Cerita Para Ranger di Balik Penyelamatan Korban Hilang di Merbabu

Dibaca, diresapi, dan dipahami beratnya tugas tim pencari saat evakuasi korban hilang di Merbabu #Respect!

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Kabar soal hilangnya pendaki di Gunung Merbabu yang berhasil ditemukan memang sudah tersebar di berbagai media. Tapi di balik berita yang melegakan ini, ada satu hal yang sering kali terlupakan. Bagaimana perjuangan para ranger untuk bisa menemukan dan menyelamatkan para survivor, sering kali nggak pernah diulik.

Padahal mereka-mereka inilah yang sebetulnya punya jasa besar untuk setiap proses evakuasi. Saat ada pendaki terjatuh ke jurang, pendaki hilang atau pendaki yang meninggal di gunung. Sama juga seperti kasus pendaki yang hilang di Gunung Merbabu kemarin. Para ranger inilah yang justru nggak lepas dari prosesi pencarian dan juga evakuasi korban yang ternyata nggak mudah. 

Mengenal sosok Jacki, seorang ranger yang ikut dalam proses evakuasi korban pendaki yang hilang di Merbabu 

sulitnya proses evakuasi korban hilang di Merbabu. Foto oleh Jacki

Menjadi ranger untuk mengevakuasi korban  emang nggak pernah jadi hal yang mudah. Begitu juga bagi Jacki, yang mengalami kesulitan saat mengevakuasi korban yang hilang di Merbabu kemarin. Jacki dan anggota tim penyelamat lain harus menempuh medan super ekstrim untuk bisa menyelamatkan survivor yang sempat hilang.

Jacki dan juga penyelamat lain harus berani turun ke Jurang Grawah yang tingkat kemiringan elevasinya hampir 70-80 derajat. Kalau Kamu belum bisa bayangin gimana curamnya Jurang Grawah, coba deh Kamu lihat foto ini.

Kondisi jurang Grawah yang curam. Foto oleh Jacki

Ngeri kan? Nah, para penyelamat harus turun ke sini demi bisa menyelamatkan korban yang diketahui bernama Inggil. Belum lagi kondisi korban yang sudah lemah karena sebelumnya jatuh ke bawah dua kali. Jadi mau nggak mau tim penyelamat harus menggunakan tali dan juga tandu untuk bisa membawa korban ke titik aman. 

Ada juga Andy, yang berbagi cerita tentang sulitnya mengevakuasi korban hilang yang jatu ke jurang Grawah Merbabu

Sulitnya para ranger mencari tambatan untuk tali evakuasi. Foto oleh Andy

Andy yang juga tergabung dalam tim penyelamat mengaku mengalami sedikit kendala dan kesulitan. Nggak adanya ploting area dari instansi terkait yang bertugas jadi SRU (Search and Rescue Unit) justru membuat area pencarian korban jadi tumpang tindih. Sampai akhirnya Andy dan anggota tim meminta ijin untuk menyisir area lain di dusun Tekelan tapi tetap berkoordinasi dengan komando.

Tantangan dan kesulitan lain selama proses evakuasi adalah kekurangan alat yang digunakna untuk proses evakuasi. Kondisi korban berada di sekitar 500 – 600 meter dari titik aman. Sedangkan para tim penyelamat hanya memiliki tali karmantel sekitar 100 meter, ditambah webbing 100 meter. Jelas akansangat kurang untuk bisa turun dengan aman sampai di titik keberadaan korban. 

Nggak adanya tambatan untuk mengikat tali juga menjadi salah satu kendala saat proses evakuasi. Meski begitu, tim penyelamat nggak menyerah dan terus mengusahakan untuk bisa membawa korban ke titik aman sesegera mungkin. 

Mereka hanyalah para relawan, yang usahanya tak pernah dibayar apapun kecuali rasa bangga telah bermanfaat bagi sesama

Meski para ranger penyelamat ini harus bertaruh nyawa juga selama mengevakuasi korban di gunung, tapi tahukah Kamu bahwa mereka nggak pernah dibayar untuk itu. Yang mereka tahu, semua usaha mereka hanya berdasar pada kesukarelaan dan juga panggilan hati untuk ikut membantu dalam upaya pencarian dan penyelamatan. 

Ranger penyelamat yang mayoritas adalah pendaki gunung sebetulnya sedang menampar kita semua. Bahwa untuk membantu sesama tak melulu hanya dengan uang. Kita bisa membantu dengan tenaga dan pikiran, yang mungkin justru lebih berguna saat terjadi musibah baik di gunung atau di manapun. 

Jadi alangkah baiknya, kita juga nggak nyinyir saat ada tim penyelamat yang sedang berjuang untuk bisa menyelamatkan korban. Lebih bagus lagi kita bantu dengan doa meski dari jauh. 

Sekelumit pesan dari para ranger untukmu, hai para pendaki

Hai pendaki, gunung bukan tempat bermain yang bisa Kamu jelajahi sesuka hatimu. Pergi mendaki gunung berarti harus siap dengan segala kemungkinan buruk yang akan Kamu temui di jalur pendakian. Jadi, jangan berpikir bahwa mendaki gunung itu nggak perlu ilmu dan semua orang bisa pergi bebas ke sana.

Apa susahnya belajar ilmu manajemen pendakian, perjalanan atau kegiatan alam terbuka lainnya? Kalau Kamu memang nggak bergabung di organisasi formal, Kamu bisa kok belajar secara informal. Ikut pelatihan kegiatan alam terbuka atau tanya sama teman-teman Kamu yang sudah pengalaman. 

Dan semoga dengan banyaknya tragedi pendaki hilang di gunung, pihak pengelola dan pendaki lebih bisa mengantisipasi hal ini

Pihak pengelola juga nggak bisa begitu aja kepas tanggung jawab. Dengan semakin banyaknya pendaki yang nyasar dan hilang, harusnya pihak pengelola bisa memasang lebih banyak petunjuk jalan untuk para pendaki. Mengingat gunung sering kali berkabut, ada baiknya petunjuk jalan ini dibuat dengan jarak yang nggak terlalu jauh. 

Dan buat para pendaki, kenapa tanganmu terlalu usil untuk merusak fasilitas yang ada? Tidak kah Kamu sadar kalau tindakanmu itu bisa saja membahayakan orang lain. Nggak jarang para pendaki yang nggak bertanggung jawab merusak fasilitas semacam petunjuk jalan atau mencorat-coretnya. Jadi berhentilah lakukan hal-hal kayak gitu. 

***

Para ranger penyelamat mungkin memang hanya sekelumpulan orang-orang yang secara sukarela membantu proses evakuasi saat terjadi musibah. Tapi dari mereka harusnya kita banyak belajar. Bahwa membantu sesama bisa dilakukan dengan cara apapun asal kita mau.

Dan untuk para pendaki, belajarlah dari banyaknya kasus yang terjadi di gunung. Ingatlah selalu bahwa mendaki bukanlah ajang main-main untuk saling beradu keeksisan. Bekali diri dengan pengetahuan yang cukup dan selalu berhati-hati. Sebab saat Kamu ceroboh, sejatinya bukan cuma Kamu yang jadi korban. Tapi juga orang lain!

Baca juga:

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU