Cara Membuat Tulisan Perjalanan Naratif Pendek Ala Windy Ariestanty

Ingin menulis cerita perjalanan naratif yang apik dan inspiratif? Coba ikuti tip ini

SHARE :

Ditulis Oleh: Rizqi Y

Windy Ariestanty saat mengisi sesi kelas di #KANCA. Foto dokumentasi pribadi

Siapa yang nggak tahu profil Windy Ariestanty, sang penulis perjalanan bertema cerita naratif yang inspiratif. Tiap tulisannya mengandung nilai dan pesan yang mengena. Dari dulu saya bermimpi bisa bertatap muka dengannya, syukur-syukur bisa mengambil banyak ilmu darinya tentang cara menulis artikel naratif.

Alam semesta sepertinya mengamini mimpi saya dengan mempertemukan kami hari minggu (19/3) lalu. Kami bertemu secara langsung pada festival konten kreatif bertajuk #KANCA di Hotel Greenhost, Jogja. Dalam sebuah sesi kelas ‘Crafting Your Mini Travel Stories’, Windy menyampaikan bagaimana sebuah tulisan naratif itu bermakna, terutama tulisan dengan tipikal pendek sekitar 100-200 kata.

Yang menjadi masalah para penulis naratif selama ini adalah, sering kali terpacu pada pemilihan diksi yang mendayu-dayu, namun lupa esensi tulisan naratif itu sendiri. Padahal yang terpenting adalah nilai apa yang ingin disampaikan dalam tulisan naratif pendek tersebut.

Menulis tak pernah mengizinkanmu berhenti menanyakan sesuatu

Awal untuk menjadi seorang penulis adalah dengan bersikap skeptis. Artinya Kamu harus mempertanyakan segala hal yang ada di sekitarmu. Semisal Kamu sedang berada di sebuah destinasi wisata, maka kamu perlu mempertanyakan apa yang ada di tempat tersebut, masalah apa yang ada di situ, dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang nanti menuntunmu pada sebuah premis.

Premis ini sebetulnya merupakan sebuah garis besar, apa yang ingin ditulis dalam tulisan naratif pendek. Menurut Windy, premis yang tajam dan fokus akan menghasilkan tulisan yang bagus. Namun sebaliknya, premis yang ngelantur akan membuat tulisanmu ke mana-mana tanpa tujuan. Premis ini biasanya berupa kalimat singkat, bisa satu atau dua kalimat.

Biarkan orang tahu apa informasi dalam tulisanmu

Tulisan bagus nggak berarti harus memiliki diksi yang mendayu-dayu. Diksi sebenarnya hanyalah persoalan pemilihan kata untuk mempercantik tulisan. Bukan sesuatu yang wajib ada pada sebuah tulisan naratif pendek.

Tulisan naratif pendek yang hanya berisi sekitar 100-200 kata seharusnya bisa memberikan pesan, nilai, atau informasi yang memang ingin diberikan sesuai dengan premis. Saat Kamu menulis, maka biarkan orang tahu dengan jelas informasi tersebut, jangan sampai membuat tulisan tanpa makna yang justru membuat orang yang membaca merasa blunder.

Biasakan untuk berpikir terstruktur

Berhubungan dengan bersikap skeptis, isi pikiranmu sebenarnya perlu untuk dilatih agar terstruktur. Lalu bagaimana cara melatihnya? Yaitu dengan mulai sering mempertanyakan sesuatu, lalu berusaha mencari solusi atau informasi.

Dengan membiasakan diri menstruktur isi pikiran, seorang penulis akan tahu mau dibawa kemana cerita pada tulisan yang akan dia buat. Satu hal yang penting adalah, bahwa awal yang baik akan membuat tulisan berakhir baik, begitu juga sebaliknya. Maka bagian awal tulisan ini menjadi bagian yang biasanya menurut Windy paling sulit, sebab akan menjadi penentu akhir cerita.

Struktur pikiran Kamu saat menulis harus berpatokan pada tiga urutan, yaitu pembukaan, bahasan atau isi, lalu penutup. Asalkan memenuhi tiga struktur tersebut maka tulisan tersebut sudah cukup aman. Tentunya dengan tetap memperhatikan poin sebelumnya.

Lalu, bagaimana membuat sebuah pembukaan yang apik?

Ada tiga rumusan yang disarankan oleh Windy untuk membuat sebuah pembukaan yang tepat. Pertama, perkenalkan apa yang ingin Kamu tulis, misalnya nama tempat, masalah yang Kamu risaukan, atau bisa juga pertanyaan yang sifatnya reflektif. Biarkan orang tahu isi cerita dari pembukaan, jadi Kamu perlu mengenalkan terlebih dahulu.

Selanjutnya, jelaskan tantangan, rintangan, atau masalah yang dihadapi. Jadi misalnya setelah Kamu memberikan tahap pengenalan berupa nama tempat, maka jelaskan masalah apa yang melingkupi tempat tersebut, atau masalah apa yang ada di dalamnya. Di bagian ini mungkin akan sedikit serius dan Kamu perlu melakukan beberapa riset terlebih dahulu. Bukan hanya berdasar pada asumsi.

Yang terakhir, selalu berikan nilai atau kesan pada apa yang Kamu tulis. Bisa juga Kamu isi dengan pembelajaran apa yang bisa Kamu ambil setelah melihat pada masalah yang ada. Menurut Windy kalau Kamu bisa menstruktur tulisanmu dengan tiga tahap ini, maka tulisan naratifmu sebenarnya sudah aman.

Tip dan trik menulis cerita naratif pendek

Windy memang selalu asyik, tak hanya di tulisannya saja, tapi juga saat bertemu langsung dengannya. Lebih asyik lagi saat di akhir sesi kelas Windy memberikan beberapa tip dan trik jitu untuk menulis cerita naratif pendek:

Intip  iwashere_id, akun instagram garapan Windy sebagai wadah cerita naratif pendek

Platform iwashere yang dikembangkan oleh Windy Arietansty.

Windy dan beberapa rekannya saat ini sedang mengembangkan platform iwashere yang akan mengumpulkan foto-foto sekaligus tulisan naratif pendek. Kamu bisa sering-sering mengintip tulisan-tulisannya di instagram @iwashere_idKamu juga bisa mengunggah foto-fotomu dengan caption yang berupa cerita naratif tak lebih dari 100 – 200 kata.

Jangan lupa gunakan hashtag #iwashere, supaya ceritamu diposting ulang oleh iwashere. Sebenarnya melalui platform ini, Windy ingin mengajak lebih banyak orang agar mau bercerita naratif.

***

Saran terakhir dari Windy adalah, jangan pernah berhenti menanyakan sesuatu meskipun itu adalah hal yang sudah terbiasa dan sehari-hari menemuinya. Inilah awal mula sebab mengapa banyak orang yang aktif mengekplorasi destinasi wisata di tempat orang lain, tapi malah justru melupakan apa yang ada di sekitarnya.

***

Baca juga tip artikel menarik lainnya di sini:

 

 

SHARE :



REKOMENDASI




ARTIKEL KEREN PALING BARU