkan) yaitu Tapak dan Tuan, yang berarti tapak kaki yang dimiliki oleh seseorang yang disebut Tuan.

2. Inilah makam Tuan Tapa, sang pemilik tapak raksasa

Makam Tuan Tapa. Foto oleh Syahrial Maulida Salis

Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang di masyarakat tapak kaki raksasa ini adalah milik seorang pertapa di zaman dahulu kala. Konon sang pertapa memiliki tubuh besar (sebagaimana kepercayaan bahwa manusia zaman dahulu berukuran lebih besar dibanding manusia sekarang). Karena tidak ada yang tahu namanya, makanya sang pertapa dipanggil dengan sebutan Tuan Tapa.

Lokasi tempat Tuan Tapa bertapa berada pada sebuah gua yang disebut Gua Kalam, terletak pada di kaki pegunungan di desa Jambu Apha. Kamu juga dapat mengunjungi kuburan Tuan Tapa di Gampong Padang, tepatnya di sebelah Mesjid Tuo, di depan MIN (Madrasah Ibtidaiyah). Kuburan ini memiliki lebar 2 meter dan panjang 15 meter yang dipagari dengan pagar beton.

3. Tahukah Kamu? Tidak semua masyarakat sekitar pernah ke sana

Spot terbaik untuk menyaksikan besarnya Tapak Tuantapa. Jadi, Kamu tak perlu takut dengan ombak yang besar. Foto oleh Syahrial Maulida Salis

Tidak semua masyarakat Padang pernah ke Pantai Air Manis, tempat patung lagenda Maling Kundang diabadikan. Hal serupa juga diamini masyarakat Tapaktuan dalam hal tapak Tuan Tapa.

Mungkin saja ini terjadi karena manusia tidak begitu wah dengan fenomena di sekitar. Di sisi lain terlalu mengagumi sesuatu yang ada di luar. Sebenarnya ini juga berangkat dari saya pribadi. Saya sendiri lebih dulu menginjakkan kaki di pantai dimana ada patung Malin Kundang yang notabenenya jauh, daripada pantai yang ada tapak kaki raksasa yang juga tidak kalah melegenda, padahal Tapak Tuan terdapat di daerah kelahiran sendiri.

Saya baru benar-benar berkunjung langsung ke tapak ini pada saat telah mengenyam bangku kuliah. Ini pun dikarenakan banyaknya pertanyaan dari teman tentang tapak tersebut. Jadi tidak salah jika ada yang bilang, kita akan terlalu mengagumi kampung halaman saat berada di perantauan.

4. Mitos yang berkembang di masyarakat, pengunjung wisata Tapak Tuan Tapa dilarang terlalu bergembira atau berkata kotor

Mitosnya, Kamu bakal terseret ombak kalau Kamu berbicara kotor atau terlalu bahagia saat di sana. Foto oleh Syarial Maulida Salis

Setiap peninggalan sejarah yang terbilang unik, pada umumnya memiliki mitos tersendiri dalam pandangan masyarakat. Entah darimana asal usulnya, tapi yang jelas mitos ini seolah membuktikan kebenarannya. Maka tidak salah jika kepercayaan ini tetap berkembang sampai saat ini.

Untuk wisata tapak sendiri juga memiliki mitos, yaitu peraturan yang harus anda patuhi saat berkunjung kesana. Peraturannya sederhana, yaitu tidak boleh terlalu girang, takabur, berkata kotor dan melakukan perbuatan yang tidak senonoh. Jika melanggar maka siap-siaplah ombak akan menyeret dan menenggelamkanmu. Inilah yang tidak jarang dijadikan alasan saat ada korban yang terseret ombak di sana.

Pada dasarnya setiap peraturan di tempat wisata tertentu adalah agar etika pengunjung terjaga, jadi tidak ada ruginya jika dipatuhi. Dan yang tidak kalah penting adalah perilaku kita yang tetap menjaga keindahan alam yang telah Tuhan ciptakan, agar tetap bertahan melebihi umur manusia.

5. Darul Qutni, penulis lagenda Tapaktuan meninggal di tapak tersebut

Baru-baru ini, Aceh Selatan atau Aceh pada umumnya kehilangan salah seorang putra terbaik. Beliau adalah Darul Qutni, seorang penulis kenamaan yang juga telah menuliskan buku Legenda Tapaktuan.

Di buku inilah kisah Tuan Tapa dan dua ekor Naga yang memelihara anak manusia diceritakan dengan sangat menarik. Melalui cerita ini juga beberapa nama tempat atau daerah di Aceh Selatan diuraikan berdasarkan kisah hidup Tuan Tapa, Naga dan Sang Putri.

Saya merinding saat mendengar bahwa almarhum meninggal karena diseret ombak pada saat melakukan shooting acara salah satu TV swasta dari Medan pada tapak sang Tuan Tapa. Walaupun ini bukan kali pertama saya mendengar tentang kematian akibat terseret ombak di kawasan wisata tapak, tapi ini jelas sangat berbeda. Karena melalui karya beliaulah saya dengan jelas dapat membaca tentang asal usul tapak tersebut. Semoga amal ibadah beliau diterima disisi Tuhan.

***

Bagi Kamu yang ingin berkunjung ke wisata Tapak Tuan Tapa, tidak perlu khawatir lagi akan terseret ombak. Karena baru-baru ini telah dibangun pondok di atas tapak tersebut, sehingga lebih aman. Namun bukan berarti juga Kamu bebas melanggar aturan. Jadilah pengunjung yang tidak merugikan tempat yang anda kunjungi. Ya, kemana pun itu.

Kamu bisa membaca cerita menarik lainnya di sini;

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU