Video Oleh Embara Films

Embara Films, Kisahkan Cerita Perjalanan Melalui Audio Visual

Shabara Wicaksono • April 21, 2016

Pernah menonton web series Jalan – Jalan Men di Youtube dan kagum dengan gambar pemandangan alam yang ditampilkan? Gambar-gambar tersebut adalah hasil karya dari Tim Embara Films, atau  dikenal juga dengan nama ‘Tim EPIC”.

Phinemo berkesempatan berbincang dengan Galih Mulya Nugraha, owner Embara Films. Kami berbincang banyak, tentang Tim Embara, tentang pengalaman tak terlupa kala traveling, juga tentang berbagai hal menarik yang sedang Embara kerjakan saat ini.

Apa sebenarnya arti dari nama ‘Tim EPIC”? Galih bercerita, ‘Tim EPIC’ sebetulnya adalah sebutan dalam webseries “Jalan-Jalan Men” untuk dirinya dan Febian Nurrahman. Karena di web series tersebut harus ada nama karakter, jadilah mereka berdua dinamakan Tim EPIC.

Pada awalnya yang memberi nama Tim EPIC adalah Naya Anindita, karena mereka berdua bertugas untuk menangkap momen-momen ‘epic‘ di dalam perjalanan “Jalan-Jalan Men”. Dan waktu awal-awal Galih dan Febian bergabung dengan “Jalan-Jalan Men”, itu berbarengan juga dengan peluncuran film EPIC JAVA yang merupakan film pertama dari Embara Films.

Tim Embara bersama Naya dan Jebraw. Foto diambil dari akun Facebook Febian Nurrahman

Dalam waktu dekat ini Tim Embara , Pontpic dan Paduan Suara Universitas Padjajaran akan merilis sebuah film dokomunter berjudul Indonesia Kirana.

Indonesia Kirana, jika diartikan yaitu “Cahaya Indonesia”. ‘Cahaya’ dalam hal ini diartikan sebagai semangat untuk mengharumkan nama Indonesia di dunia International.

Semangat ini tergambarkan dalam gerakan pemuda untuk berjuang dalam kompetisi paduan suara dan memperkenalkan budaya Indonesia kepada Dunia.

“Semangat Indonesia Kirana tidak hanya menjadi milik teman-teman paduan suara saja, tapi bisa menjadi inspirasi untuk semangat dan perjuangan pemuda dalam bidangnya masing-masing untuk membawa nama Indonesia dan mengharumkannya di pentas dunia,” harap Galih.

Pembuatan film dokumenter Indonesia Kirana bukan tanpa kendala. Ada saja hal yang menghambat mereka.

Kendala pertama disebutkan Galih adalah soal biaya. Mereka dari Tim Embara dan Paduan Suara Unpad berusaha keras mencari berbagai alternatif untuk memberangkatkan 50 orang ke Slovenia dan Hungaria, tempat diselenggarakannya kompetisi, dan memproduksi filmnya yang menghabiskan waktu hampir 2 tahun dari mulai persiapan sampai filmnya selesai.

“Kendala yang kedua adalah membuat film dokumenter ini menjadi lebih bercerita. Walaupun ini film dokumenter, tapi di sini kami berusaha membuat plot dan jalan cerita yang menarik untuk disaksikan. Kami observasi dan merekam kegiatan teman-teman paduan suara dalam waktu satu tahun. Dari satu tahun itu kami menghasilkan 80 jam footage yang harus kami ringkas menjadi hanya 90 menit film. Sulitnya adalah kami harus menyaksikan kembali 80 jam footage dan bongkar pasang film hingga menemukan sebuah komposisi cerita yang menarik,” terang Galih.

Anda bisa menonton trailer Indonesia Kirana di bagian atas artikel ini. Jika Anda berminat menonton, film Indonesia Kirana akan dibawa screening di Bioskop ke 4 kota, yaitu Bandung, Jakarta, Jogjakarta dan Surabaya. Setelah itu direncanakan akan di putar di kampus-kampus dan juga akan diproduksi DVD nya.

Berhari-hari menghabiskan waktu di Slovenia dan Hungaria, Tim Embara punya kesan tersendiri dengan 2 negara tersebut.

“Pengalaman tak terlupa adalah dinginnya… karena kami Tim Embara dan Pontpic selalu berada di luar ruangan untuk mengambil berbagai stok video. Belum lagi ketika harus bangun subuh untuk mengambil timelapse, kadang lensa berembun,” cerita Galih.

Menurut Galih, Slovenia dan Hungaria merupakan negara yang indah. Pemandangan dan bangunan lamanya masih terpelihara walaupun kedua negara ini merupakan korban juga ketika perang dunia dulu. Slovenia sendiri adalah pecahan dari Yugoslavia ketika negara ini bubar pada tahun 1991 akibat perang di Balkan. Sementara Hungaria merupakan salah satu negara di Eropa dengan biaya hidup paling murah, hal ini cukup memudahkan mereka karena sedikit bisa bernafas lega dapat makan enak di negara tersebut dengan harga terjangkau.

Galih, Denny, dan Febian saat pembuatan Indonesia Kirana di Eropa. Foto oleh Ponti Ramanta

Beberapa kali juga Tim Embara membuat video di luar negeri; Jepang, Budapest, Rome. Tim Embara merasakan perbedaan saat mengambil gambar di Indonesia dan luar negeri.

“Yang berbeda adalah bentangan alam dan budaya nya. Setiap tempat memiliki kelebihan masing-masing. Masyarakat di setiap negara juga berbeda-beda, pola pikir, wawasan dan keramahannya. Oh iya, ternyata kelembaban udara dan iklim juga mempengaruhi warna di dalam video, jadi bisa sangat terasa perbedaan dari warna di setiap video yang berbeda lokasi,” papar Galih.

Foto oleh Ponti Ramanta

Saat ini Tim Embara sedang menyiapkan beberapa hal menarik. Mereka tak berhenti hanya di sini.

“Kedepannya kami akan membawa film Indonesia Kirana untuk di screening di beberapa kota dan festival film. dan juga menyelesaikan film HOMA yang sudah masuk tahun ke 3 dalam proses produksinya. Kami masih mempersiapkan shooting lagi untuk HOMA ke beberapa tempat. Doakan tahun depan bisa rampung dan bisa screening untuk dapat dinikmati teman-teman di Indonesia,” pungkas Galih.

Related : , ,





YANG MENARIK LAINNYA


TINGGALKAN KOMENTAR